Pendahuluan

301 59 105
                                    

⚠PERHATIAN⚠

SEBAGIAN CERITA ADALAH IMAJINASI PENULIS SEMATA. TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK MENIRU APALAGI MEMPLAGIAT. CUKUP DIJADIKAN SEBAGAI BAHAN PENGHIBUR PEMBACA.

JIKALAU TIDAK SUKA DI LAPAK SAYA, SILAKAN OUT, TERIMA KASIH❤️

--ooo--

Sebagaimanapun pahitnya sebuah sejarah, namun jika ia berkesan, maka ia akan tetap berada di dalam ingatan.


Berawal dari rindu, kisah ini terkuak kembali.

Rindu?

Ya rindu. Mungkin sebagian di antara kalian menganggap jika hal ini terlalu lebay untuk dibahas, tetapi itulah hakmu, bagaimanapun caramu memandang aku tak patut untuk mengoreksi apalagi menyalahkan.

Akupun tak tahu mengapa? Tetapi jika disuruh jujur sejujur-jujurnya, aku akan mengatakan jika aku memang tipikal orang yang kerap kali dihinggapi oleh rindu. Jika kalian bertanya kok bisa? Aku hanya bisa mengatakan, "Bisalah. Yakali gak bisa."

Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Itu sih yang pernah gue dengar yah. Dan aku sangat pro dengan itu.

Seperti dikatakan di awal, aku ini memang tipikal orang yang suka merindu (Kasihan banget). Hal itu pertama kali terjadi beberapa tahun yang lalu, sejak aku bertemu dengan seseorang yang bisa membuatku berkata, "Aku Ingin Satu Lagi." Seseorang membuat aku terkesan menjadi orang yang tak pernah bersyukur atas karunia Tuhan kepadaku.

Kembali ke "Rindu." Aku merindu karena aku tak bisa bertemu. Ya, itulah penyebabnya aku demikian dan kurasa itu juga terjadi pada kalian bukan?

Rindu - lima huruf yang membuatku merenung di sepanjang malam, di sepanjang pekerjaan, dan di sepanjang aku menulis ini. Rindu bukanlah berat tetapi sulit, berat itu jika dibawa dan sulit itu ketika dirasakan! Jadi tentu ada perbedaan bukan? Walaupun pada akhirnya sama. Sama-sama membuat kita resah.

Semua hal, semua aku rindukan. Rindu dia, rindu kamu, dan kemungkinan besar aku juga merindukan Film Upin-Ipin yang sudah lama aku tidak menontonnya. Oke baik, mungkin setelah menulis ini, aku akan menontonnya. Melihat kepala botaknya yang selalu terngiang-ngiang dalam kepalaku.

--oOo--

Lupakan leluconku, itu semua tidak berfaedah dan yang paling jelas itu semua garing, itu sebabnya aku tak berbakat menjadi seorang stand up comedy.

Alangkah baiknya, mari kita memulai cerita ini daripada berlama-lama dan mamamu akan memanggil.

Pada awalnya, aku berpikir kalau kisah ini tidak perlu diumbarkan ke seluruh dunia dan otomatis kalian tidak akan pernah tahu. Akan tetapi, aku berpikir lagi. Jika aku tidak menulis ini untuk diriku, bisa saja otakku tidak akan mengingatnya di suatu saat nanti. Jadi aku tulis.

Kalian jangan berharap bahwa kisah ini untuk kalian. Tidak, sebenarnya cerita ini aku tulis untuk diriku di masa-masa yang akan datang. Agar masa lalu akan tetap terkenang dalam ingatan untuk selama-lamanya. Namun, kalau kalian juga mau kepo, tidak apa-apalah. Asal jangan merasa baper apalagi tersinggung.

Nih, ada quotes penyemangat untuk para penerawang masa lalu:

"Cara terbaik untuk mengulang masa lalu, adalah mengingatnya kembali. Dan cara terbaik untuk mengabadikan masa lalu, adalah menulis kisah itu dalam buku."

Itu menurut aku, tetapi kalau menurut kalian aku tak tahu. Mengingat masa lalu segampang itu kok. Maksudnya, setelah capek-capek menulis, aku bisa membacanya dan teringat kembali dengan mudah.

--oOo--

Jika kita berbicara masa lalu. Tak selamanya masa lalu itu buruk, ataukah baik terus. Semuanya tergantung bagaimana kita menjalaninya.

Sudah pasti buruk ataupun baik. Karena kehidupan dunia diibaratkan dua kaki yang melangkah ataukah roda yang berputar. Kadang kebaikan datang bertandang, namun keburukan akan tetap mengintai.

Namun, dengan adanya kesabaran, keikhlasan, dan doa. Semua itu akan terasa indah dalam hidup. Indah, karena kita merasa bersyukur diberikan nikmat oleh Allah. Dan indah, karena kita mampu bersabar ketika diberikan cobaan yang bertubi-tubi.

Sedangkan doa dan ikhtiar adalah jembatan melewati pulau kedukaan dan pulau kebaikan. Sehingga tibalah ke pulau kedamaian dan kebahagiaan.

--oOo--

Mungkin sudah banyak unek-unek yang terlontar di bagian ini. Baiknya kita melanjutkan pembahasan kita. Aku tidak mau lapak ini menjadi kumpulan ceramah dariku. Karena mungkin di antara kalian ada yang tidak menyukainya.

Marilah kita berpetualang ke masa lalu, memutar waktu menggunakan mesin waktu yang terdapat di dalam kantong ajaib Doraemon. Kali aja kita bisa kembali ke tahun yang indah itu.

Masa lalu - masa yang menjadi penghubung masa sekarang. Masa yang tak pernah luput dari sejarah dunia, serta masa yang membuat kita merenung dan tanpa sadar mengatakan, "Andai saja waktu itu aku ...."

Entah mengapa begitu banyak yang ingin kujelaskan tentang masa lalu, tetapi bukan sejarah perang dunia, ataukah tentang sejarah Indonesia. Lebih tepatnya adalah sejarah hidupku saja. Ah, Lupakan saja!

Daripada berlama-lama, sebaiknya mari berpetualang ke masa lalu, melewati beribu jam yang berdetak di masa itu dan menemukan apa yang aku cari. Yaitu mencari dia yang pernah bersamaku di Nurul Yaqin.

--oOo--

Hii ho gengzzz ...

Abis vakum dari dunia literasi, karena abis bersemedi di Gunung Maraja nih. wkwk. Aku kembali nongol dengan membawa satu cerita yang cukup asing bagi kalian, dan ini adalah pertama kalinya aku nulis cerita begini.

Cerita bergenre (FIKSI SEJARAH) Gitu. Moga aja suka yah gengzz, kalau banyak kesalahan maklumi yah, masih belajar soalnya.

Sekian dulu, koar-koarku. klw suka, kuy dibaca. jangan lupa vote + coment biar aku semangat nih lanjutinnya.

salam sayang sanssastra

Santri Nurul Yaqin [END] - Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang