04. YES, I SEE YOU

289 53 1
                                    

Jeno.

Lak-laki itu terbangun, sedetik setelah alarm di ponselnya berbunyi. Ia mengubah posisi tidurnya menjadi duduk, sebelum beranjak dari kasurnya. Tidak perlu waktu lama untuk Jeno membersihkan dirinya, memakai seragam sekolah, dan bersiap-siap.

Tanpa terasa, libur panjang berakhir begitu saja dan langsung disambut oleh semester baru. Kini, Jeno hanya tinggal memiliki waktu kurang lebih satu tahun untuk mengenyam pendidikan di SMA. Iya, ia sudah menjadi murid kelas 12 sekarang.

Saat Jeno turun dari lantai atas, ia melirik ke arah meja makan yang kosong. Kedua orang tuanya pasti sudah berangkat kerja dan hanya meninggalkan selembar roti, susu, dan uang saku di atas meja.

Tak ingin membuang waktu, Jeno langsung menghabiskan sarapannya tanpa melamun memikirkan banyak hal. Setelah itu, ia langsung mengeluarkan sepeda motornya dari garasi dan bergegas ke sekolah karena cuaca mulai mendung.

Beruntung Jeno sampai lebih cepat, sebelum langit menjatuhkan airnya dengan deras. Bisa ia lihat, banyak murid-murid lain yang berlarian berusaha menghindari hujan.

Saat sedang memperhatikan sekeliling, mata tajamnya tidak sengaja menangkap sosok gadis yang belakangan ini memenuhi pikirannya. Gracie Thalassa.

Gadis itu terlihat tersengal-sengal, rambut panjangnya yang tergerai, beserta seragamnya sedikit basah. Melihatnya membuat Jeno merasa kasihan, sayang sekali nasib Gracie tidak sebaik nasibnya.

Jeno hendak menghampiri, sekedar untuk menyapa.

"woy Jenong!"

Kedua kaki jenjang itu terpaksa berhenti saat suara yang sangat dikenal menginstrupsi, ditambah dengan rangkulan tangan yang kasar semakin membuat Jeno mengurungkan niatnya untuk bertegur sapa dengan Gracie.

"ngapain sih, Jem?" ujar Jeno dengan nada tidak ramah, sambil melepaskan tangan Jeremy dari pundaknya dengan pandangan yang masih tertuju pada objek yang sama.

Tak!

Jeremy menjitak kepala Jeno dengan cukup keras. "lo tuh yang ngapain, bengong aja membatu di koridor. Kan gue kira roh lo udah melayang-layang."

"berisik," ujar Jeno dengan ketus.

Jeno berjalan mendahului sang teman, walaupun pada akhirnya terkejar juga oleh Jeremy. Dan berakhir berjalan bersama menuju ruang kelas. Berterima kasihlah pada hujan karena sudah menggagalkan upacara bendera sekaligus upacara penyambutan yang pastinya memakan waktu yang lama.

***

Gracie.

Gadis itu tak henti-hentinya menggerutu karena bentuk rambutnya menjadi berantakan, ada bagian yang basah, ada juga yang kering. Akhirnya Gracie memilih untuk menguncir rambutnya agar tidak terlalu terlihat berantakan.

Setelah selesai merapikan diri, Gracie langsung keluar dari toilet dan bergegas ke ruang kelas sebelum bel masuk berbunyi. Ia berjalan perlahan, melihat setiap papan kelas dengan teliti, agar tidak salah masuk.

Di tengah perjalanan ke kelas, Gracie tak sengaja berpapasan dengan Jeno. Baik dirinya maupun Jeno menunjukkan ekspresi yang hampir sama, sedikit terkejut.

"eh Gracie," Jeno menyapa lebih dulu.

Sementara Gracie hanya menanggapi dengan senyum sebentar dan mengubah raut wajahnya kembali datar. "hai, Jen."

"dari mana? kok belum masuk kelas?" tanya Jeno sambil melihat sekeliling yang hampir tidak ada orang lain lagi.

"dari kamar mandi, ini juga mau ke kelas," jawab Gracie.

Jeno mengangguk-angguk. "yaudah, gue duluan deh, lo juga mau ke kelas, kan?" ujar laki-laki itu, mulai menjauh satu dua langkah dari Gracie, begitupun sebaliknya.

"Jenong woy tungguin!"

Suara berat dan lantang itu menggema di koridor, diikuti dengan laki-laki lain yang berlari menyusul Jeno. Ternyata pemiliknya tak lain adalah Jeremy Ksatria.

Gracie hanya menggeleng heran dan melanjutkan langkahnya menuju kelas. XII IPS 1. Tanpa ragu, ia membuka pintu ruang kelas.

"Gracieee! Sini!"

Gracie mengulas senyum tipis begitu ia melihat sahabatnya, dan berlari kecil menghampiri. Ia langsung duduk di sebelah Ivanna yang pastinya sudah ditandai sebelumnya.

Sangat beruntung, sang sahabat tidak berbeda kelas dengan Gracie. Kalau tidak, bisa-bisa ia kesepian dan dirundung lagi seperti sebelum-sebelumnya.

***

Notes:

Untuk part ini belum ada kejadian yang istimewa, mungkin di part selanjutnya interaksi kedua tokoh utama akan lebih banyak.

Terimakasih sudah membaca.

Our Happy Ending | Jeno-Karina ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang