7. Bara Antonio

16 1 0
                                    

'Akan selalu ada pelangi setelah hujan.' Namun bagi sebagian orang, pelangi dan keindahannya belum cukup mampu untuk menghapus jejak hujan begitupun dengan segala luka dalam hidup.

' Namun bagi sebagian orang, pelangi dan keindahannya belum cukup mampu untuk menghapus jejak hujan begitupun dengan segala luka dalam hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk beberapa saat Naya lupa, masih ada masalah yang menantinya di balik pintu berwarna putih di depannya. Naya mengakui kalau hal yang dilakukannya bersama Damara tadi adalah hal yang menyenangkan sampai membuatnya melupakan masalahnya. Tapi sekarang setelah Naya sampai di rumah, dia hanya menatap pintu rumahnya tanpa berniat untuk masuk ke dalam.

Untuk yang ke sekian kalinya, Naya menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya menghembuskan napasnya dengan perasaan sesak. Ini bahkan lebih menegangkan dari menunggu hasil ujian keluar. Mau sampai kapan Naya sembunyi? Mau sampai kapan dia bersikap seperti ini sementara dia sudah bukan remaja cengeng seperti dulu? Bara harus tahu kalau Naya yang sekarang bukan Naya yang dulu lagi agar lelaki itu tidak bersikap seperti dulu padanya.

Saat Naya bersiap memegang gagang pintu rumah, dia terkejut saat pintu itu terbuka dari dalam dan menampakan sosok yang sedari tadi dia hindari berdiri di depan pintu sambil tersenyum padanya.

"Naya, kemana aja dari tadi?"

Naya mengerjap beberapa kali. Apa ini? Kenapa Bara bersikap ramah padanya? Apa mungkin kakak tirinya ini sudah berubah?

Baru beberapa detik Naya berpikir kalau Bara mungkin memang sudah berubah, mama datang dari arah belakang Bara dengan membawa dua kantong plastik sampah. Ah, ternyata Bara memang masih seperti dulu.

"Nay, dari mana aja sih? Kan mama udah bilang langsung pulang." Ujar mama tanpa tahu kalau sekarang Naya tengah meremas tali tas yang digendongnya dengan perasaan marah, takut, tegang yang bercampur aduk.

Dengan berani Naya kembali menatap Bara hanya untuk melihat Bara yang sedang tersenyum sinis padanya. Tidak, Naya sudah berjanji tidak akan lemah lagi.

Karena itu Naya ikut tersenyum mengejek pada Bara dengan tangan yang masih meremas tali tas nya, "Naya ada kerja kelompok ma." Setelahnya, Naya bergegas masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi, mengabaikan panggilan mama yang sepertinya bersiap untuk memarahi Naya karena bagi mama sikap Naya barusan mungkin terlihat tidak sopan.

Dengan buru-buru Naya menaiki anak tangga satu persatu untuk memastikan kalau ketakutannya tidaklah benar. Setelah sampai di lantai atas, Naya berjalan perlahan menuju sebuah ruangan di sebelah kamarnya. Dengan perasaan takut dia membuka ruangan itu dan seketika air matanya terjatuh tanpa dia sadari. Bara akan tidur di sebelah kamar tidurnya. Didetik itu juga, kejadian beberapa tahun yang lalu kembali menghantuinya bagaikan petir yang siap menghantam tubuhnya.

Dari sekian banyak kamar tidur di rumah ini, kenapa Bara harus memilih ruangan di sebelah kamarnya? Sungguh, Naya tidak sanggup kalau kejadian dulu kembali terulang. Dia tidak mau kalau Bara kembali melecehkannya lagi dan membuatnya hampir mati karena perasaan takut.

DAMARA (Luka Kita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang