||30|| Axcel & Arcel

1.9K 246 30
                                    

Hampir dua bulan apartemen Arcel ramai dan hampir dua bulan itu juga Arcel melupakan rasa untuk pulang ke Jakarta. Bahkan semenjak ada Kania, ia jarang menghubungi mommy nya.

Hari ini Arcel baru saja dari Jakarta. Ia sedikit panik ketika mendengar kabar. Abangnya sekarat dalam misi rahasia. Namun setelah memastikan tidak ada apa-apa, Arcel kembali lagi ke Bandung.

Meeting hari ini berjalan cukup kolot. Arcel dengan tak punya hatinya menolak langsung tiga tender yang tidak menguntungkan baginya tanpa negosiasi terlebih dahulu.

Kali ini meeting dengan tender ke enam. Beruntung kali ini Arcel mau tanda tangan. Setelah ini Arcel akan kembali ke kantor karena sudah tidak ada jadwal di luar.

"Hah... melelahkan. Kamu yang setir!" Kata Arcel datar sembari melempar kunci ke sekretarisnya.

Ardian yang menjadi sekretaris Arcel dalam rapat ini hanya memgangguk. Arcel lebih memilih duduk dibelakang karena ia sangat lelah. Sengaja ia tidak membawa mobil sport untuk ini.

Pada dasarnya, Arcel memiliki banyak sekretaris. Kebanyakan semua cowok, dan sama. Sifatnya selalu membabukan sekretaris seenaknya sendiri. Kecuali Kania, itu Arcel lakukan untuk senang-senang saja.

Sesampai di kantor Arcel langsung menuju ruangannya. Saat sampai ia melihat Kania di mejanya. Senyumnya tak dapat ia sembunyikan. Hampir seharian di luar membuatnya kangen dengan adek kecilnya.

Namun, segera Arcel memasang ekspresi datar kembali kemudian berjalan menuju pintu ruangannya.

Tanpa menyapa, Arcel menaruh sesuatu di meja Kania.

"Ini apa pak?" Tanya Kania bingung.

"Oleh-oleh dari Calon kakak ipar," balas Arcel datar sebelum ia masuk.

Kania memperhatikan bungkusan itu. Sepertinya sudah terbuka, jelas hanya tinggal sedikit. Masih punya hati tuh orang ngasih dia makanan. Tau banget kalau Kania belum makan.

Kania segera mengambil satu nastar tersebut.

"Em! Enak banget!" Kata Kania merasakan kue kering itu pecah dalam mulutnya.

Arcel yang dari ruangannya hanya tersenyum melihat Kania. Tingkahnya itu, menggemaskan. Arcel segera ingin pulang dan mendekap tubuh gadis kecil itu.

Kania dan Arcel pulang paling terakhir. Yaps, karena Arcel tidak ingin ketahuan pulang bersama sekretarisnya. Yang tau hal ini hanya satpam yang berjaga saja.

Kadang, tak lupa Kania membagikan sedikit makanan kepada satpam-satpam saat berangkat maupun pulang dari kantor. Para Satpam tentu saja menerima dengan tangan terbuka. Bahkan mereka sering melihat interaksi antara bos mereka dan sekretarisnya yang sering cekcok. Merekalah yang menjadi saksi bagaiamana sifat Arcel ketika dekat dengan Kania.

Sedangkan Arcel yang melihat Kania sering berbagi dengan para Satpam itu hanya tersenyum. Jujur Arcel juga sering melakukannya namun tidak lewat tangannya sendiri. Karena bagaiamanapun, Arcel tetap mengapresiasi para Satpam yang mempunyai tanggung jawab besar di sela pekerjaannya yang sering dianggap remeh.

.
.
.
.
.
.
.
.

"Kamu tidur duluan Honey. Saya masih banyak kerjaan," kata Arcel yang masih fokus pada laptopnya.

Ia tau Kania sampai larut belum tidur menunggunya. Yah taulah, posisi Kania itu sudah numpang. Ia masih punya rasa sungkan untuk berbuat seenaknya sendiri di apartemen Arcel.

"Beneran Pak?" Tanya Kania dan Arcel mengangguk.

Namun sebelum menuju Kamar, Kania beranjak ke dapur. Ia membuatkan kopi dan memberikan roti panggang untuk Arcel.

Perfect TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang