Pagi-pagi, suara gaduh sudah terdengar dari kamar Hyunjin. Bukan masalah serius. Itu hanya Hyunjin yang sedang memarahi jam weker miliknya yang ternyata kehabisan baterai dan membuatnya bangun siang. Hyunjin lalu segera menuju kamar mandi dan mencuci mukanya. Barulah setelah itu ia turun ke dapur. Memasak sarapan.
Meski di mansion mereka ada pelayan, mereka tidak diizinkan memasak untuk tuannya tanpa perintah atau bukan kondisi terdesak. Jangan tanya kenapa Hyunjin tidak menyuruh pelayan masak saja. Pekerjaan rumah adalah rutinitas Hyunjin karena didikan ibunya.
"Apa yaa..."
Di dapur, Hyunjin hanya berdiri menatap lemari berisi bahan makanan dengan bingung. Pasalnya, tidak banyak bahan tersisa. Itu membuatnya bingung harus masak apa.
Setelah berpikir cukup lama, Hyunjin akhirnya memilih mengambil roti tawar dan beberapa selai. Menaruh selai di atas meja dan memanggang rotinya.
Baru saja Hyunjin hendak pergi ke atas untuk memanggil Minho, hyungnya itu sudah turun lebih dulu. Hyunjin menatap bingung pada Minho yang tengah menelpon seseorang di ruang tengah dengan setelan formal. Tumben sekali hari libur begini Minho pergi ke acara formal. Tapi, acara apa? Kantor? Meragukan.
"Ya, aku berangkat,"
Minho mengakhiri panggilannya. Ia memasukkan ponselnya ke dalam sakunya dan meraih tasnya. Beranjak menuju pintu luar. Seb-
"Eh- Hyung! Sarapan dulu. Aku- sudah menyiapkannya. Ya- hanya roti sih,"
-belum suara Hyunjin menghentikan langkahnya. Minho menghela napasnya. Berbalik dan berkata dengan nada datarnya.
"Aku ada acara di kampus. Aku akan sarapan di sana,"
Setelahnya, Minho benar-benar pergi dari mansion. Meninggalkan Hyunjin yang kini menatap sedih pada makanan yang ia siapkan. Tapi, ia penasaran. Minho ada acara di kampus apa? Setaunya, hari ini adalah sidang para seniornya yang sudah di semester akhir. Minho kan belum semester akhir.
Hyunjin lalu bergerak meninggalkan dapur. Menuju kamarnya dan meraih ponselnya. Berniat menghubungi Seungmin yang seingatnya juga pergi ke kampus karena harus mengembalikan modul yang ia pinjam di perpustakaan.
Lama berdering, akhirnya panggilan Hyunjin diangkat.
"Jin? Ada apa?"
"Itu- aku ingin bertanya. Di kampus hanya ada senior-senior semester akhir kan? Maksudku- yang sedang sidang,"
"Tumben tanya. Kenapa?"
"Jawab dulu napa sih," kesal Hyunjin yang pertanyaan nya justru dijawab oleh Seungmin dengan kata tanya juga.
"Iya iya. Cuman para senior semester akhir kok. Aku barusan ngelewatin ruang kelas senior. Pada nunggu giliran,"
"Oh.. It-"
"Eh, tapi senior kita yang selain semester akhir ada juga yang datang. Mereka ikutan sidang. Setauku, mereka sengaja ngejar skripsi kemarin dan ikut sidang hari ini untuk lulus lebih dulu dari seharusnya,"
Ha? Jangan-jangan, Minho pergi untuk sidang? Yang benar saja. Kenapa ia tidak tau? Yah- mungkin karena Hyunjin memang tidak dekat dengan Minho. Sekedar nomor ponsel saja, ia minta ayahnya. Tapi selama ini, Hyunjin belum pernah menghubungi Minho. Maybe, lain waktu saat keadaan mendesak. Maybe.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Incest• [𝑙.𝑚ℎ//ℎ.ℎ𝑗] ✔
FanfictionKau tahu ceritanya, hanya dengan membaca judul 'kan? . . . ➷ • incest alert ⚠ • bxb • m-preg • sub! hhj • misgendering • slight pair : minjeong