15. Rasa: Sayang

22 2 0
                                    

Rasa... Aku ingin berkata tentang suatu hal yang selalu mengganjal dihati dan pikiranku.

Tahukah kau‚ Rasa? Mungkin sudah lama aku merajut hidup bersamanya. Tak lagi terhitung berapa langkah yang tercipta ketika aku bersamanya. Pun pada hirupan napas semenjak dia hadir dan menemaniku. Aku sering bersamanya‚ bahkan selalu. Akhir-akhir ini‚ setelah terbangun dari tidur panjang‚ aku memikirkannya. Memikirkan hidupku dan hidupnya dahulu‚ memikirkan beberapa momen menyenangkan bersamanya dahulu―yang akhirnya sedikit-sedikit aku ingat setelah mendapatkan pening luar biasa dikepala―‚ sampai membuatku pusing tujuh keliling.

Mereka bilang; "Kalian begitu dekat. Seperti amplop dan perangko‚ kertas dan lem‚ air dan arus‚ dan apapun yang bisa dikatakan dekat. Cocok sekali untuk menjadi sepasang kekasih. Kau tak mencobanya‚ Lu?"

Eh‚ aku hampir tersedak ludahku sendiri.

Rasa...

Aku ingin bertanya. Kalau aku sedang berdekatan dengannya‚ dan merasakan betapa bergemuruhnya hatiku‚ merasakan betapa peningnya kepalaku karena darah selalu berdesir diotak dan menggelitik saraf-sarafku yang lain‚ merasakan mendidihnya wajahku dan merasa bertingkah macam anak kecil ketika bersamanya‚ itu namanya apa? Itu namanya rasa apa?

Lalu kalau dia berada begitu jauh dariku‚ melihatnya bersama perempuan lain‚ dan merasa jika ada seorang laki-laki lain berniat mendekatiku‚ akan ada gemuruh nyeri dihatiku. Kalau sudah begitu pasti aku tak tahan untuk menangis. Kalau rasa yang ini‚ rasa apa?

Rasa... Kutanyakan padamu. Tentang kedua rasa itu‚ apakah ada hubungannya dengan masa laluku? Atau hanya sebatas rasa yang mampir sebentar dan hilang begitu saja?

.
.

15. Rasa: Sayang
.

.

"Tadi itu namanya apa?"

"Lay up."

Luhan mengangguk-angguk kecil. Di bangku bersama kedua tongkat onemed nya‚ Luhan memperhatikan Chanyeol yang dengan baik hati menemaninya sore ini. Siang tadi‚ Baekhyun‚ Chanyeol‚ dan Kyungsoo datang ke rumah. Mereka meramaikan rumah dan menghilangkan rasa bosannya. Lalu menjelang sore‚ Luhan mengajak mereka ke taman komplek. Mereka bermain-main layaknya anak kecil dan akhirnya berakhir kelelahan di bangku yang dinaungi pohon besar yang entah namanya apa.

Kemudian‚ melihat lapangan basket‚ Chanyeol memilih untuk bermain sendiri. Sementara itu para perempuan yang bersamanya akan menonton. Mungkin karena bosan melihat Chanyeol yang sedari tadi bermain sendiri‚ Baekhyun dan Kyungsoo memilih untuk mengajak Sehun yang katanya sedang malas-malasan dirumah. Sebenarnya Luhan ingin sekali untuk pergi ke rumah Sehun ketika diajak kedua temannya itu. Hanya saja Luhan sedang badmood karena lusa lalu ia melihat Sehun sedang bersama seorang perempuan yang ia kenal sebagai Haein.

Cemburu? Luhan tak tahu!

Basket. Entah mengapa‚ Luhan begitu suka melihat permainan bola itu. Sedari tadi Luhan bertanya tentang gerakan-gerakan yang diciptakan Chanyeol dan Chanyeol akan menjawab dengan sabar. Chanyeol maklum. Luhan sedang hilang ingatan dan tak ingat apapun tentang hobby nya dimasa lalu ini.

"A-yo‚ Bro!" Chanyeol menyapa tiba-tiba. Pada seorang laki-laki yang kemudian dengan mudah menangkap bola basket yang dioper oleh Chanyeol padanya.

a letter for little fairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang