SPIN OFF : YUNNA

117 22 16
                                    

Special Chapter;

For Yunna - Yuda Ivanna

***

Ivanna.

Di bawah langit gelap. Tanpa bintang, penuh awan kelabu. Ivanna berjalan sendirian, ditemani bulan purnama yang sama kesepiannya. Jalan sekitar kosong, hampir tidak ada tanda-tanda keberadaan manusia lain selain dirinya sendiri.

Keadaannya sunyi, juga sepi. Sebelum terdengar suara langkah kaki yang terasa kian mengikuti tiada berhenti. Ivanna berbelok beberapa kali. Sosok di belakangnya juga begitu. Sampai sebuah tangan berusaha meraih pundaknya. Gadis itu langsung berlari sekuat tenaga untuk menjauh.

Dengan penuh ketakutan setengah mati. Kaki ringkih itu menerjal jalanan penuh keraguan, namun mau tidak mau harus tetap melanjutkan langkah.

Brukkk!

Tubuh kecilnya menghantam tubuh manusia yang lain. "Ivanna?" suara berat milik seorang laki-laki dihiraukannya karena masih merasa panik. Dia ingin kembali berlari. Namun pergerakannya ditahan oleh tangan kekar laki-laki pemilik suara tadi.

"Ivanna. Sadar woy, ini gue Yuda!" teriak laki-laki itu, sambil mencengkram kedua bahu ringkih Ivanna. "lo kenapa?" Yuda berujar lagi. Mempertanyakan sikap Ivanna yang aneh.

Sedangkan manusia yang dilontarkan pertanyaan sibuk mengatur napas. Berusaha kembali mengumpulkan kesadarannya sendiri. Sebelum kakinya melemas, tubuhnya juga terjatuh tertarik gravitasi. Dan tetes air mata mulai turun bulir demi bulir.

Tanpa bicara apa-apa. Yuda mengambil posisi jongkok di depan Ivanna. "kaki lo sakit? Sini gue gendong." ujar Yuda. Menepuk-nepuk pundak lebarnya.

"nggak gitu." Ivanna mulai membuka suara, sangat pelan. Dirinya masih terkejut akan kejadian penguntitan tadi. "gue cuma syok aja tadi karena diikutin orang."

Yuda memutar posisi badannya, menjadi melihat ke arah Ivanna. "ooh gitu... Udah tenang aja, udah nggak ada kok orangnya. Pasti takut sama gue, makanya kabur."

Ivanna tertawa kecil sekaligus berdecih. Mendengar kepercayaan diri Yuta seluas gabungan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. "tapi, mau deh digendong. Gue mager jalan. Capek habis lari tadi." ujar Ivanna. Memasang wajah memelas. Berharap bisa menyentuh hati Yuda.

"ya udah, sini."

Raut wajah suram, penuh kecemasan tadi seketika berubah menjadi secerah lampu jalanan sekitar. Ivanna mengaitkan kedua lengannya pada pundak lebar itu. Pundak lebar yang ukurannya cukup pas dengan badan kecilnya.

Keduanya pun mulai beranjak. Bergerak menjauh dari tempat mereka bertemu tanpa sengaja. Dua insan manusia yang memiliki kesenjangan umur bak kakak beradik itu berjalan tanpa ada obrolan yang mengisi. Malah suara gemerisik semilir angin lebih mendominasi.

"kaki lo, luka." celetuk Yuda.

"hmm, nanti juga sembuh sendiri."

"nggak perlu diobatin?"

Ivanna menggeleng. Menggesekkan-gesekkan rambutnya pada bahu Yuda. Sebagai jawaban. Tanpa berniat mengeluarkan sepatah kata.

Setelah obrolan singkat itu. Keduanya lagi-lagi diam membisu. Mengatup mulut masing-masing. Sampai Yuda kembali membuka suara. "gue mau nanya deh. Kalo ada orang yang bilang suka ke lo, respon lo bakal gimana?"

"tergantung siapa yang bilang. Kalo orangnye jelek, gue tolak. Kalo cakep, masih bisa dipikirin lagi ahahahaha."

"kalo orangnya itu gue?"

Gelak tawa Ivanna yang tadinya mengudara, langsung terhenti. Tawanya berhenti, detak jantungnya juga hampir. Beruntung, percakapan itu terjadi saat keduanya sudah sampai di rumah. Ivanna pun segera melepaskan tautan lengannya, turun dari punggung Yuda. Berlalu mendahului laki-laki itu dan masuk ke dalam kamar.

Our Happy Ending | Jeno-Karina ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang