6

5 2 0
                                    

Bila sirine terdengar "nguiiiing" nyaring menerobos gendang telinga, saatnya langkah kaki terdengar, orang-orang berhamburan. Sedang makan, mengobrol atau bahkan ketiduran. Lari! Pakai seragam dan siapkan semua perlengkapan, segera naik ke mobil dan berangkatlah! Menjalankan tugas yang genting, mental harus selalu siap karena misi yang berbahaya mungkin sedang menanti.

Asap hitam mengepul menyerang awan putih di langit, mencoba menjajah nabastala yang cerah. Api seperti tertawa, puas melahap bagian penting kehidupan manusia. Hutan hijau tak luput dari pembasmian, meski penyebabnya puntung rokok yang membakar ranting dan dedaunan kering. Layaknya jika tuan senang menghisap cerutu jangan sebarkan asapnya pada seluruh kota. Si merah bertepuk tangan dengan kecerobohan tuan, tengah hari terik terjadi kekacauan.

Angin yang cukup kencang membuat pergerakan api cepat meluas. Belasan truk pemadam dikerahkan, puluhan pawang berlarian mencoba menjinakkan api, helikopter ikut andil membebaskan langit dari serangan. Segala teknik pemadaman dilakukan di tiap sisi, menekan pergerakan api agar tidak semakin meluas. Warga yang tinggal tak jauh dari tempat kebakaran ikut membantu meski petugas membatasi pergerakannya, sementara yang lain dievakuasi.

Beberapa pemadam mulai tumbang, dilarikan ke Rumah Sakit' terdekat untuk mendapatkan perawatan. Suara sirine bersahutan, mobil ambulans bergantian membawa penumpang. Dalam kekacauan para reporter mulai mewartakan keadaan kritis pada publik, rinci dan jelas, akibat dari kelalaian manusia membuat manusia lain dan kehidupan disekelilingnya terganggu.

Disiarkan di seluruh media elektronik, satu negara dapat mengetahui apa yang terjadi. Grape juga menyaksikan si penyampai warta yang terlihat begitu terburu-buru di tempat kejadian. Ia melirik keluar jendela, terlihat jelas asap hitam yang mengepul tinggi. Grape menebak pemadam yang kemarin dilihatnya juga sedang sibuk di sana, termasuk si rambut merah yang begitu nekat. Sedangkan seorang yang duduk di sampingnya terlihat sibuk mengetik dalam ponsel.

"Kacau sekali di luar?"

Kalimat itu hanya dibalas decakan dari Annete, tangannya masih sibuk mengetik sesuatu.

"Apa yang terjadi pada hutannya?" Kini giliran Jessie bertanya pada ayahnya. Ia merasa bersalah karena ibunya tidak menanggapi Grape.

"Hutannya kesakitan. Ekosistem flora dan fauna bisa musnah, karena hutan yang gundul tidak bisa menampung cadangan air, juga tidak ada tempat berlindung untuk hewan-hewan," jelas Grape.

"Guru di sekolah bilang kita tidak boleh menggunduli hutan. Katanya bisa terjadi longsor juga!" Sambung Jessie.

"Pintar! Kita harus melakukan reboisasi, penanaman kembali pohon di hutan. Tapi itu tidak sepenuhnya berhasil, lebih baik mencegah daripada mengobati."

Jessie mengangguk, anak kelas lima SD tidak selalu mengerti kalimatnya tapi faham apa yang disampaikannya. "Kasihan hewan-hewan," gumam Jessie.

Ekor matanya mencuri pandang pada layar pipih yang diketu-ketuk istrinya, tidak salah lagi nama Joey adalah lawan percakapannya. Hati kembali sakit, sekelebat watak iblis menyelinap, merasa senang bila selingkuhan Annete ada dalam bahaya. Grape segera mengusap wajahnya, ia membasuh wajah lalu mengamati bayangannya di cermin. Ia harus apa? Senang atau sedih? Mungkin Grape hanya perlu tidak peduli, tapi hatinya merasakan hal lain.

___________
Bersambung
___________

Mr. FiremanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang