"Ini foto-foto kita waktu kecil," Ran menunjukkan album foto lama sambil bercerita dengan bersemangat. Ia senang ketika akhirnya Shinichi bersedia bertemu dengannya. Kini mereka tengah berada di kafe Poirot.
Shinichi mengamati foto-foto itu dan mendengarkan semua ocehan Ran.
"Apa kau ada ingat sesuatu?" tanya Ran setelah mengakhiri ceritanya.
Shinichi menggeleng.
"Ya sudah tidak apa-apa. Jangan dipaksa,"
"Aku hanya ingin tahu," kata Shinichi akhirnya.
"Apa?"
"Hubungan kita bagaimana sebenarnya?"
"Cukup baik kok,"
"Kalau kita pacaran, biasanya bicara apa saja?"
"Anooo... Kebanyakan Shinichi yang bercerita tentang kasus dan juga Sherlock Holmes,"
"Lalu?"
"Aku sering marah padamu, karena kalau kau sudah menemui kasus suka lupa segalanya. Kau bahkan meninggalkanku yang sedang bertanding karate,"
"Lalu?"
"Aku sering bercerita tentang Otosan dan Okasan yang suka ribut,"
"Apa kita pernah bertengkar?"
"Sering,"
"Karena apa?"
"Ya itu, biasanya karena aku marah sebab kau sangat penggila misteri,"
"Kenapa kau begitu marah karena aku penggila misteri? Ayahmu sendiri kan detektif. Memangnya kau tidak mengerti passionku?"
"Eh... Anooo..."
"Hubungan yang seperti itu kah pacaran kita selama ini? Kalau kau bahkan tidak mendukung passionku dan impianku untuk menjadi detektif, apakah itu yang dinamakan mencintai?"
"Shinichi..."
Shinichi mendesah seraya bangkit dari kursinya, "Gomene Ran, tapi aku tak ingat apapun. Mendengar ceritamu, aku juga tak merasa hubungan kita dulu berbobot. Bahkan terkesan membosankan,"
"Beri aku kesempatan lagi, Shinichi," pinta Ran.
"Sebaiknya jangan membuang-buang waktumu Ran. Aku tidak berharga," ujar Shinichi seraya berlalu pergi.
Shinichi... Ran menunduk sedih.
***
Shiho tertegun memandangnya di depan pintu, "Kudo-Kun?"
"Boleh aku masuk?" tanya Shinichi.
Shiho membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan Shinichi masuk.
"Hakase sedang keluar untuk seminar," Shiho memberi tahu.
"Aku tidak mencari Hakase. Aku ingin bertemu denganmu,"
"Aku? Kenapa? Oh ya, bukannya hari ini seharusnya kau menemui Ran-San?"
Shinichi menghela napas bosan, "Sudah. Aku sudah mendengar semuanya. Aku tak mengerti bagaimana mungkin diriku yang dulu bertahan dalam hubungan yang monoton seperti itu?"
"Kudo-Kun..."
Shinichi mengangkat tangannya, "Jangan paksa aku lagi Shiho..." pintanya.
"Baiklah. Kau memang perlu waktu. Ran-San juga pasti mengerti,"
"Meski aku amnesia, aku juga berhak mengambil keputusan kan?"
"Maksudmu?"
"Aku tidak mau dengan Ran,"
"Kau akan menginginkannya lagi kalau ingatanmu kembali,"
"Bagaimana kalau tidak kembali,"
"Kudo-Kun,"
"Aku menginginkanmu,"
"Nani?"
Shinichi menarik Shiho dalam pelukannya, "Aku menginginkanmu Shiho," bisiknya, "Aku menyukaimu,"
"K-Kudo... Jangan begini..." Shiho berusaha melepaskan diri. Namun Shinichi malah memeluknya semakin erat.
"Jangan tinggalkan aku Shiho. Di dunia yang asing bagiku saat ini, aku hanya bisa percaya padamu. Aku ingin kau selalu di sisiku,"
"Setelah kau ingat semuanya, kau takkan menginginkanku lagi,"
"Kalau begitu aku tak mau ingatanku kembali,"
"Jangan bodoh!"
"Aku sungguh-sungguh! Aku takkan melepaskanmu Shiho. Aku tahu kau juga merasakan hal yang sama. Aku dapat melihatnya,"
"Kudo..." Shiho akhirnya berhenti menggeliat. Perlahan tangannya naik ke punggung Shinichi dan balas memeluknya.
Shinichi memejamkan matanya, merasa nyaman dengan kedekatan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory Lost
FanfictionFF versi ini masih terinspirasi dari drama China Autumn Concerto, bahkan mungkin ini lebih mendekati versi asli dramanya, tapi tetap Pipi Tembam sesuaikan dengan kondisi DC Selamat menikmati! Selamat baperan! Selamat berakhir pekan! Semoga kita semu...