"Ini nasgornya."
Taehyung menyodorkan kresek putih itu pada Rosé.
"Gue gak minta."
"Ini gue ngasih, lo laper kan."
"Hm, makasih." Rosé mengambil kresek putih itu. Tidak sengaja tangannya bersentuhan dengan Taehyung. "Tangan lo dingin banget, Kak."
"Gara-gara lo lama."
"Masuk dulu deh. Anginnya kenceng banget, takut lo mati."
Rosé beneran khawatir. Tadi pas megang tangan Taehyung dia berasa lagi megang es batu.
Rosé mempersilahkan agar Taehyunh duduk di sofa ruang tamu, sedangkan dia pergi ke dapur untuk memindahkan nasi goreng itu pada piring.
Agak bego juga Rosé membiarkan seorang lelaki masuk ke rumahnya di jam dua dini hari. Apa kata tetangga atau bahkan orang tuanya kalau tahu ada Taehyung.
Rosé ikut bergabung di ruang tamu dengan membawa sepiring nasi goreng dan air hangat.
"Buat lo." Air itu diberikan untuk Taehyung.
Taehyung tersenyum kecil. "Udah mulai naksir gue?"
"Lo orangnya emang baperan kah? Padahal itu cuma air yang gue kasih, bukan coklat."
Mendengarnya, Taehyung cukup tertegun. Akhirnya mereka diam-diaman saja. Taehyung asik memperhatikan Rosé, dan Rosé yang asik memakan nasi gorengnya sambil melamun.
"Oh iya Kak."
"Hm."
"Besok gue belum bisa ngajarin lo."
"Kenapa? Kita udah deal kalo lo bakal dateng kalo gue panggil."
"Lusa aja ya please. Gue udah ada janji sama orang lain."
"Siapa?"
"Ada deh. Pokoknya gak bisa."
"Kalo gak jelas alasannya, gue mau tetep besok."
Rosé mendengus sebal, menatap Taehyung yang juga sedang menatapnya. Mereka bagaikan sedang berkelahi melalui tatap-tatapan itu.
"Gue udah ada janji sama orang."
"Terus sama gue bukan janji? Kita udah deal, Rosé. Coba tanggung jawab sama ucapan sendiri."
Kini Rosé mengalihkan pandangannya. Agak tersinggung dengan perkataan Taehyung karena nyatanya ucapannya itu benar. Rosé bilang akan selalu datang setiap kali dibutuhkan.
"Gue minta maaf. Tapi gue beneran gak bisa besok."
"Janjian sama siapa?" Taehyung keukeuh ingin tahu. Curiga sama si bekicot sawah dia tuh. "Jungkook?"
Rosé ketar-ketir ditanya seperti itu, terlebih lagi spekulasi Taehyung memang benar. Takut tiba-tiba Taehyung mencegat mereka lagi seperti waktu itu.
"Iya?" ujar Taehyung lagi.
Rosé pun mengangguk pelan.
"Terserah deh." Taehyung mengalihkan perhatiannya kepada ponselnya.
Sementara itu Rosé malah melihat Taehyung bingung. Kayak gak biasanya melihat Taehyung langsung bilang terserah begitu saja tanpa ada perdebatan layaknya semula.
"Maaf ya Kak. Gue tau gue janji sama lo juga, cuma gue gak mau ngelewatin janji gue besok ke Jungkook."
"Hm."
"Jangan marah. Gue beneran nepatin janji gue lusa!"
"Hm."
"Jangan ham hem ham hem. Lo tuh gak cocok cuek kayak gitu."
"Gue mau pulang deh Rosé."
Taehyung sudah beranjak dari sofa.
"Temenin gue sampe selesai makan," celetuk Rosé menolak kepergian Taehyung.
Dia tidak enak sekali sebenarnya kepada Taehyung. Dibalik sifat menyebalkannya selama ini, Taehyung juga baik kepadanya. Seperti malam ini, cowok itu mau membelikannya nasi goreng dan mengantarkannya ke rumah.
Taehyung pun duduk kembali ditempat semula. Menemani Rosé sampai nasi gorengnya habis. Namun, lama-lama Taehyung sadar kalau ritme makan Rosé semakin lambat.
"Cepet suapin, lama amat," gerutu Taehyung melihat beberapa suapan di piring Rosé.
"Kata Mamah, makanan itu dinikmatin. Jangan cepet-cepet makannya."
"Kalo gitu biarin gue pulang. Lo mau gue di sini sampe subuh?"
"Kalo nasgornya baru habis pas subuh, yaiya berarti lo nemenin sampe subuh."
Di kala keheninhan mereka. Rosé tiba-tiba memdapat pertanyaan dibenaknya. Mumpung suasa antara mereka sedanh kalem, Rosé baru berani menanyakannya.
"Lo sama Jungkook ada masalah apa sebenernya? Kayak ada dendam kesumat banget."
Taehyung menyimpan ponselnya. Wajahnya datar, tetapi tegas.
"Problematik."
"That's it?" alis Rosé terangkat.
"That's it. Seharusnya gue yang tanya, lo kenapa suka sama Jungkook."
"Kebalikan dari pernyataan lo. Gue suka Jungkook karena personality dia yang good manner. Jungkook gentle banget ke gue, apalagi first impression gue ke dia yang udah dibuat salut."
"Ya itu lo belum kenal aja seluk beluknya."
"Gue ngehargain pandangan lo ke Jungkook, tapi lo juga harus ngehargain pandangan gue ke Jungkook. Saat lo kenal Jungkook sama saat gue kenal Jungkook udah beda kali, Kak. Dia baik sekarang. Jadi stop overreacting kalo ngedenger nama Jungkook."
"Rosé, gue awalnya juga temenan sama Jungkook. Emang ramah anaknya, cuma dibalik ramahnya dia brengsek Rosé."
Rosé menghela napasnya. Memainkan sisa nasi dipiringnya.
Sedangkan Taehyung hanya memperhatikan keterdiaman Rosé. Pembahasan tadi membuat perasaannya mengganjal. Kecewa dan marah jika mengingat bagaimana bajingannya seorang Jungkook padanya, selain itu ada perasaan tidak rela ketika Rosé secara terang-terangan membela Jungkook.
"Makan gue udah habis. Lo bisa pulang."
Taehyung mengangguk lalu berdiri dari posisi duduk nyamannya sedari tadi.
"Gue pulang."
"Hati-hati."
🌸🌸🌸
.
.
.
To be continued
holaaa, apa kabar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiffer
Jugendliteratur"Kak Taehyung main gak becus!" Hanya karena teriakan Rosé di stadion, dirinya selalu berurusan dengan sang kapten basket sekolahnya. Suasana hati Rosé menjadi buruk jika Taehyung mulai berbuat ulah dengannya. Untungnya ada Jungkook yang dapat membua...