Klek
Pintu kamar inap ayah Hyunjin tertutup. Hyunjin dan Hyunho keluar hendak pergi ke perusahaan. Departemen HR ada rapat dan Hyunjin tidak bisa meninggalkan Hyunho sendiri. Kedua sahabatnya sudah di perusahaan. Kemungkinan besar menyiapkan bahan diskusi. Seungmin maksudnya. Felix beda departemen, tapi ia juga rapat. Simpulkan saja ini adalah rapat rutin tiap departemen.
"Kenapa grandpa betah tidur, Ma?" tanya Hyunho sambil mendongak menatap Hyunjin.
Hyunjin tampak berpikir. "Mmm, mungkin grandpa sedang mimpi indah. Jadi, masih ingin tidur." jawab Hyunjin sekenanya.
Ya- habisnya ia jelaskan pun, Hyunho akan bingung.
"Hyunho kangen, hm?"
Anak usia tiga tahun yang Hyunjin gandeng tangan mungilnya itu mengangguk. "Hyunho kangen main sama grandpa."
Hyunjin tersenyum. Ia berhenti dan kemudian menggendong anak itu. Ia tak mengatakan apapun dan kemudian berjalan keluar rumah sakit setelah menyusuri koridor-koridor di dalam bangunan itu.
Di tengah jalan, Hyunjin ingat sesuatu. Ia belum membawa makan siang Hyunho. Padahal sudah disiapkan. Pasti tertinggal di rumah.
Netra Hyunjin melirik pada jam tangan yang dipakainya.
"Oke. Masih cukup sebelum rapat." monolognya.
Ia paham Hyunho tidak suka makanan di cafetaria perusahaan dan berarti bekal harus selalu siap untuk putra kesayangannya itu.
° ° °
Minho sungguh-sungguh sedang dalam mood buruk, karena mengurusi berkas-berkas di mejanya sendirian, saat tiba-tiba pintu ruangannya terbuka.
Oke bagus. Sekarang siapa yang berani membuka pintu ruangannya tanpa etika mengetuk dan membuat darahnya semakin naik saja? Katakan! Jika itu Jisung, ingatkan Minho agar tidak mencabut nyawa namja itu.
"Ck. Apa si- ha?"
Dialog Minho terhenti saat ia melihat bukan Jisung pelaku pembukaan pintu ruangannya tanpa etika. Melainkan seorang anak kecil yang kini tengah mengintip ke luar, seperti sedang mengamati keadaan sekitar.
Ah, iya. Benar juga. Jisung kan sejam yang lalu pamit kembali ke Gimpo karena urusan mendadak perusahaan. Tepatnya menggantikan Minho, karena Minho tidak bisa pergi sebelum tumpukan berkas di mejanya kelar ia garap.
Tapi, tunggu. Siapa anak kecil yang barusan membuka pintu ruangannya- oke- tanpa etika mengetuk?
"Oh."
Helaan napas kemudian keluar dari bibir Minho. Ia beranjak dan menaruh pulpen yang sedari tadi dipegangnya. Digerakkannya kedua tungkainya menjauhi meja kerjanya.
Tidak perlu lagi bertanya-tanya siapa anak kecil itu. Ada peraturan di perusahaan tempat Minho sekarang berada yang melarang semua karyawan membawa anak mereka, dengan pengecualian jika ada izin dari CEO mereka alias ayah Minho.
Bila diingat seperti apa ayahnya, Minho yakin, hanya ada satu karyawan di perusahaan keluarga Lee yang bisa membawa anak kecil. Lee Hyunjin jawabannya.
Klek
Pintu pun akhirnya ditutup dengan pelan. Anak yang menutup pintu itu, tertawa kecil karena rencana kaburnya sukses. Ia berbalik dan terkejut ketika ada sepasang kaki di hadapannya. Mendongaklah ia dan mendapati sosok pria menatapnya tajam.
"Apa membuka pintu tanpa mengetuk dan masuk ke ruang kerja orang tanpa izin itu etika bagus?" tanya Minho.
Sunyi sejenak karena yang Minho tanyai sibuk memperhatikan wajah Minho. Dan kemudian, seulas senyum muncul di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Incest• [𝑙.𝑚ℎ//ℎ.ℎ𝑗] ✔
FanfictionKau tahu ceritanya, hanya dengan membaca judul 'kan? . . . ➷ • incest alert ⚠ • bxb • m-preg • sub! hhj • misgendering • slight pair : minjeong