Hari Jumat siang.
Langit kala itu tidak secerah biasanya. Tidak ada awan juga yang menaungi langit hari itu. Angin yang biasanya berhembus tenang, kini malah berhembus cukup kencang. Menerbangkan dedaunan yang jatuh, atau membawa debu bersamanya. Membuat laki-laki itu menyipitkan mata ketika diterpa si angin yang menyebalkan.
Sehun, si laki-laki barusan, mengedarkan pandangannya pada seluruh penjuru sekolah. Dilihat dari lantai tiga sekolahnya, mereka yang sedang bermain-main di lapangan jadi terlihat kecil. Sehun yang melihat hal itu jadi tidak bisa menahan senyum kecil. Baginya bila ia sedang berada di sini, ia bisa merasa tenang.
Namun tidak tenang juga karena tidak ada Luhan yang selalu berceloteh di sampingnya.
Sehun menempelkan perutnya pada pagar pembatas kemudian. Kepalanya bergerak-gerak ketika matanya mencari sosok perempuan lincah yang tadinya pamit ke kamar kecil dan berjanji akan menyusulnya kemari. Namun Sehun tidak dapat menemukan sosok itu. Malah yang ada hanyalah perempuan-perempuan genit yang tidak sengaja melihatnya dari bawah sana. Mereka sibuk memanggil nama Sehun dan menunjuk-nunjuknya antusias.
Sehun mendengus. Dasar kurang kerjaan.
Sehun melirik jam tangannya, lalu bergumam jengkel. Yang ditunggu-tunggu tidak datang setelah lebih dari lima belas menit Sehun menunggunya di sini. Laki-laki itu berbalik, dan terkejut setengah mati. Ia hendak kembali ke kelas karena jam istirahat hampir habis. Namun dikagetkan dengan kemunculan seorang perempuan secara tiba-tiba. Perempuan itu terjatuh karena menabrak pintu laboratorium yang terkunci setelah berhasil menghentikan langkah larinya menaiki tangga.
"Sehun," si perempuan memanggil dengan kepayahan. "Maaf, tadi aku-"
"Iya, aku mengerti." sela Sehun sambil mengangguk. Ia mendekati si perempuan dan membantunya untuk berdiri. "Tadi kau keluar dari kamar kecil lalu bertemu dengan Kyungsoo sampai lupa padaku." sambung Sehun untuk kalimat si perempuan yang telah ia potong tadi. "Benar?"
Si perempuan meringis, lalu mengangguk. "Maaf, ya?"
Sehun menanggapinya dengan senyum geli. "Ya." sahutnya mengangguk. "Tapi pulang sekolah nanti traktir aku es krim, ya?"
Si perempuan mendelik jengkel, kemudian ia merengut. "Sehun..." rengeknya memelas. Sehun tertawa.
"Iya, Luhan..." balasnya dengan nada suara yang sama.
Si perempuan, Luhan, makin merengut. Ia berbalik dengan satu hentakan kaki jengkel. Luhan menuruni undak-undakan tangga, membiarkan Sehun menyusulnya sambil terkikik.
.
.
02. Sehun
.
."Sehun,"
"Apa?"
"Oh, lihat!"
Sehun menggerakkan kepalanya ke salah satu arah yang ditunjuk Luhan, tepat pada langit sore yang tidak menyenangkan untuk dipandang saat itu. Kening Sehun berkerut dengan mata menyipit kebingungan. Tidak ada sesuatu yang menarik di langit mendung kala itu.
Ketika Sehun menoleh untuk bertanya pada Luhan tentang apa yang menarik di langit yang ditunjuknya tadi, Sehun bengong. Luhan sudah tidak ada di sampingnya. Laki-laki itu mengerjap dan mendongak ketika seseorang memanggil namanya.
"Hei, Sehun!"
Itu suara Luhan. Perempuan itu sedang berlari kecil sesekali melihat kepadanya dengan senyuman.
"Sudah gerimis, tahu! Ayo cepat ke halte!"
Sehun kembali mengerjap. Benar saja, tetesan demi tetesan jatuh di atas kepala juga tubuhnya. Kemudian Sehun berlari kecil untuk menyusul Luhan yang sudah berada di halte. Bertepatan saat itu pula hujan turun dengan deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
a letter for little fairy
Fanfiction[RE-UPLOAD FROM FanFiction.Net] HUNHAN GENDERSWITCH FANFICTION!! Tiap kali Luhan membuka loker, tiap kali itu pula Luhan menemukan sepucuk surat kecil untuknya. Kertasnya selalu berwarna biru laut, dengan pena berwarna hitam dan tulisan hangul yang...