Salahkan Saja Aku!

262 4 0
                                    

Sudah sejam kubermondar-mandir di beranda rumah, namun Dera tak juga menunjukkan tanda-tanda kedatangannya.

Nada sms hpku berbunyi, kupikir itu dari Dera. Segera kubaca dan kuletakkan kembali. Bukan.

Kumatikan lampu di seluruh ruangan, kecuali lampu beranda. Menunggu di ruang tamu sampai akhirnya kumendengar derak langkah kaki yang samar.

Kunyalakan lampu dan mendapati Dera masih dengan seragam SMAnya, wajahnya pucat dan matanya memerah.

"Anak gadis macam apa yang baru pulang rumah jam segini, hah?"

Ia mengacuhkanku, berlari ke kamarnya kemudian mengunci pintunya. Kugedor-gedor pintu kamarnya sambil memanggil namanya berulang kali. Tak ada jawaban.

"Besok sepulang sekolah, langsung pulang!"

****

Sorot matahari membangunkanku di pagi itu. Aku berlari ke dapur lalu menyiapkan sarapan untuk Dera.

"Dera, sarapan dulu baru ke sekolah." Aku mengetuk pintu kamarnya berkali-kali. Kamarnya masih terkunci rapat sehingga aku tak dapat masuk.

Perasaanku dilanda kecemasan hingga akhirnya kumendobrak pintunya. Sebuah tubuh terkujur lemah di hadapanku.

***

"Maaf Bu, kami sudah berusaha mengeluarkan racun di tubuh Dera... Namun ia dan anak yang sedang dikandungnya telah menemukan pintu kematiannya."

Tubuhku dilanda goncangan hebat. Butir air mataku berjatuhan bersama tanda tanya besar perihal sosok kecil bernama cucu. Kurasa usahaku menjadi ibu sekaligus ayah bagi anakku gagal total. Akulah ibu terburuk sepanjang masa. Maafkan aku Tuhan.

===========================

Sepotong Cerita Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang