18. Peluk Aku

19 2 0
                                    

Luhan memejamkan mata ketika ia berkata‚ "Beri aku waktu." yang kemudian mulai memberanikan diri untuk menatapnya. "Aku sadar bahwa aku ingin selalu bersamamu‚ ingin selalu mengikuti langkahmu. Aku telah memikirkan hal ini jauh-jauh hari. Bahwa aku membutuhkanmu sama seperti aku membutuhkan oksigen. Aku tak ingin kau berpaling ke perempuan mana pun selama ada aku di sampingmu. Katakan saja aku egois. Tapi, biarkan aku mengingat semuanya dulu. Jadi beri aku waktu. Cukup beri aku waktu."

Dan itu cukup membuat Sehun bungkam.

Mereka saling memandang. Sehun yang bungkam karena keinginan Luhan‚ serta Luhan yang meminta Sehun mengiyakan keinginannya‚ membuat suasana menjadi hening. Ini diluar dugaan Sehun. Meskipun Luhan terlihat biasa-biasa saja dengannya‚ tapi kali ini‚ Luhan mengaku bahwa diam-diam ia telah memikirkan hal itu selama Luhan bersamanya.

Soal Luhan yang ingin diberi waktu untuk mengingat semuanya itu‚ Sehun akan mengiyakan. Kesempatan yang sama tidak akan datang dua kali dalam seumur hidup.

Maka Sehun mengangguk. Membuat Luhan tersenyum‚ dan membuat perempuan itu memeluknya. Untuk saat itu juga‚ Sehun ingin waktu berhenti untuk beberapa saat. Supaya kebersamaannya dengan Luhan terasa lebih lama.

.

.

18. Peluk Aku...

.

.

"Maaf karena aku telah membuatmu sakit saat aku pergi jauh saat itu. Entah itu di mana‚ aku belum ingat sama sekali soal itu. Tapi mungkin aku akan membuatmu senang saat aku berada di dekatmu. Jadi aku peluk saja kau. Bukankah sekarang tak ada jarak diantara kita?"

Pagi itu‚ kafe tak sesepi biasanya. Kyungsoo yang baru saja datang mencari-cari di mana ia dapat duduk dan menikmati secangkir kopi hangat pagi ini. Namun pagi itu‚ meja-meja di dalam kafe penuh entah mengapa. Padahal dihari-hari biasanya‚ kafe ini selalu sepi pengunjung saat pagi hari. Kyungsoo menghela napas menyadari ia tak dapat menikmati kebiasaan barunya hari ini. Kyungsoo berbalik‚ dan keluar dari kafe kemudian.

Baru saja beberapa langkah keluar dari kafe‚ tangannya tiba-tiba ditahan oleh seseorang. Kyungsoo tersentak kaget dan secara refleks menoleh ke belakang. Ada Jongin yang tersenyum padanya. Lantas Kyungsoo melirik ke arah lain karena merasa darahnya merambat naik. Kyungsoo salah tingkah.

"Kenapa keluar?" tanya Jongin.

"Tidak ada tempat yang tersisa." Kyungsoo menjawab seadanya. Ia menarik tangannya yang masih ditahan Jongin. Namun kemudian‚ Kyungsoo kembali terkejut karena Jongin menariknya untuk kembali masuk ke dalam kafe.

"Kau tak lihat aku ada di sini?" tanya Jongin lagi. Ia mendudukkan Kyungsoo disalah satu meja yang sudah ada tas milik Jongin di sana. Kyungsoo menggeleng sebagai jawaban ketika Jongin kembali duduk ditempatnya semula. Mereka saling berhadapan.

Sudah hampir satu bulan kejadian itu berlalu. Dan ini kali pertama mereka bertemu lagi. Kyungsoo merasa canggung karena hal itu.

Bukan hanya Kyungsoo sebenarnya. Jongin juga merasa demikian. Namun Jongin berusaha untuk menutupinya dengan baik. Setiap kali ia melontarkan pertanyaan‚ Kyungsoo menjawab seadanya. Masih seperti terakhir kali mereka di kafe ini. Mungkin Kyungsoo belum terbiasa dengan perhatian Jongin.

"Lalu kenapa kau kesini?" tanya balik Kyungsoo‚ mengubah kebiasaan menjadi seorang yang aktif jika bersama Jongin.

"Aku sedang menunggu seseorang." jawab Jongin seadanya. Ia menjawab masih dengan senyuman yang membuat Kyungsoo diam-diam menahan debaran menyenangkan di dada.

a letter for little fairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang