And so I Woke Up, and Everything's Gone

676 84 6
                                    

Umm... Halo? Hehehe, lagi suka dengan fanfic Jennette-centric, jadi pengen buat juga~

Semoga suka, dan jika tidak suka silakan stop dan pergi dari fanfic ini~

Selamat membaca~

____________________

Chiara tidak menyukai Jennette Margarita.

Bukannya ingin sekejam itu, tapi kebodohan dan kenaifan sang Jennette butuh tampolan ilahi ibunda tercintanya yang selalu mengajarkan dirinya untuk jadi mandiri dan dewasa. Oleh karena itu, sifat Jennette yang sungguh naif dan bodoh merupakan hal paling cringe yang dia pernah baca, selain sifat trashta.

Meski begitu, bukan berarti dia membenci gadis itu, dia tau betapa menyedihkannya kehidupan Jennette Margarita, tidak diinginkan baik orangtuanya atau bahkan keluarga pamannya, kecuali untuk dijadikan pion politik menyebalkan itu. Mungkin, jika dia dilahirkan dengan keadaan seperti Jennette, ia juga akan bersikap sepertinya.

Dengan kata lain, Jennette Margarita adalah gadis malang yang bernasib buruk, dikeliling oleh manusia busuk yang ingin menggunakan kepolosannya.

Bahkan kakak tirinya sendiri, Ijekiel Alpheus, mungkin tidak pernah sesayang yang diperlihatkan di manhwa, mungkin jika ada kejadian yang menimpa Jennette dan Anathasia, ia akan memilih sang Tuan Putri yang notabane 'Cinta Pertama' dan 'Malaikat' Ijekiel.

Ia tidak tau bagaimana nasib Jennette di kehidupannya yang mendatang, apakah dia akan bahagia? Ataukah ia akan menjadi gadis menyedihkan?

Tapi, semua itu hanyalah fiksi, tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyatanya. Oleh karena itu, untuk apa ia menangisi, mengumpat, dan tertawa hanya karena suatu hal yang tidak ada hubungan dengan hidupnya? Biarkanlah Jennette dengan kemalangannya, biarkan Ijekiel dengan cinta bodohnya kepada sang Putri, biarkan Lucas, biarkan Athanasia, biarkan sang Kaisar, biarkan Obelia. Semua karakter itu tidak ada hubungan dengan dirinya.

Tapi seperti kata ibunya, 'jangan berkata suatu kejadian tidak penting dan bukan urusanmu, karena pada akhirnya mereka akan menjadi takdirmu suatu saat nanti.'

Sialnya, ucapan sang ibu tercintanya itu ternyata benar adanya.

Karena lihatlah keadaan dia sekarang, seorang bayi berumur 6 bulan yang diberi nama Jennette Margarita.

Awalnya ia tidak tau apa yang baru saja terjadi, ia hanya tertidur mendengarkan lantunan lagu kesukaannya, mengumpulkan tenaga untuk mengahadapi hari esok yang akan melelahkan, hingga akhirnya ia terbangun menjadi seorang bayi.

Tidak terpikirkan olehnya bahwa ia adalah Jennette Margarita, hingga akhirnya ia mendengar namanya disebut oleh sang tabit yang membantunya terlahir ke dunia. Betapa kaget dan bingungnya ia, sehingga akhirnya ia menangis sangat kencang, menggetarkan dunia dan sekitarnya.

'Oh tuhan mengapa sangat sial sekali nasib mahlukmu yang satu ini? Apakah kau tidak menyayangiku?'

Itulah yang selalu ia panjatkan dalam tidurnya selama 6 bulan ini.

Tidak, Chiara bukanlah seseorang yang religius, bahkan jika seseorang yang mengenalnya ditanyakan pertanyaan ini, mereka akan tertawa dan mengatakan bahwa 'Chiara adalah seseorang yang mempercayai sains, dan tidak percaya akan tuhan.'

Mereka tidak salah, tapi juga tidak benar. Chiara mempercayai tuhan, ia percaya bahwa sang pencipta itu benar - benar ada, tapi ia tidak mengikutinya.

Ia hanya mempercayai, dan tidak pernah mengikuti ajarannya.

Meski begitu, entah ada gerangan apa, mungkin karena putus asa? Ya, mungkin karena itu, ia mulai berbincang sepihak dengan tuhan, menangisi nasib malangnya ini, mempertanyakan keputusannya membuat dirinya menjadi seorang Jennette Margarita, tapi tidak ada jawaban darinya. Ia tidak mengharapkan sebuah jawaban yang pasti, tapi ia mohon untuk sebuah secercah harapan.

Tapi, pada akhirnya hanyalah kekecewaan dan kesepian yang menyelimuti hatinya.

"Nona Jennette?"

Chiara mengalihkan perhatiannya dari sang rembulan kearah seorang wanita bersurai merah layaknya buah cherry, mata abu - abu penuh kasih sayang dengan senyuman lembutnya itu.

"Tidurlah, nona. Bulan sudah menggantikan matahari untuk menyinari malam ini, dengan bintang - bintang indah yang akan menjaga nona dari kegelapan."

Rita Robaine, wanita itu adalah sepupu dari Felix Robaine. Ia tidak tau jika sepupu dari kesatria berdarah itu adalah pelayan pribadi dari seorang gadis polos ini. Bisa ia lihat, Rita ini sungguh menyayangi Jennette dengan tulus, selalu meminangnya dengan lembut, dan kata - kata yang penuh cinta kepada Jennette layaknya seorang ibu kepada anaknya.

Hanyalah Rita yang membuatnya tetap waras dengan segala hal yang telah terjadi, ia mengingatkan dirinya kepada ibunda yang sudah lama ia tak temui. Aneh, padahal mereka berdua sangat berbeda, ibunya sangat keras dan disiplin tidak seperti Rita yang memanjakannya, jarang sekali ia dengar ia bertutur kata lembut seperti Rita, tapi entah, mungkin kasih sayang yang ia dapatkan dari keduanya mampu membuat Chiara nyaman.

Dan malam itu, Chiara tertidur lelap di dalam dekapan Rita.

_________________

Rita Robaine bukanlah wanita bodoh.

Ya, dibandingkan kakaknya yang seorang dosen di akademi Arlanta ataupun sepupunya yang merupakan kesatria berdarah dan pengawal dari kaisar, Rita hanyalah wanita yang tidak mempunyai keahlian apapun. Tapi, tidak perlu memiliki keahlian untuk mengetahui niat busuk sang bangsawan yang mengambil keputusan untuk menjaga nona di dekapannya ini.

Tidak, bukan karena rasa sayang ataupun simpati, melainkan rasa haus akan kekuasaan ketika ia melihat mata permata biru sang nona, yang menandakan dirinya adalah anggota keluarga kekaisaran. Roger Alpheus, bajingan tengik itu, ia ingin menjadikan Jennette sebagai pion mendekati sang kaisar.

Sungguh, ketika dirinya menyadari akan niat busuknya itu, dirinya merasa jijik dan iba. Jijik kepada sang bangsawan yang sungguh arogan dan serakah, dan iba kepada sang nona karena ia yakin, kehidupannya hanya akan merumit selama dirinya hidup.

Awalnya, ia hanyalah seorang mata - mata yang dikirimkan oleh sepupunya untuk mengamati keluarga Alpheus dan apa yang mereka lakukan. Ya, ia awalnya tidak ingin tinggal lama - lama di kediaman mansion ini, tapi ketika dirinya melihat anak yang diadopsi oleh sang bangsawan, sebuah perasaan menyelimuti hatinya, menyerukan ke dalam pikirannya,

Sayangi dan lindungi anak itu.

Saat itu, tanpa sadar ia mengajukan dirinya menjadi sang pelayan pribadi bagi sang nona. Ia menjaganya dengan sepenuh hati, selalu ada untuknya, menggantikan bajunya, memberikannya makan semua itu ia lakukan sendiri karena tidak seorang pun di mansion ini memperdulikannya. Ia tak habis berfikir, bagaimana bisa mereka sekejam itu sampai - sampai tidak memperdulikan sang nona?

Sungguh keji.

Lalu, 6 bulan berlalu, dan dalam kurung waktu itu, Rita menyadari suatu hal yang aneh dari nonanya.

Ia tenang, terlalu tenang sampai - sampai ia mempertanyakan bagaimana seorang bayi bisa setenang itu. Jarang sekali ia menangis, bahkan bisa dihitung oleh jari. Nonanya tidak perna merengek, ataupun mencari perhatian layaknya bayi lainnya, ia hanya terdiam dan terbaring di kasurnya ambil memandang ke bulan.

Ah, bulan.

Tak jarang, ia melihat sang nona memandang sang rembulan, memandangnya dengan sendu, sedih dan rindu bercampur, yang tidak ia mengerti, tapi mampu membuat hatinya sakit. Bagaimana bisa seorang bayi memberikan tatapan yang seakan -akan memberitahunya bahwa ia membenci hidupnya ini?

"Oh, nona saya harap apapun yang anda rasakan, anda selalu mengingat diri ini yang akan selalu menyayangi anda dan berada di samping anda bahkan di masa - masa gelap"

Malam itu, Rita tertidur di kursi dengan mendekap Jennette.

________________

Chapter pertama~ yeyy~

What Is The Meaning of Jennette?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang