Hari ini ada pelajaran menari,
beberapa temanku tidak masuk karena sedang mengikuti perlombaan Kimia antarSMA Se-Kota Makassar. Aku sedikit lega karena aku dan kelompok menariku bisa segera menyetor gerakan tari yang sudah kami rancang. Setelah jam pelajaran menari usai, kami pun berganti pakaian dan berjalan menuju Lab Fisika.
"Hari ini gak presentasi materi, tapi kita akan pemantapan soal ya," kata Pak Amir sambil menampilkan slidenya.
"Iya Pak" jawab teman-teman asal.
Sebuah soal terpampang dengan jelas di depan mata, kebetulan aku selalu duduk di barisan kedua. Bangku lab yang memang tidak punya sandaran itu berhasil membuat pelajaran Fisika terasa semakin melelahkan. Aku pikir soalnya hanya untuk pemantapan, sial, gerutuku dalam hati. Ternyata soal itu diberikan untuk persiapan ulangan pekan depannya. Ergghhh... Aku dan teman-teman sekelas mencoba mengerjakan soal itu, bukan cuma satu ternyata tetapi ada tiga butir soal. Awalnya aku merasa soalnya mudah, hingga akhirnya memasuki soal nomor 3. Uhh... Tidak usah ditanya lagi, aku dan teman-teman sekelasku bingung setengah mati. Gimana jawabnya? Segala cara telah kami gunakan. Nihil. Tidak satupun yang berhasil.
Akhirnya... Muncul ide segar di kepala teman-temanku. Teman-teman sekelas menyuruh Angga, ketua kelasku untuk membuka pembahasan soal nomor 3. Yah... berhubung guru fisikaku sedang keluar saat itu. Karena takut ketahuan, dengan segera slide itu ditutup oleh Angga. Dennggg!!! hyperlink untuk ke pembahasan soal itu hilang. Kelas Panik seketika. Teman-teman sekelasku menyuruh Angga untuk mengembalikannya ke bentuk semula, tetapi tidak berhasil, padahal Ctrl Z juga sudah diklik, tetapi tetap saja tidak mau. Kemudian, Melia, salah satu teman kelasku turun tangan, sepertinya sudah greget melihat Angga yang tidak kunjung berhasil mengembalikan keadaan slide seperti semula. Ia mencoba memberikan warna hiperlink seperti yang ada di hiperlink lainnya, tetapi tidak berhasil warnanya tidak berubah. Kemudian ia memblok tulisan pembahasannya lalu mencari hiperlink pembahasan nomor 3, dan woww... berhasil, warna hiperlinknya kembali ke warna asalnya. "Plokplokplok dehh buat Mel" Seketika kelas tenang. Yang duduknya tegang berubah rileks kembali, dan yang jantungnya berdetak 3 kali lebih cepat, akhirnya menemukan titik normal. Huff, gumam sebagian temanku. Hampir saja ketahuan, benakku.
Lima menit kemudian, terdengar suara derak pintu yang terbuka. Ohh, Guru Fisikaku datang.
"Ada masalah dengan nomor 3?" tanyanya. Ia terdiam sejenak melihat ekspresi teman-teman kelasku termasuk aku. "Sepertinya tidak ada ya?" tanyanya dengan ragu. Akhirnya dengan serempak aku dan teman-teman sekelas menjawab "Tidak ada Pak". Tentu saja tidak ada masalah, kan jawabannya udah kami lihat, dasar anak2 jahil, batinku sambil tertawa kecil.
Pak Amir dengan lugas dan tanpa disangka-sangka oleh kami, membuka hiperlink pembahasan soal nomor 3. Mukanya berubah heran, hiperlink untuk pembahasan nomor 3 menampilkan slide jawaban yang tidak sesuai. Kami ketahuan dingggg, aaahhhh... Dasar Melia dan Angga.. Pakai salah hiperlink lagi, bukannya mengedit hiperlink pembahasan soal-soal I malah mengedit pembahasan soal-soal II, jawabannya jelas saja beda, benakku berkecamuk. Sekelas tertawa dan tepatnya menertawai kebodohan diri sendiri. Yaiyalah, ketahuan kan bohongnya. jahil sih, gumamku lagi.
Pak Amir tidak marah, beliau memang guru fisika yang sangat baik. Ia malah membalas tawa kami dengan sebuah lelucon baru. "Sebenarnya saya sudah tahu, kalian sudah melihat jawabannya, letak mouse-nya kan tadi bukan di sini," ujarnya dengan nada mengejek. Tawa pun meledak lagi di sekelilingku, aku juga ikut tertawa pastinya.
"Siapa yang buka jawabannya? Ketua gank lagi ya? Ah, saya tahu ini pasti Angga ya?" Pak Amir dengan senyum jahilnya menebak. "Angga pastinya, kalau sudah ketahuan gini, pasti Angga yang jadi sasaran" tambahnya. Sekali lagi tawa meledak di sekelilingku.
Kasihan Angga, memang benar sih. Kalau yang bagus-bagus tidak pernah tuh sebut-sebut nama Angga, tiba giliran yang jelek-jelek, selalu saja Angga jadi umpan kami, benakku.. hahahaha...
Setelah lelucon itu berlalu, muncul lelucon baru lainnya. Besse, dipanggil oleh Pak Amir.
"Besse, ini ada surat cinta buatmu," Besse terlihat bingung tetapi langsung menuju meja Pak Amir.
"Cinta itu buta" kata Besse membaca surat itu. Kami yang melihatnya seketika melayangkan tawa, menyindir seolah tak percaya,
"Dasar Ebest lebay," ejek salah satu temanku. Angga yang duduk di bangku belakang, ribut banget sampai akhirnya...
"Besse mau pergi, Angga. Tidak usah sedih begitu" kata Pak Amir yang kemudian meledakkan tawa teman-teman sekelas. "Aku pasti kembali Angga," tambah Pak Amir. Tawa sekali lagi meledak. Besse tidak melanjutkan bacaannya, ia memutuskan kembali di bangkunya dan tertawa bersama yang lainnya. Perutku sakit, beberapa menit itu aku tidak henti-hentinya tertawa. Stop lelucon kalian!!! hihihi..
Belum selesai tawa kami perihal surat itu, Pak Amir kembali melayangkan leluconnya. "Vilzah, kamu ada keturunan Obamanya ya?" Untuk kesekian kalinya, tawa membahana seantero Lab Fisika. Keturunan Obama? Bapak ngaco, sumpah jayus banget, gumamku. Mana mungkin Vilzah yang putih, rambutnya lurus bak iklan sampo dikatakan keturunannya Obama. Guru Fisikaku jayus banget deh, tetapi bagaimanapun kami sangat suka beliau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepotong Cerita Tentang Kita
Short StoryIni kisah kita. Aku, Kamu dan Mereka. Semua telah kita lewati bersama. Suka, duka, sedih dan bahagia. Kita bahkan melewati hal-hal datar bersama. Mungkin tidak begitu berarti bagimu. Tapi bagiku, semua tentang kita akan selalu menjadi kenangan manis...