17

5 1 0
                                    

"Joey!"

Ah, lagi? Pria dengan seragam oranye itu mengacak rambutnya. Hatinya menggerutu, selamatkan aku! Mungkin begitulah hatinya menjerit.

Ia mengatakan bahwa dirinya membenci Annete tapi tak dapat dipungkiri bahwa perasaan cinta tak dapat lebur begitu saja. Namun kali ini Joey sangat kesal dan jijik dibuatnya. Wanita dewasa yang ambisius itu berubah tidak lagi memukau seperti dua tahun lalu di sebuah klub. Dalam waktu satu Minggu wanita itu telah mempertaruhkan harga dirinya, entah apa yang kali ini ingin didapatkannya.

"Menyingkirlah! Kau tidak lihat aku sedang sibuk? Aku harus segera mencuci truk besar itu sebelum sesuatu yang buruk terjadi!" Bentak Joey, mengarahkan ujung telunjuknya ke truk pemadam. Di sana terlihat beberapa rekannya menunggu yang juga terlihat kesal.

"Dengarkan aku dulu!" Bibir merah pucat dibuat seseksi mungkin, semua pelatihannya sebagai model ia kerahkan. Berakting menjadi wanita manja—dirinya lupa bahwa Joey tidak tertarik pada tingkah bocah 'ABG' semacam itu.

"Sial! Orang bodoh mana yang mengijinkan mu masuk ke sini?" Gumam Joey lagi.

Jangan mempertanyakan hal konyol semacam itu, memang siapa yang tidak akan tiba-tiba menjadi baik di hadapan wanita cantik nan seksi? Maksudku, psikopat mana yang akan sedingin itu?

Rasanya ingin menghilang dari bumi, bersembunyi sejauh mungkin. Setidaknya tidak bertemu Annete atau wajahnya akan tercoreng. Joey asyik membersihkan sela gigi dengan tusuk gigi yang sudah patah. Satu kebiasaan buruk itu ialah hal yang sangat dibenci Annete, ia dapat terbebas sejenak.

"Tidak ada wanita yang mau melirik pria jorok macam itu!"

Joey menengadah, satu teman lamanya berdiri sambil memomong bayi laki-laki. Pria itu duduk di samping Joey, memakan kentang goreng Joey tanpa permisi. "Mmm. Kau suka sekali kentang, Joey?" Imbuhnya dengan mulut penuh.

"Terpujilah leluhur kakek Dave!" Joey mengambil nampan berisi kentang goreng tersebut. "Beli sendiri, sialan!"

"Pelit sekali!" Pria itu kembali merebut nampan dan kembali di letakkan di samping mereka, ia memakan kentangnya perlahan. "Siapa? Moyangmu?"

"Kenapa kau peduli?"

"Apa? Kita harus menghormati leluhur, bukan?"

"Cih! Kau belikan aku kopi!"

"No problem! Titip anakku!"

Pria itu lalu pergi untuk memesan kopi di kedai yang berada tepat di seberang jalan. Sedangkan Joey menimang bayi.

Senyum merekah. Pipi tembem dengan hidung kecil, kulit yang sangat halus serta jemari mungil membuat Joey gemas. "Kau kecil sekali!" Bisiknya.

Tingkahnya mengundang kecurigaan orang-orang sekitar. Penculik bayi? Psikopat? Lolicon? Senyum mengerikan di wajah Joey cukup untuk membuktikan bahwa bayi dalam gendongannya bukan miliknya.

"Joey, hentikan itu! Kau mengerikan!" Ayah si bayi telah kembali dengan dua cup kopi panas, ia segera mengambil kembali anaknya. Memberikan isyarat klarifikasi untuk menjawab kecurigaan orang-orang yang sudah menatap tajam Joey. "Semuanya baik-baik saja. Haha!"

"Apa menyenangkan memiliki bayi?"

"Sekarang kalimatmu terdengar aneh. Mengerikan!"

Joey menyeruput kopinya. "Hidup sebatang kara itu membosankan."

"Umur sudah matang, layak berumahtangga. Bukankah ada wanita yang meluluhkanmu?"

Joey hanya membalasnya dengan helaan nafas.

Pria tadi mengernyit. "Mungkinkah sekarang kau tertarik pada orang lain? Pria kecil waktu itu misalnya?"

"Wo wo wo! Dude, apa yang kau bicarakan?" Protes Joey.

"Itu bukan lagi hal tabu. Kau jelas seperti melihat mangsa hari itu. Toh, sekarang hal semacam itu sudah legal di berbagai negara."

"Kau salah faham!"

"Kenapa kau berkeringat seperti itu? Apa kau memimpikannya dalam mimpi kotormu?"

"Hah, apa?" Joey melompat menaiki kursi panjang yang didudukinya. "Pertanyaan bodoh macam apa itu?"

"Kau selalu menceritakannya saat sekolah dulu. Setiap kali kau tertarik kau akan mimpi basah dengan orang itu."

Joey mengingatnya kembali. Benar, ia selalu bermimpi kotor ketika naksir seseorang, tapi itu zaman sekolah dulu, saat masih duduk di bangku SMA. Ia ingat sudah lama tidak mengalaminya hingga hari itu, Grape tiba-tiba muncul dalam mimpi kotornya. Bahkan sekarang sudah berlangsung selama tiga bulan, mimpi itu selalu menghampirinya. "Sial!"

"Tebakanku benar. Jadi, bagaimana nasib wanita itu?"

"Itu dia. Annete ternyata istri dari pria yang waktu itu."

"Apa?" Teriak teman Joey keras, membuat bayi dalam gendongannya menangis. "Tunggu aku akan menitipkan anak ini." Ia berlari menghampiri seorang wanita yang baru keluar dari salon kecantikan. Itu adalah istrinya.

"Nah, sekarang ulangi lagi ceritamu!"

"Kau ini senang sekali bergosip."

"Ini curhat bukan gosip! Aku mendengarkan ceritamu agar kau tak kesepian."

"Aku tidak punya hubungan apapun lagi dengan Annete, dan yang kutahu suaminya juga akan menceraikan dia." Joey memasukkan segenggam kentang goreng ke mulutnya. Ia tersedak. "Sial, kenapa kau tak menghentikanku?"

"Tersedak sedikit tidak akan mati! Jadi kau mengencani istrinya dan naksir suaminya? Liar sekali!"

"Bisa kau hentikan itu? Jangan menyimpulkan sesuka hati!" Joey meneguk habis kopinya lalu pergi meninggalkan temannya yang tertawa terbahak-bahak.

Itu bukan salahku, semuanya terjadi begitu saja. Batin Joey.

________

Bersambung.

Mr. FiremanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang