Happy Reading 🧡
*****
Hari minggu pagi ini, Dhira dan Gea menyantap sarapan dengan sepotong roti dan segelas susu.
"Selesai sarapan kita bersih-bersih rumah yuk, kak." ajak Dhira dengan senyum mengembang.
"Owke bowleh juga tuwhh." jawab Gea yang masih santai melahap sepotong roti.
Dhira menoleh kesebelah kirinya, ia tersenyum lebar ketika mendapati seorang bunda yang juga senyum pucat kearahnya. Bunda begitu cantik dengan memakai gaun berwarna putih dan rambutnya dibiarkan terurai.
"Bunda." lirih Dhira
Gea yang mendengarnya pun langsung berhenti melahap, lalu menoleh kearah Dhira.
"Dhira." panggil Gea
Dhira menatap Gea masih dengan senyum lebarnya. Namun, setelah itu Dhira langsung beralih menatap kearah bunda nya.
"Bunda mau selai rasa apa? Oh iya, bunda kan suka selai rasa kacang. Tunggu sebentar ya bunda, Dhira buatkan."
Dhira terbangun dari duduknya, ia mengambil sepotong roti lalu ia oleskan dengan selai kacang. Dhira menaruh roti dipiring yang berada tepat disamping kirinya, dimana bunda nya itu duduk.
Gea melihatnya dengan sendu. Lagi, lagi dan lagi, Dhira berhalusinasi. Gea pun hanya bisa terdiam.
"Ini bunda, roti spesial untuk bunda." seru Dhira dengan deretan giginya yang rapi.
Dhira kembali terduduk masih setia dengan senyumnya.
Tiba-tiba Dhira terbangun dari duduknya, berteriak memanggil 'bunda' sambil berlari kecil kearah pintu rumah.
"Bunda, bunda mau kemana? Tunggu Dhira, bunda." teriak Dhira
Gea yang tadinya hanya terdiam sambil memperhatikannya pun ikut bangkit dari duduknya hendak mengejar Dhira.
"Dhira, bunda udah enggak ada." lirih Gea sambil menarik lengan Dhira, membuat sang empu menghentikan langkahnya tepat diambang pintu.
Dhira menoleh kebelakang menatap Gea.
"Enggak, kak. Tadi tuh gue ngeliat bunda keluar rumah,"
Gea memeluk Dhira dengan cepat, memberi ketenangan untuk adiknya dan saling menguatkan.
Dhira mengendurkan pelukannya, menatap Gea lekat.
"Sekarang lo ambil kunci mobil, kak. Kita jemput bunda, bunda kasian jalan kaki, pasti capek." ucap Dhira tegas.
Dhira berjalan menuju gerbang rumahnya, lalu membukanya dengan lebar.
"Cepat kak, udah gue bukain nih gerbangnya." seru Dhira
Gea benar-benar lelah, ia bingung harus dengan cara apalagi agar adik semata wayangnya ini sembuh dari ke-berhalusinasiannya.
Gea berjalan menghampiri Dhira yang masih setia menunggu di gerbang.
"Dhira, stop please! Bunda udah enggak ada, gue harus bilang berapa kali sih?" ucap Gea sedikit tegas.
"Iya kak, gue ngerti bunda udah enggak ada. Tadi Bunda pergi keluar--."
"Bunda udah meninggal Dhira, bunda udah tenang disisi Tuhan, lo harus ingat itu." potong Gea
"BUNDA MASIH HIDUP, KAK. TADI BUNDA SARAPAN BARENG KITA!!!" bentak Dhira
Gea terkejut ketika Dhira membentak dirinya, ia merasa dirinya sudah sedikit tidak sanggup pun langsung melayangkan tangannya kearah pipi Dhira, dan...
Plakk
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Fine (Dhira)
Roman pour Adolescents[On going] ••••• "JANGAN SEKALI-KALI KALIAN BERANI MENYENTUH BAHKAN MENYAKITI BUNDA!!!" pekik Dhira Tangis Dhira dan Gea yang semakin histeris, ketika melihat bundanya yang ingin disakiti oleh ke-empat preman berbadan besar serta seluruh tubuhnya di...