Gara-Gara High Heels 7 cm

395 7 0
                                    

"Mbak, aku mau lihat high heels yang itu," kataku sambil menunjuk sepatu perak berhak 7 cm dalam sebuah etalase.

"Ohh sebentar, mbak."

"Itu buat dipake fashion show ya?" tanya Iren sambil cekikikan. Saat itu pelayan tokonya sudah menyerahkan sepatunya kepadaku. Aku langsung mencobanya.

"Huhhh, ini buat ke rumah pangeranku, Bang Arga." Jawabku sambil melihat ke cermin.

"Hahaha, serius kamu?" tanya Iren lagi. Kulihat tawanya terhenti sesaat setelah melihat seorang lelaki yang kini berdiri di ujung etalase toko. Aku tidak memerdulikannya.

"Sepatu itu terlihat sangat cantik di kakimu," suara serak yang baru saja kudengar itu membuatku hampir terjatuh saat berjalan. Sebuah rak berukuran sedang menyelamatkanku dari aksi mencium lantai. Untung saja, benakku.

Tubuhku sedikit bergetar. Seseorang yang kini berdiri di depanku adalah lelaki yang telah mengisi hatiku sejak setahun terakhir ini, hanya saja kumerasa ia tidak pernah memerhatikanku barang sekejap. Aku tadinya ingin menyerah saja. Namun kata-kata Iren beberapa bulan lalu selalu menguatkanku. "Bila ilusi adalah pertanyaan, maka waktu adalah jawaban. Kita hanya perlu menunggu waktu itu menjawab ilusi kita."

"Eh bang Arga, ngapain di sini?" kataku terbata-bata. Ehmm, apakah mukaku terlihat bodoh ya saat ini?

"Sepatunya biar aku yang bayar yah?"

======================================================

Hai hai, guys! Back to my gaje story. Tahu nda? Pasti belum lah. Hhihi. Cerita gaje ini udah pernah dimuat di salah satu penerbit indie di Malang loh. Ceritnya saya menang lomba menulis fiksimini tahun 2012 dulu. Terus, salah satu teman penulis minta saya untuk bikinin novelnya bergenre komedi romantis. Setuju gak? Kalau setuju Vote dan Comment dulu deh!!! Hhihihi. Thanks! :*

Sepotong Cerita Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang