Mawar dan Edelweis

173 3 6
                                    

Cinta itu seharusnya seperti mawar yang indah dan seperti edelweis yang abadi." Setelah mengucapkannya, Alma pacarku bertepuk tangan dengan sangat kencang.

"Keren sekali, Bang. Aku setuju." Ujarnya sambil memamerkan jempol tangannya. "Ehm, tapi kan mawar berduri."

"Tak akan ada cinta tanpa rasa sakit, Al," kataku. "Kamu suka mawar?"

"Tidak, aku lebih suka edelweis."

"Kenapa?"

"Karena untuk mendapatkannya, kita membutuhkan sebuah perjuangan yang besar. Sama seperti cinta, kan?" Aku tertawa.

Keesokannya, aku menemukan bekas obrolannya dengan seorang lelaki di facebook. Aku tidak suka dengan kedekatan mereka. Sedangkan Alma, tidak suka dengan kecemburuanku yang menurutnya berlebihan. Akhirnya, kami bertengkar dan seperti biasa, masalah sepele apapun akan membuatnya meminta putus.

"Cintamu sama sekali tidak indah, Bang, tetapi menyakitkan." Ujarnya sambil terisak.

"Cinta tak akan menemukan keabadiannya bila kamu terus-terusan berkata seperti itu. Anggap saja ini cobaan. Kamu sendiri kan yang mengatakan bahwa cinta itu butuh perjuangan?" Ia mengangguk kemudian menampilkan secarik senyum di wajahnya.

Sepotong Cerita Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang