“Kamu move-on dong, Al! Apa susahnya sih?” Ujar Keyla di sela-sela lamunanku.
“Ngomong doang sih gampang, Key.”
“Kamunya gak usaha sih!”
“Hati itu butuh dikosongin dulu baru bisa diisi lagi dengan yang baru.”
“Ah lagak lu.”
“Ya emang bener kan kataku?” Tanyaku tanpa perlu repot-repot menunggu jawaban Keyla. Kulihat ia kembali sibuk dengan hapenya.
“Itu hati atau kolom status BBM? Harus dikosongin dulu baru bisa bikin status yang baru.”
“Huh dasar! Gini deh. Kalau bohlam kamar kamu belum mati, kamu mau gak menggantinya dengan yang baru?”
“Kalau belum mati ngapain diganti, kan rugi.”
“Nah itu tahu!”
“Jadi maksud kamu, perasaan kamu itu kayak bohlam kamar yang belum mati, makanya belum bisa diganti dengan yang baru?”
“Analoginya lucu ya?”
“Absurd banget iya.”
Aku tidak bisa menahan tawaku saat melihat ekspresinya yang rada-rada jengkel. Dia anaknya usil sih memang tapi care banget sama sahabatnya.
“Lagi chat sama siapa sih, Key? Pacar kamu ya?”
“Belum jadian sih. Hehe.” Jawabnya santai.
Aku menggumamkan oh yang panjang sampai akhirnya tersadar akan satu hal. “Eh, kamu sama Rega kapan putusnya?”
“Belum putus kok.”
“Lah terus?”
“Bohlam kamarku udah redup, bikin sakit mata. Makanya nih mau nyari yang baru, biar terang lagi.”
“Bukannya hubungan kalian baru jalan enam bulan, kok cepet banget redupnya?”
“Hehe. Dianya boros sih. Udah tahu siang, bohlamnya masih aja dinyalain. Makanya cepat redup.”
Keningku seketika berkerut sesaat setelah mendengarkan penjelasannya. Sedangkan Keyla yang tidak mendengarkan respon apapun dariku mulai mengangkat kepalanya. Mungkin merasa diabaikan.
“Kamu tuh tiba-tiba diam karena gak ngerti atau gimana?”
“Gak ngertilah. Maksud kamu apa dianya boros? Kalian ngapain aja memangnya?”
“Haha. Al Al. Kayaknya pikiran kamu kejauhan deh. Maksudku tuh anaknya gak siang gak malam kerjaannya ngajak jalan sama ngajak teleponan mulu. Akunya bosanlah.”
“Rega kelihatannya baik kok, Key.”
“Justru karena terlalu baiknya itu makanya aku jadi bosan!”
“Yee, itu sih kamunya aja yang gak bersyukur.”
“Aku senang sih dia nerima aku apa adanya, tapi coba deh kamu pikir! Memangnya kamu bisa gitu hidup sama orang yang tidak pernah mengatakan tidak? Maksudku tuh, dia anaknya datar banget, Al. Disuruh apa aja mau. Macam gak punya pendirian gitu.”
“Itu sih alasan kamu aja. Lihat aja entar pas kamu udah jadi istri, bisa tahan gak kamu sama suami yang keinginannya melulu yang harus diikutin, keinginan kamu nggak? Kamu tuh harusnya bersyukur punya pacar yang sayang banget sama kamu.”
“Jadi menurut kamu, aku harus gimana? Bohlam kamarku kan udah redup, gak mungkinkan jadi terang lagi?”
“Analoginya bohlam sih.”
“Harusnya?”
“Lampu cas dong. Bisa dicas lagi dan lagi manakala cahayanya mulai redup. Hahahaha”
“Hahaha. Kamu juga. Jangan lupa hatinya dikosongin, biar penghuni barunya bisa masuk. Kasian kan kalau nunggunya lama.”
“Lah penghuni lamanya kan masih betah. Gimana dong?”
“Tapi gak pernah bayar uang sewa kan?”
“Hah?”
“Maksudnya penghuni lamanya bikin kamu galau mulu, php melulu.”
“Hahahaha. Iya sih.”
“Padahal perempuan itu sejatinya gak pernah minta banyak. Cuma satu yaitu ke-je-la-san. Keep it or leave it!?”
“Lah kamu udah dapat yang jelas-jelas sayang ngapain nyari yang baru?”
“Karena sayang itu ibarat dua orang yang sedang teleponan, kalau jaringan yang sedang ditelepon bermasalah, kan teleponnya gak mungkin nyambung.”
“Aku gak ngerti lah sama jalan pikiran kamu, Key.”
“Intinya, kamu harus segera move-on, cinta.”
“Jijik!”
“Hahahaha.”
==========================================================================================================================================================
Thank you for reading! ^^v
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepotong Cerita Tentang Kita
Short StoryIni kisah kita. Aku, Kamu dan Mereka. Semua telah kita lewati bersama. Suka, duka, sedih dan bahagia. Kita bahkan melewati hal-hal datar bersama. Mungkin tidak begitu berarti bagimu. Tapi bagiku, semua tentang kita akan selalu menjadi kenangan manis...