Tidak terasa sudah hampir tiga bulan aku mengajar di Nurul Yaqin setelah peristiwa prank itu, dan semuanya berjalan dengan baik-baik saja. Pelajaran fikh mulai dari mengkaji isi Iqra' dan Al-Qur'an hingga pemahaman ilmu agama, semuanya dapat diterima dengan baik, walaupun masih ada santri yang kewalahan menerimanya.
Di Nurul Yaqin, proses pembelajaran aku ubah sedikit. Jika dulu aku mengajar dua jenjang sekaligus, maka sekarang aku hanya mengajar satu jenjang setiap harinya. Itu semua kulakukan karena aku merasa waktu mengajarku cukup sedikit jika mengajar mereka sekaligus, ya kira-kira Cuma 1-2 jam perharinya. Oleh karena itu, aku bersiasat menyusun jadwal di mana anak TKA dan TPA dibuatkan jadwal yang selang-seling.
--ooo--
Siang yang tidak panas dan tidak juga hujan. Aku tiba di Nurul Yaqin sekitar setengah dua dan langsung shalat Duhur dulu sebelum mengajar. Setelah melakukan ibadah, aku langsung menemui anak-anak TKA yang sudah siap dengan buku Iqra'nya masing-masing serta kitab Al-Qur'an mereka.
Hari ini Cuma aku yang hadir. Aku tidak tahu ke mana kakak panitianya pergi, mungkin mereka sedang sibuku, pikirku.
"Assalamu'alaikum adik-adik semua."
"Waalaikum salam Kak!"
"Gimana kabarnya hari ini, sehat-sehat?" tanyaku.
"Sehat, Kak!"
"Alhamdulillah kalau begitu. Sekarang, kita mulai belajar ya, karena sudah masuk jam dua," ucapku dan mulai bersila di depan mereka. "Tapi sebelumnya kalian siapkan dulu. Siapa yang mau siapkan?" tanyaku.
Mereka saling padang. Memang santri TKA ini tidak cukup nyali kalau dia yang maju duluan. Bukan hanya anak TKA tapi anak TPA lebih-lebih. Kalau dibandingkan dengan anak TKA, aku merasa anak TPA jauh lebih pendiam dibandingkan dengan anak TKA. Anak TPA terlalu takut jika untuk berbicara.
"Herul! Kamu yang siapkan!" perintahku karena mereka hanya saling menunjuk satu sama lain dan kutahu akhirnya tidak ada yang mau kalau tidak ditunjuk.
"Duduk Siap! Gerak!!"
"Satu, dua, tiga, empat, lima!"1)
________________________
1) cara menyiapkan sebelum forum. Pada persiapan ini ada 1 gerakan tangan setiap menyebut satu angka. Satu, tangan kanan diluruskan kedepan. Dua, tangan kiri diluruskan kedepan. Tiga, tangan kanan disimpan di lengan atas kiri. Empat, tangan kiri disimpan di lengan atas kanan, dan lima, bentuk tangan yang menyilang di turunkan ke dada dan posisi duduk yang siap.
________________________"Ulangi, kurang bersamaan!" perintahku dan mereka kembali mengulanginya sampai benar-benar bersamaan. Setelahnya, aku menyuruh mereka untuk berdo'a.
"Robbi zidnii ilmaa warzuqnii fahmaa. Rabbisyrahlii shadrii wa yassirlii amrii wahlul 'uqdatan min lisaanii yafqahuu qaulii."
"Artinya, Ya (Allah) tambahkanlah ilmu pengetahuanku dan berilah aku pemahaman yang sempurna. Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku."
"AAMIIN"
"Oke sekarang kalian buka, buku kalian dan kita mulai mengaji. Putri, Ayu, Afdal, buka Al-Qur'annya."
"Yang lain, Ismail, Herul, Wiwi, Nita, silakan buka Iqra'nya."
Aku memerintah dan mereka melaksanakan perintahku. Selalu, sebelum aku memantau bacaan mereka. Aku berikan kesempatan untuk membaca sendiri biar nanti ketika menghadap, mereka akan lancar. Begitulah metode belajar yang aku gunakan di Nurul Yaqin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Nurul Yaqin [END] - Sudah Terbit
Ficción GeneralKarena Rindu, Kamu Hadir Karena Cinta, Kamu Abadi -SanTri Nurul Yaqin- Ini tentang perjuangan Ini tentang amanah Ini tentang kasih sayang Ini tentang ketulusan [Begitu sakit, meski lukanya tak nyata] Segenggam kisah yang bercerita tentang Aku, kamu...