||21|| Axcel & Arcel

2.3K 287 90
                                    

Paginya Axcel bangun dengan suara alarm. Alhamdulillah telinganya sudah baik kembali. Sumpah semalam ia sama sekali tidak dapat mendengar suara dengan jelas. Semuanya bagaikan memelan otomatis di telinganya.

"Hah.... latihan kalau kena granat nanti," guman Axcel. Ia kemudian bangkit dari kasur dan langsung menuju kamar mandi.

Setelah beberapa menit mandi Axcel menatap dirinya di cermin.

"Mommy bilang orang suka nonton bokep itu cepet tua? Gua masih ganteng kan?" Kat Axcel sembari menatap dirinya di cermin. Oh masih ganteng, yah tentu lah.

"Kalau urusan otak, mungkin bener. Kalau disuruh ngitung mungkin masih cepetan Arcel. Tapi emang dari dulu tuh anak cepet," balas Axcel sembari menyuci wajahnya dan menyibakkan rambutnya ke belakang.

"Sialan," Axcel buru-buru kembali menurunkan rambutnya dan mengacak-acaknya.

"Apapun itu, anak cerminan orang tua." Axcel mengingat kalimat itu. Entah siapa yang mengakatannya. Saat ia tidak sengaja mendengarnya. Namun Axcel ingin menghapus kalimat itu dari ingatannya.

"Gua gak sama seperti dia," kata Axcel menatap dirinya di cermin secara dalam.

Jika diamati secara teliti, apalagi saat menyibakkan rambutnya kebelakang. Axcel benci harus mengakui jika ia memang mirip dengan ayah kandungnya. Ia selalu saja mengatakan jika ia mirip dengan mommy nya.

'Sampai kapan El, kau akan membohongi dirimu sendiri?'

Kalian berharap hati Axcel mengakatakan hal itu? Tentu saja tidak akan terjadi. Tidak ada hati nurani dan tempat untuk orang itu dalam hati dan kehidupannya.

Namun, anehnya saat Axcel tersenyum wajahnya justru mirip dengan daddynya. Entahlah, ia tidak paham dengan medis dan segala yang bersifat keturunan.

Suara bunyi benda asing membuyarkan Axcel dari lamunannya. Suara bising apa itu?

Axcel segera keluar dari kamar mandi. Kemudian mencari asal suara tersebut dan benar, ia lupa sekali. Itu suara ponsel barunya.

"Siapa pagi-pagi telfon," kata Axcel mengambil ponsel itu.

Nomor tak dikenal lagi yang terpampang. Ingatkan Axcel untuk mengsave nomor temannya. Karena sudah tidak ada yang namanya photo profil saat ini.

"Ini ngangkatnya yang hijau kan?" Tanya Axcel entah pada siapa kemudian mengklik tombol warna hijau dan benar, ada timernya.

"AXCEL! LU DIMANA AJA WEI! SEMALEM GUA CHAT, TELPON, NGILANG TERUS!"

Beruntung Axcel belum menempelkan ponsel ke telinganya. Bisa jadi pecah gendang telinganya.

"Siapa ini?" Tanya Axcel setelah orang di sebrang sana berhenti membacot.

"Ya Allah Ax! Lu kemana aja! Ini gua Arga! Sekretaris lu anjir!"

Oh, Axcel baru ingat. Lah suaranya beda saat di telepon, aneh begitu.

"Ada apa Ga?" Tanya Axcel kalem.

"Astaghfirullah lu gak baca chat gua panjang-panjang sampe kriting tangan gua. Astaghfirullah Ax, sumpah lu kenapa hah?" Tanya Arga sepertinya sudah dengan suara kefrustasiannya.

"Oke-oke, nanti bahas lagi di sekolah," kata Axcel langsung menutup telepon tanpa salam. Orang berangkatnya aja juga tanpa salam.

Axcel segera bangkit menggunakan baju seragam. Karena sehabis subuh tadi Axcel kembali tidur, namun ia pasang Alarm kembali.

Setelah memastikan dirinya rapi, walau tidak rapi-rapi amat ia langsung turun.

"Pagi mom," sapa Axcel ke mommy nya.

Perfect TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang