"Duduk dulu. Aku akan mengambil minum,"
"Terimakasih,"
Hyunjin melangkah ke dapur. Meninggalkan sosok namja yang kini duduk di sofa ruang tengah. Mengamati sekeliling ruangan yang tergolong klasik, namun indah. Tak lama, ia lalu mengeluarkan ponselnya dan sibuk menyimak grup chat.
Terlalu sibuk dengan ponselnya, membuat namja itu tak sadar jika seseorang yang baru saja datang, memandangnya tak suka. Ia lalu menoleh ke arah dapur dan berjalan ke sana.
Netranya menangkap sosok dengan cardigan abu dan setelan celana jeans senada tangah memunggunginya. Ia lalu berjalan mendekat.
"Kenapa Chan di sini?"
"Eh, kaget- Minho hyung?"
"Aku bertanya padamu, Lee Hyunjin,"
Mata kelam Minho menatap Hyunjin dengan tajam. Suara baritonnya terdengar begitu menginterogasi Hyunjin. Sedangkan yang ditanya mendadak diam. Bukan jarang, sudah sering Hyunjin dengar suara Minho yang begini. Tapi- tatapan yang Minho pancarkan berbeda kali ini. Tak tau hanya perasaannya atau memang.
Hyunjin mengedipkan matanya. Berdehem kecil untuk mengurangi rasa gugup yang mendadak hinggap. Ia meletakkan sendok yang ia gunakan untuk mengaduk secangkir minuman yang baru saja ia buat.
"Chan hyung kemari karena aku memintanya membantuku mengerjakan tugas dari dosen Kim. Aku- benar-benar tidak paham,"
"Kenapa harus Chan? Kau punya banyak teman,"
"Dosen Kim memberikan tugas berbeda pada tiap anak. Aku- tak ingin menganggu mereka dengan menanyakan tugasku,"
Masih dengan wajah datar dan sikap dinginnya, Minho lalu kembali berucap.
"Kau satu fakultas denganku. Kenapa tidak tanya padaku?"
Hyunjin menoleh dan menatap Minho dengan bingung. Loh loh- kok tumben Minho menawarkan bantuan begini? Iya- Hyunjin tau. Hubungannya dengan Minho mulai dirajut ulang sejak hari sidang Minho. Tidak ada lagi sikap cuek diantara keduanya. Yah- walau kadang, Minho memang masih cuek dan malas menggagas Hyunjin jika itu bukan urusan penting.
Tapi bukan berarti hubungan awal mereka ini terjalin baik-baik saja. Sikap sosok Minho benar-benar tidak bisa dipahami.
"Lima menit,"
"H-huh?"
"Lima menit, jika Chan tidak keluar dari rumah, maka lihat saja nanti," ujar Minho.
Ia lalu pergi meninggalkan Hyunjin yang berkedip bingung dan berusaha mencerna apa maksud perkataan Minho barusan.
Lama ia berpikir akhirnya ia mengerti maksud Minho. Minho ingin Chan pergi dari rumah ini. Satu hal yang belum ia mengerti, Apa alasan Minho memintanya mengusir Chan? Memang- Minho punya masalah dengan Chan?
"Ah, bingung.."
° ° °
Waktu telah berjalan sepuluh menit sejak Hyunjin berhasil membuat Chan pergi. Jangan tanya bagaimana. Jujur saja, lidah Hyunjin sudah mengatakan banyak kebohongan demi menjawab pertanyaan Chan yang diajukannya bertubi-tubi pada Hyunjin. Minho membuatnya berdosa hari ini.
Hyunjin berusaha tidak mengumpati kakaknya. Sungguh.
"Mana laptop dan bukumu?"
Kenapa semesta menguji Hyunjin seperti ini? Hey, ini kesekian kalinya Hyunjin dibuat terkejut oleh Minho yang tiba-tiba datang. Ingatkan Hyunjin untuk tidak mengumpati Minho.
Hyunjin lalu menoleh pada Minho yang kini berjalan dan mendudukkan dirinya di sofa panjang tempat Hyunjin duduk. Laptop silver kebanggaan Minho ditaruh perlahan di atas meja berlapis kan kaca dengan ukiran kayu yang indah pada bagian kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Incest• [𝑙.𝑚ℎ//ℎ.ℎ𝑗] ✔
Fiksi PenggemarKau tahu ceritanya, hanya dengan membaca judul 'kan? . . . ➷ • incest alert ⚠ • bxb • m-preg • sub! hhj • misgendering • slight pair : minjeong