13. Hai, Luhan

97 6 0
                                    

"Tenang saja. Pada akhirnya, kau yang akan memutuskan pilihan yang aku beri padamu, Luhan. Bukankah kau lebih nyaman dipanggil Luhan daripada dipanggil Lunar?"

Setiap detik yang berlalu dalam kediaman yang dibuat Luhan‚ terasa begitu lama. Luhan mengalihkan pandangan ke arah lain karena tak ingin Ara terlibat perasaannya terlalu lama yang terlihat dari kilatan mata. Perasaan rindu yang mendalam pada kehidupannya sebagai Luhan‚ juga perasaan rindu yang melilit hatinya akan sosok Sehun yang jauh disana.

"Pertama. Kau sudah menyelesaikan tugasmu."

Luhan menatap Ara sejenak. Namun kemudian dirinya menatap kakinya setelah melihat Ara yang begitu lembut menatapnya. "Aku tahu. Aku sudah kembali lagi ke Neverland soalnya." sahutnya pelan.

Senyum milik Ara mengembang kecil. "Kalau sudah selesai‚ seharusnya kau masih berada di bumi."

Luhan mengerjap. Namun tak berkata apa-apa dalam kebingungannya.

"Peri tak memiliki rasa rindu‚ Luhan. Rindu itu datang pada saat mereka ditugaskan menjadi manusia. Dan kini kau merindukannya." Ara berkata tanpa menghilangkan senyumannya yang membuat Luhan malu ketika meliriknya. "Kau bukan lagi peri setelah menyelesaikan tugasmu."

"Tugasku? Selesai?" tanya Luhan sayup di kalimat terakhir. Luhan mengernyit dan berusaha untuk mengingat-ingat. "Tapi‚ kenapa bisa?"

Ara tersenyum. Tak memberi penjelasan lebih pada pertanyaan Luhan. Ara mengambil langkah mendekati Luhan yang terlihat masih mengingat-ingat tentang dirinya yang berada di bumi. Ketika bahunya ditepuk beberapa kali oleh Ara‚ perhatian Luhan teralihkan. Luhan menunduk menghindari mata indah milik Ara yang memperhatikan wajahnya masih dengan senyuman.

"Kau tak menyadarinya‚ ya?" tanyanya. Luhan menggeleng pelan sebagai jawaban. "Carilah lagi dibumi. Tak akan ada lagi batasan waktu untukmu setelah ini. Aku juga tidak akan memberimu tanda akan kesalahanmu lagi. Kau bebas."

Luhan tak menyangka. Ingin rasanya ia bertanya lebih jauh pada Ara tentang apa yang perempuan itu maksud‚ namun tiba-tiba Ara telah membuatnya bungkam dengan cahaya dari tangan Ara yang berada dibahunya. Cahaya itu menyilaukan‚ lamat-lamat menenggelamkannya‚ dan membawanya pergi dari Neverland.

.
.
A Letter For Little Fairy
13. Hai‚ Luhan
.
.

Langkah kaki di koridor kampus saat itu terdengar keras. Kyungsoo‚ si pemilik sepatu yang menciptakan langkah kaki dengan suara yang terdengar keras itu terlihat begitu santai. Hanya ada beberapa mahasiswa di sekitar koridor pagi ini. Sengaja saja Kyungsoo berangkat pagi-pagi untuk bersantai ria di kampus. Di rumah begitu membosankan karena hal-hal tertentu yang tak ingin Kyungsoo pikirkan.

Melewati koridor‚ Kyungsoo memilih untuk mengunjungi kafetaria kampus. Di sana suasana begitu tenang dengan beberapa mahasiswa senior yang terkadang mampir untuk mengisi perut. Lumayan juga untuk cuci mata selain untuk menemui Baekhyun‚ pikir Kyungsoo kegelian.

Begitu masuk ke dalam kafetaria yang tidak terlalu luas itu‚ Kyungsoo langsung menangkap sosok Baekhyun yang kemudian melambaikan tangan padanya. Kyungsoo tersenyum dan menghampiri Baekhyun.

"Menunggu lama?" tanya Kyungsoo mendudukkan diri di kursi kosong yang tersisa.

"Tidak juga. Baru saja datang." jawab Baekhyun seadanya seraya menggidikkan bahu sekilas.

"Chanyeol mana? Kau tidak bersamanya hari ini?" tanya Kyungsoo kemudian. Dahinya berkerut ketika melihat senyum Baekhyun luntur setelah pertanyaan refleks itu terlontar. Kyungsoo bertanya lagi. "Ada apa?"

Baekhyun menggeleng. "Tidak ada apa-apa." jawabnya pelan. Baekhyun melipat bibirnya ke dalam untuk membasahinya‚ lalu menyambung. "Aku sedang ada sedikit masalah dengannya. Tapi aku tidak apa-apa. Jangan dipikirkan dan jangan bahas ini lagi‚ ya?"

a letter for little fairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang