||31|| Axcel & Arcel

1.7K 240 15
                                    

"Pagi mom! Masak apa nih?!" Kata Arcel langsung turun. Yaps hari ini badannya sudah baikan, dirinya cuma kurang istirahat.

"Capcay, sama tuh ada krengsengan," balas Hera yang sudah duduk di meja makan.

"Buset, udah lama gak makan masakan mom. Enak baget gak ada abang sama adek laknat, hahaha mom..." Arcel manja-manja sepuasnya ke mommy nya.

"Ya ampun boy. Ingat usia, gak malu dilihatin?" Kata Adi sambil menunjuk Kania di depan Arcel.

Arcel terbelalak kemudian duduk degan tegap.

"Kenapa kamu di sini? Gak balik ke Bandung?" Tanya Arcel kepada Kania.

"Hush! Kalau gak ada Kania kamu pasti sudah jadi mayat di jalanan. Kamu itu harusnya berterimakasih, terus kamu mau cewek pulang keluar kota sendirian? Star! Mommy gak suka pola fikir kamu ya," kata Hera membuat Arcel terdiam.

"Eh, buk. Jangan dimarahi pak Richard. Saya yang salah juga disuruh langsung pulang soalnya," balas Kania agar tidak terjadi perang dunia.

"Kamu masih belain orang kayak gini Kania? Wah, kamu pelet apa Star?" Balas Hera menatap Arcel tajam.

"Eh... enggak mom. Yah sudah terserah kalau dia mau nginep kan ini juga rumah mom sama dad," kata Arcel cepat-cepat sebelum kena amukan oleh mommy nya.

"Kania, jangan heran ya. Yah seperti ini biasanya," kata Adi karena melihat wajah bingung Kania.

"Eh... iya maaf pak," balas Kania kikuk.

"Jangan panggil pak. Panggil saja seperti mom dan Arcel. Panggil dad saja," kata Adi. "Kalau butuh sesuatu, bisa tanyakan ke dad. Jangan sungkan Kania."

"Iya, mom juga ada. Misal anak ini nakal, lapor ke mom!" Balas Hera sambil mencupit pipi Arcel.

"Aduh mom aw sakit!" Kata Arcel saat pipinya ditarik.

Mendengar hal itu Kania terdiam, tak terasa setetes air matanya turun. Hal itu membuat semuanya bingung.

"Ada apa nak?" Tanya Adi yang paling dekat dengan Kania.

"Sa-saya sudah lama tidak merasakan keluarga. Tidak ada yang bisa saya panggil ibu dan ayah..." balas Kania menangis.

Arcel yang ada di sana menjadi diam. Bukan Arcel namun semuanya.

"Sudah-sudah jangan menangis, kita keluarga sekarang. Kamu panggil mom dad. Panggil Arcel juga kakak," kata Adi memeluk Kania menenangkan gadis kecil itu.

"Kania, jangan menangis. Kita semuanya keluarga kamu okay," kata Hera juga mengelus surai Kania sambil berdiri.

"Te...terimakasih.... terimakasih... Kania rindu ayah sama ibu..." tangis Kania pecah.

Arcel yang di sana hanya diam dan memalingkan muka. Bukannya ia tak peduli, namun hatinya ikut sakit mendengar tangis Kania. Arcel mengepalkan tangannya. Selama ini Kania hidup susah, pasti ada yang mengatur. Ia bersumpah akan menghancurkan siapa saja yang membuat adik kecilnya menangis. Itu janjinya.

Setelah itu, sorenya keduanya pulang kembali ke Bandung. Arcel tidak mau lama-lama di Jakarta, karena ia mendengar Agnes akan ke sana malamnya. Dari pada Arcel dicecer pertanyaan soal Kania, ia lebih memilih untuk kembali saja.

Aktivitas berjalan normal seperti biasa tak ada hal yang aneh. Hanya saja, Kania yang merasa ada sedikit perubahan dalam tampilan Arcel. Sejak kapan bosnya itu memakai gelang?

Awalnya sih Kania tidak mau ambil pusing, namun gelang itu mirip seperti couple gelang yang diberikan kakak gantengnya.

Namun sekali lagi, Kania menepis semuanya. Gelang seperti itu kan pasaran. Pasti banyak orang punya, gak cuman Arcel doang kan.

Perfect TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang