"Luhan! Sudah ditunggu!"
"Iya!"
Perempuan yang baru saja menyahut itu memasukkan tumpukan buku di meja dengan cepat ke dalam tasnya. Kemudian sambil menutup resleting tasnya, ia berlari kecil keluar dari kamar dan menutup pintu. Perempuan bernama Luhan itu menuruni tangga, dan tersenyum ketika wanita dengan lesung di pipi kirinya itu menyambutnya dengan senyuman di bawah sana.
Luhan memberi wanita itu kecupan singkat di pipi kanannya sebelum pergi. "Bibi, aku berangkat, ya."
"Ya, hati-hati!" sahut si wanita dengan suara kencang. Luhan sudah menghilang di balik pintu ketika ia mengatakan hal tersebut.
Senyum yang sebenarnya sudah tercetak jelas di bibir, kini semakin melebar. Luhan membinarkan matanya dengan cerah ketika melihat di depan sana ada seorang laki-laki yang menunggunya. Laki-laki itu tersenyum ketika melihat Luhan menghampirinya. Apalagi saat Luhan menyebut namanya seraya menepuk akrab lengannya, ia tidak bisa menyembunyikan senyuman lebarnya sendiri.
"Sudah menunggu lama?" tanya Luhan. Si laki-laki menggeleng masih dengan senyumannya.
"Tidak. Aku baru datang dan bibi Kim segera tahu tanda-tanda kehadiranku." jawab si laki-laki kemudian.
Luhan terkikik kecil. Sebelah tangannya terselip di sela lengan si laki-laki dengan cepat. Luhan memeluk lengan laki-laki ini. Masih dengan senyumannya, Luhan berkata, "Jadi kita berangkat sekarang?"
Senyuman si laki-laki semakin lebar. "Tentu."
.
.
A Letter For Little Fairy01. Luhan
.
.Saat jam istirahat seperti ini, lapangan basket benar-benar ramai. Banyak siswi berjajar di pinggir lapangan basket outdoor. Matahari menyengat begitu panas saat itu, namun suara mereka seolah mengalahkan apapun. Mereka tidak peduli pada panasnya cuaca, tidak peduli pada suara mereka yang mungkin akan habis karena terlalu banyak berteriak, juga tidak peduli pada keringat mereka sendiri-Eww...
Karena yang mereka pedulikan hanya satu. Yaitu seorang laki-laki yang sedang me-drible bola di tengah lapangan itu. Laki-laki yang kini mengoperkan bola pada kawan satu tim mainnya, yang kini berlari mendekati ring basket dan berusaha bebas dari penjagaan lawan.
"Di sini!"
Seketika semua kepala menoleh ke sumber suara. Entah itu yang berada di dalam lapangan atau yang berada di luar lapangan. Mata mereka sama sekali tidak lepas dari seseorang yang berlari kecil memasuki lapangan. Permainan pun berhenti. Mata-mata mereka menatap seorang perempuan berkucir kuda itu dengan aneh.
"Kenapa berhenti?" tanya perempuan itu bingung. "Apa seorang kapten basket putri tidak boleh ikut bermain dengan kalian?"
Mereka yang berada di dalam lapangan mengerjap. Sebelum pada akhirnya salah satu di antara mereka mengambil bola basket yang dekat dengannya untuk dioperkan pada perempuan itu.
Si perempuan tersenyum lebar ketika bola basket itu berada di tangannya. Ia me-drible bola, memandang waspada lawan mainnya, dan mulai bergerak di celah-celah yang berada di depannya. Begitu gesit, sampai lawan mainnya cukup kesulitan menghadangnya.
Sorak-sorai mereka yang tadi didominasi oleh siswi saja, kini berganti dengan sorak-sorai siswa yang menyoraki si kapten basket putri. Beberapa siswi bahkan ada yang berbisik malas dan pergi begitu saja dari sana. Mereka tidak suka pemain basket kesayangan mereka bermain bersama perempuan tadi. Namun masih banyak juga siswi yang bertahan disana.
Tidak berapa lama, si perempuan berhasil mencetak three point. Membuat siswa-siswa yang baru saja bergabung bersorak-sorai lebih ramai. Si perempuan tersenyum senang. Ia menerima highfive dari seorang laki-laki yang tadinya menjadi pusat perhatian di lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
a letter for little fairy
Fanfiction[RE-UPLOAD FROM FanFiction.Net] HUNHAN GENDERSWITCH FANFICTION!! Tiap kali Luhan membuka loker, tiap kali itu pula Luhan menemukan sepucuk surat kecil untuknya. Kertasnya selalu berwarna biru laut, dengan pena berwarna hitam dan tulisan hangul yang...