16

6 1 0
                                    

Hari itu aku melihatmu. Peluh serta lelahku terlupakan, ketegangan yang sekian menit lalu menguap ke udara. Aku ingin tahu sihir apa yang kau gunakan hingga segala bebanku lenyap seketika. Entah ilmu apa yang kaubacakan hingga pesonamu menarikku dengan cepatnya.

Tapi kini aku merasa keindahanmu membawa duka yang mendalam saat binar ramah dari mata biru bak air laut itu mati, lenyap tak kutemukan sedikitpun yang tersisa di sudutnya.

______________

"Ah, Sam kah?" Sapa Grape dengan suara parau.

Sam membulatkan matanya, apa yang ia khawatirkan benar dan ia dapat menebak apa yang terjadi. Tapi Sam kemudian mengatur nafasnya. "Orang ini mengintip rumahmu."

"... Mmm. Masuklah!"

Sam menarik ujung bibirnya, memaksakan tersenyum menghargai keramahan Grape yang tidak biasanya. Sedangkan di belakang Joey hanya berjalan mengikuti, ia tidak tahu apa yang akan ia katakan, persiapan yang membutuhkan waktu yang cukup lama itu tidak berguna sama sekali, menggelembung di udara dan terbawa angin menuju antah berantah.

Pria malang itu terjebak pada situasi tegang yang tidak ia ketahui permasalahannya.

"Sial! Apa yang kulewatkan?" Umpatnya dalam hati. Sam kemudian meneguk air putih yang disuguhkan Grape sebelum sahabatnya itu melamun dengan orang asing yang tak henti menatapnya.

"Apa kalian saling mengenal?"

Grape tidak merespon sedangkan Joey yang disebut orang asing itu hanya menggeleng lemas.

Sam kembali beralih pada Grape. "Kau tidak datang untuk bekerja di tempat itu dan bahkan tidak ada kabar sama sekali. Bos di sana kecewa, dia melarangku untuk datang ke sana lagi. Sial! Padahal wanita di sana cantik-cantik." Keluhnya panjang lebar.

Suasana di sana masih tak berubah, Sam tidak pernah melihat Grape sesedih ini sebelumnya meski ia telah menebak hari ini akan tiba.

Sam berdiri, barulah Grape melirik ke arahnya. Tapi Sam tak memberikan kesempatan Grape untuk bicara, ia mengacak rambut pria mungil itu lalu pergi tanpa mengatakan apapun.

Setelah Sam menghilang di balik pintu, suasana kian canggung. Joey sudah bermandikan peluh, ia sibuk mengusap dahinya yang hampir mengucurkan keringat ke mata.

"A-anu .... Aku-"

"Bisakah kau datang lain kali? Tidak ada siapapun di rumah," potong Grape.

Matanya membulat, pupil coklat seakan hampir loncat. Joey marah, bukan pada Grape tapi dirinya sendiri yang membuat luka yang dalam di hati Grape. Meski ia tahu itu bukan salahnya tapi ia adalah pemeran yang jadi bumerang dalam rumah tangga Grape dan Annete.

Joey melangkah keluar sembari menengok kebelakang sesekali. Melihat Grape membuang muka, mau tak mau Joey harus terus melangkah dan menutup pintu.

"Hey!"

Joey hampir melompat terkejut saat seseorang bersuara di sampingnya. Sam tengah bersandar di sana sambil menyesap rokoknya.

"Apa urusanmu dengan Grape?"

Joey mengusap dadanya lalu melangkah keluar dari halaman rumah Grape diikuti Sam.

"Apa urusannya denganmu?"

"Aku mengenalnya sangat lama, dia pria yang istimewa. Sangat baik dan punya skill luar biasa dalam bermusik."

Joey menghentikan langkahnya, ia melirik Sam. "Musik apa yang ia mainkan?" Tanyanya dengan mata berbinar.

Pria yang ditanyai itu hanya menatap aneh. Sam kemudian berjalan mendahului. Mendapati pertanyaannya tidak dijawab, Joey bersiap untuk menanyakannya sekali lagi tapi didahului Sam.

"Rock."

"Hah, apa? Rock? Benarkah itu? Hey, katakan yang benar, katakanlah! Kata-"

"Diam!" Sam mematikan rokoknya. "Apa kau ini?"

"Itu ... Sulit dipercaya dia menyukai musik rock."

"Apa yang salah?"

"Tidak! Maksudku, hanya tidak menyangka orang seimut dia bisa menyukai musik berisik."

"Apa yang kau katakan barusan? Imut?" Sam mengernyit membuat Joey gelagapan.

"Kau belum menjawab pertanyaanku sebelumnya, apa urusanmu dengan Grape? Kenapa dia mengusirmu?" Sam kembali berjalan dengan Joey yang kini berjalan di sampingnya.

"... Aku dengan istrinya-" belum selesai Joey bicara wajahnya sudah dibogem. "Apa yang kau lakukan, bodoh!" Teriak Joey menarik kerah jaket yang dikenakan Sam.

"Itu yang ingin kulakukan sebelumnya, orang ketiga!"

Joey tidak dapat mengelak bahwa ia pantas mendapatkan pukulan itu. Ia melepaskan cengkeramannya lalu balik memukul Sam.

"Itu sakit, sialan!" Keluh pria bergaya punk tersebut.

"Itu yang kurasakan!"

"Tapi aku bersyukur ada kau. Jangan salah faham! Dengan adanya dirimu Grape malang itu dapat terbebas dari cengkeraman si penyihir."

"Hah?"

"Wanita itu sudah mengekang Grape, dia memaksa Grape untuk hidup dengan gayanya. Harus tampil elegan dan membosankan. Padahal Annete tidak seperti itu saat masa kuliah. Cih! Siluman rubah yang pandai menutupi boroknya."

"Apa segitu besarnya cinta Grape pada Annete?"

"Kau selingkuhan Annete, seharusnya kau tahu perasaan itu."

"Ya ...."

Joey merasakan cinta yang dalam pada Annete, wanita itu adalah alasan Joey berubah. Ia tidak dapat membayangkan seperti apa perasaan Grape yang sudah bersama dengan Annete hingga memiliki seorang anak.

_______________

Bersambung.

Mr. FiremanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang