8

5 2 0
                                    

"Ah, indahnya cinta."

Nayanika mengembun, seindah danau yang memantulkan cahaya mentari pagi meski kecantikan itu adalah pedih yang membuat sakit jiwa. Air bening yang mengalir adalah luka yang teramat dalam, membentuk sungai di pipi merah jambu. Bening tapi pahit, air mata yang lolos serupa racun yang teramat mematikan.

Jauh dibelakang sana, sejauh bayangan yang tertangkap kaca spion, fakta mengkhianati Grape. Lagi, lagi dan lagi, fantasinya diruntuhkan oleh kenyataan. Perih, semesta menghujamnya dengan tombak sampai-sampai tubuh dan jiwa koyak. 

Ada apa dengan dunia? Mengapa mencoba mengusirku? Mungkin itulah yang ditanyakan hati terdalamnya namun Grape menyamarkannya dengan "sabar." Jika hati memiliki pita suara sendiri ia akan menjerit, terus saja bersabar sampai hati benar-benar membeku.

Belum siap! Grape selalu berbisik setiap pagi, berharap hatinya sehangat arunika meski badai salju menyapu daratannya. Ia berdoa di ujung senja, semoga kebaikan selalu menyertainya. Ia memohon di malam gelap, mengadu pada bintang bahwa ia ingin bahagia. Ia ingin Annete, bunga Seroja di danau cintanya.

Sayang seribu sayang, kenyataan berbeda dari pulau fantasi, bertolak belakang dengan imajinasi. Spion menunjukkan bukti bahwa Lotus itu dengan suka rela mengikuti petani. Menggandengnya, memeluknya bahkan mencium dengan mesra.

Grape sungguh tidak tahu mengapa ia membantunya, menolong seseorang yang merebut kebahagiaannya. Bukannya lebih baik jika orang itu terjatuh dan kesakitan?

Lamunannya menyibak tabir kisah, menunjukkan satu masa saat Annete mengingatkannya tentang melupakan hati. Yang pasti kau menang! Katanya. Tapi Grape tetap mengulurkan tangan meski tahu orang itu adalah Joey. Berbuat baik tidak perlu pilih-pilih, sekalipun suatu saat ia dibalas gigitan, jejak telapak tangannya menjadi tanda. Biar semesta yang menghukum, menurutnya.

"Ada apa?"

Yang ditanya hanya mengerutkan kening. Butuh penjelasan.

"Matamu sembab. Ada apa, kenapa menangis?" Ulang Sam.

"Man! Itu bukan apa-apa!"

"Baguslah jika itu hanya sekedar penyakit mata, syukur-syukur tidak ikut melukai hati."

Grape tertunduk. Membodohi sahabatnya adalah hal bodoh yang terbodoh dari semua kebodohan. Anak kecil pun tahu bahwa ia habis menangis.

Kelu. Lidahnya menjadi kaku, mulut tetap terkatup sedang alfabet hilang entah kemana. Grape dilema, haruskah ia menceritakan istrinya pada orang yang membenci Annete. Mungkin saja Sam akan mengoloknya dan sudah pasti orang itu akan menyuruhnya menceraikan Annete.

"Sweetie?"

"Mm. Anu, ...." Akhirnya Grape bercerita, semuanya dari awal hingga akhir. Ia ragu tapi dirinya harus percaya pada sahabatnya.

Selesai cerita, tapi Sam tak jua memberikan respon. Tatapan dinginnya membuat Grape merasa akan diterkam. Berbeda dari sangkaan, kini ia tahu bahwa tidak baik berprasangka buruk.

Pria aneh' itu mengulurkan tangan menepuk pundak Grape yang duduk di hadapannya. "Bung, aku ada untukmu!"

"Oy!"

"Haha! Jangan salah faham, sebagai sahabatmu aku akan mendukungmu. Kau orang yang baik, kebahagiaan menunggumu."

Apakah Sam tidak peduli? Ia sesungguhnya ingin memaki, ingin menyeret Grape untuk membuat gugatan cerai, ingin menemui selingkuhan Annete kemudian meninjunya. Tepat di wajah. Tapi itu tidak akan merubah fakta bahwa Annete mengkhianati Grape, dan tidak juga membuat Grape senang.

Sahabatnya terlalu mencintai Annete. Kebodohan itu hanya dapat diatasi dengan kesadaran, ia ingin Grape menyadarinya dan melepas Annete sendiri. Bukan sekali dirinya mengingatkan tapi Grape selalu sensitif. Dan saat sekarang pria mungil itu hanya butuh dukungan.

"Mengapa tidak ikut denganku malam ini? Band yang kau sukai itu bermain, kita bisa datang tanpa tiket. Akan kucari kan pekerjaan, kau perlu menjernihkan pikiran."

"Kau tahu kan, Annete ..."

Annete? Apa yang mungkin terjadi jika dia saja terlalu sibuk merawat orang lain? Saking sibuknya, tangannya bahkan tidak sempat menyuapkan nasi, penuh dengan gawai.

"... Aku akan membuat panggilan sebentar!" Grape kemudian mencari tempat nyaman untuk menelpon.

Saat terhubung, terdengar suara gaduh di sebrang telepon. "Ayah?"

"Hai, bagaimana liburanmu? Apa di rumah nenek menyenangkan?"

"Ya! Nenek membuatkan kue jahe, rasanya sedikit pahit." Terdengar gelak tawa dua orang.

"Ayah merindukan kue jahe buatan nenek ... Bu, apa kau di sana?"

"Iya, aku mendengarmu!"

"Kuharap kau sehat selalu. Aku titipkan Jessie, ya? Jaga pula kesehatanmu, Bu!"

"Kau memang anak baik, cucuku juga baik dan sangat telaten membantu. Tidak ada yang perlu dicemaskan."

"Terimakasih, Bu. Aku akan berkunjung nanti sambil menjemput Jessie."

"Datanglah!"

"Ayah, kami akan baik-baik saja!"

"Tentu, putri ayah sangat cerdik! Tunggu ayah menjemputmu, oke?"

"Oke!"

Grape menutup telepon lalu mengirimkan pesan teks pada Annete, Grape tidak ingin seolah ia yang berselingkuh.

Grape dan Sam bersiap pergi untuk konser. Ia memiliki harapan besar mendapatkan pekerjaan dan Grape juga berharap ia bisa merilekskan pikirannya. Membuang nama Joey jauh-jauh!

_________

.

Bersambung.

Mr. FiremanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang