Bestfriend Become Lover (2)

56.6K 861 12
                                    

Bestfriend Become Lover

===============

Sebulan setelah adegan panas itu terjadi, Tania begitu susah untuk dihubungi. Brian sudah mencoba segala cara untuk menghubungi wanita itu, namun, hasilnya nihil termasuk dengan mengunjungi apartemen Tania.

Kali ini Brian sudah berada di depan unit apartemen Tania. Ini sudah entah keberapa kalinya ia mengunjungi apartemen Tania, namun, Tania tidak pernah menampakkan dirinya.

Ting... Brian memencet bel apartemen Tania dengan harapan Tania akan membukakan pintunya. Bukan tanpa alasan, ia ingin menanyakan kenapa wanita itu sulit dihubungi, terlebih lagi Tania sulit dihubungi setelah mereka berdua melakukan hal itu.

Ting... sekali lagi Brian memencet bel dengan harapan yang sama. Klek... Kali ini pintu tersehut dibuka. Ia bisa melihat wajah Tania yang kaget begitu melihat Brian di sana. Tania berusaha sekuat tenaga untuk menutup pintu tersebut tapi kalah dengan tenaga Brian.

"Lu kemana aja? Kenapa susah dihubungin?" tanya Brian pada Tania.

"G-gak kemana-mana kok... gu-gue ada di rumah..." ucap Tania.

"Kenapa gua gak dibukain pintu?" ucap Brian.

"Ada perlu apa? Gue sibuk, mending lu pulang sekarang..." Tania berusaha menyeret Brian keluar.

Brian awalnya pasrah, mungkin Tania butuh waktu sendiri. Sampai ia melihat suatu benda yang membuat dirinya terkejut.

"Ini apa?" tanya Brian begitu menemukan sebuah obat bernama misoprotol, obat yang biasanya digunakan untuk menggugurkan kandungan.

"Bukan, lu keluar sekarang!" bentak Tania yang emosinya meledak.

"Jawab ini apa?" tanya Brian sambil memegang obat itu.

"Bukan urusan lo, pulang sana." Tania merebut obat itu dari tangan Brian.

"Sini..." Brian menarik lengan Tania menuju ruang tengah. Ia mendudukan Tania di sofa setelahnya ia berlutut di depannya. "Lu hamil?" tanya Brian dengan nada yang lembut.

".................." tidak ada jawaban yang keluar dari bibir Tania, ia hanya menganggukan kepalanya.

"Anak gua?" tanya Brian dengan hati-hati.

".................." lagi-lagi hanya anggukan yang dilakukan oleh Tania.

"Kenapa mau lu gugurin?"

"Gue gak mau anak ini lahir tanpa Ayah." jawab Tania.

"Tanpa Ayah? Gua masih hidup, Tan." ujar Brian.

"Maksudnya?" tanya Tania.

"Gua bakal tanggung jawab..." ucap Brian dengan penuh ketulusan.

"Maksudnya?"

"Gua tanggung jawab, ayo nikah..." ajak Brian.

"Nikah? Terus kalau anaknya lahir lu ceraiin gue, gitu?" kata Tania.

"Enggak, kita bisa hidup bahagia kan." ucap Brian sambil mengelus punggung tangan Tania.

"Kita?" tanya Tania bingung.

"Iya. Gua, Lu, dan Anak kita."

Brian terus mencoba meyakinkan Tania, ia benar-benar ingin bertanggung jawab.

"Gimana cara bilangnya ke orang tua kita?" tanya Tania kebingungan.

"Tenang, ntar gua yang bilang." Brian mencoba menenangkan Tania.

"Tapi masalah lu baru aja selesai kemarin, apa orang tua lu gak murka?" Tania ada benarnya, baru saja masalah Brian dan Fina selesai.

"Tenang aja, yang penting lu dan anak kita sehat, oke?"

Lembaran Biru (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang