01 - Me And My World

134 56 48
                                    

Lahir di dunia ini merupakan anugerah. Menjalani kehidupan adalah anugerah. Mendapat cobaan adalah anugerah. Menghampiri kematian adalah anugerah. Serta yang paling jelas, kita yang saling mengenal juga adalah anugerah.

            Pendi Alsan, it's my name. The great name, right? I think it correct, haha. Okey, dan pada masa remajaku, aku biasa dipanggil Kak San oleh santri-santri di Nurul Yaqin, bukan Pendi atau Al, karena itu terlalu pasaran. (Hahaha, tertawa sombong walaupun sangat garing)

          Tak pernah terbesit dipikiranku sebelumnya. Jika kuasa Tuhan akan membawaku pada takdir ini. Takdir yang berawal dari sebuah amanah. Amanah yang seharusnya tidak aku terima karena akan berdampak buruk di akhirnya. Sebenarnya tidak ada yang buruk. Karena baik buruknya sesuatu tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Dan mungkin, aku sudah salah pandang?

            Namun, apapun itu, tak perlu disesali. Inilah garis tangan yang tak bisa aku tolak. Inilah kehendak Allah, Tuhan yang Maha Segalanya. Dan semua yang terjadi kemarin, hari ini, dan di esok hari tak luput dari takdir yang sudah tertulis di dalam kitab Lauhul Mahfuz, sebelum raga ini benar-benar berpijak di bumi yang fana ini.

--ooo--

            Oke kembali keperkenalan, aku tidak mau halaman ini juga berisi ceramahku yang begitu membagongkan (kata anak-anak jama sekarang) tetapi aku tak tahu persis juga sih maksud dari kata "membagongkan" itu, mungkin renovasi terbaru dari kata membingungkan kali yah? Mungkin.

            Baik. Aku adalah makhluk bernama manusia biasa yang memiliki otak yang terbagi menjadi empat bagian. 2 otak besar, 1 otak kecil dan 1 otak tengah. Entah itu benar atau tidak, aku tidak peduli Karena aku bukanlah seorang dokter yang mengetahui kerangka biologis manusia. Dan yang paling jelas itu bukan jurusanku di kampus.

            Aku lahir di White Stone, bahasa gaulnya. Sebuah desa 3T, terpencil; tertinggal; dan terbelakang. Dulu desa itu hanyalah sebuah dusun yang di sebut Dusun Tone, Desa New Style yang akhirnya mengalami pemekaran dan menjadilah Desa White Stone.

            Ayahku seorang petani dan ibuku seorang yang tak mempunyai pekerjaan tetap. Sangat sederhana bukan? Yah keluargaku memang sederhana tetapi aku memiliki mimpi yang biasa-biasa saja. Biasa kalian dengar maksudnya. Menjadi seorang sutradara. Kira-kira tercapai gak yah? Semoga saja.

            Aku adalah bungsu dari 3 bersaudara. Kedua kakakku semuanya perempuan, yang umurnya hanya berbeda beberapa tahun denganku. Aku sendiri berjenis kelamin laki-laki dan bernapas sepertimanusia pada umumnya. Menggunakan paru-paru tentunya.

--ooo--

            Awal aku masuk di SDN 173 New Style (Kelas Jauh) kalau ada yang dibilang aku nakal, ya, tentu aku tidak membantah pernyataan tersebut, atau bahkan aku langsung mengiyakannya dengan anggukan pasti.

            Semua anak-anak pasti nakal, terutama bagi laki-laki. Itu sih tidak perlu dipertanyakan ya. Tetapi bagaimana jikalau kakak kelas juga mau dihajar. Itulah Aku. Sok berkuasa, meskipun pada akhirnya aku yang bakalan menangis setelah dihantam berkali-kali oleh kakak kelas di sekolah.

            Itulah masa SD-ku. Masa kenakalan yang meletup-letup tak terelakkan. Mudah tersinggung dan suka mengintimidasi. Aku masih ingat saat itu aku masih kelas 1 SD. Aku sok berkuasa di sekolah, sangat suka mencubit teman-teman kelas yang menurutku menjengkelkan. Padahal akulah yang paling menjengkelkan di waktu itu, hanya saja aku tidak sadar diri.

            Salah satu korbannya adalah Syerel atau biasa dipanggil Contenz. Aku ingat sekali pada masa itu, kalau aku marah, aku langsung mencubit lengannya sampai merah dan luka, tetapi untungnya dia tidak melawanku. Terdengar sangat seram bukan? Tetapi itu dulu, kalau sekarang mungkin aku yang bakalan dijadikan bakso jika aku melawannya.

Santri Nurul Yaqin [END] - Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang