Happy Reading sobat-sobat sekalian ....
--oOo--
Pertemuan perdana di tahun baru 2020 sudah berlalu kemarin. Hari ini aku dan beberapa alumni sengaja datang lebih awal. Bukan sengaja sih, tetapi memang harus datang lebih awal dari santri TPA, karena kami harus mengajar santri TKA terlebih dahulu. Nah, jika TKA telah selesai dan pulang, barulah kami beralih mengajar santri jenjang menegah yaitu TPA.
Dan seperti saat ini, ketika aku dan beberapa alumni pendamping selesai mengajar anak TKA kami langsung menutup pintu masjid dan melarang ada yang masuk, kecuali alumni atau biasa disebut panitia pendamping.
"Hei panitia, kumpul dulu!" Aku langsung menyeru di dekat mimbar sembari duduk sila di atas lantai.
Sebagian panitia berlari ke arahku. Mereka meninggalkan pekerjaanya yang entah asyik ngobrol atau main ponsel?
"Ada apa Kak San?" tanya Nurul yang begitu antusias.
"Mana yang lain?" tanyaku.
"Hoe, nanak kumpul nabilang Kak San! Ndak mudengar menggi sa?" pekik Nurul kepada beberapa panitia yang super lemot. Singkatnya waktu, panitia sudah berkumpul di hadapanku semua seraya menanti hal apa yang akan kuinfokan.
"Oke, adik-adik panitia, terima kasih atas perhatiannya. Jadi, aku langsung saja ya. Tadi, aku sempat tanya sama Edi, siapa- siapa santri yang dari rumahnya kemarin. Entah itu pergi beli atau gimana, dan ternyata Edi bilang kalau Sarina dari beli kemarin."
"Terus?" tanya beberapa panitia yang masih bingung.
"Kalian tahukan, santri baru kita belum dapat pelajaran," balasku tersenyum.
"Maksudnya?" tanya Pika.
"Maksudnya Kak San, maui prank ki ananak!" timpal Edi membalas pertanyaan yang dilontarkan Pika.
"Yap, betul sekali," lanjutku.
"Oh, tapi bagaimana caranya?"
"Kan kemarin, kita tuh sempat marahi mereka karena tidak fokus saat mengajar kan? Dan ada juga yang tidak bawa buku." Panitai mengangguk mengiyakan, " Jadi, nanti kita prank mereka seolah-olah marah besar karena mereka sudah mengadu sama Ibu Imam, kalau dia dimarahi dan dihukum kemarin. Dan saya habis dimarahi sama Kakak Ida karena mereka sudah mengadu," ucapku.
Semua panitia memanggut-manggut. "Wah, boleh-boleh."
"Jadi nanti semua harus marah, pokoknya perlihatkan koar-koarmu!"
"Oke tidak masalah. Itu gampang!" sambut Nurul antusias. Memang Nurul ini kalau masalah "prank" atau "memberi sanksi" selalu nomor satu paling depan.
"Oke bagaimana yang lain?" tanyaku. "Nisma, Reni, Pika, Muhlis? Bagaimana?" lanjutku.
"Aku sih Yes," ucap Nisma.
"Ya, saya juga," lanjut Pika yang disusul oleh yang lain.
"Baik kita sudahi forum kita, sekarang coba cek apakah santrinya sudah datang?" tanyaku memerintah. Edi langsung keluar masjid memantau kondisi dan kembali lagi untuk memberitahu kalau santri TPA sudah datang.
--oOo--
Dengan menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkanya perlahan, aku mulai berjalan menuju pintu dan benar yang dikatakan Edi bahwa memang santri-santri itu sudah hadir. Namun, sepertinya mereka tidak lengkap, maksudnya ada santri yang tidak hadir. Tidak masalah, pokoknya prank harus berjalan.
Tak lupa pula, para panitia sudah bersiap dibelakangku, seakan begitu antusias dan semangat untuk melakukan prank yang cukup dahsyat ini.
Aku berdiri di ambang pintu masjid sembari bertolak pinggang seperti bos yang sedang mengumpulkan para pekerjanya. Santri yang hadir Cuma Tri, Bayu, Fuad, dan Aulia serta Sarina. Cuma 5 orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Nurul Yaqin [END] - Sudah Terbit
General FictionKarena Rindu, Kamu Hadir Karena Cinta, Kamu Abadi -SanTri Nurul Yaqin- Ini tentang perjuangan Ini tentang amanah Ini tentang kasih sayang Ini tentang ketulusan [Begitu sakit, meski lukanya tak nyata] Segenggam kisah yang bercerita tentang Aku, kamu...