14. Lost Stars

13 0 0
                                    

Seumur hidupnya, tidak pernah ada yang bertanya tentang isi hati Naya, apa yang dipikirkannya, atau bahkan apa yang terjadi padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seumur hidupnya, tidak pernah ada yang bertanya tentang isi hati Naya, apa yang dipikirkannya, atau bahkan apa yang terjadi padanya. Naya tahu kalau semua orang punya kesibukan masing-masing di hidupnya dan tidak punya cukup waktu untuk sekedar ingin tahu tentang hal-hal sepele menurut kebanyakan orang. Tapi untuk Naya, dia jelas membutuhkan itu, dia butuh seseorang untuk mengerti dirinya atau seseorang yang sekedar berbasa-basi menanyakan keadaannya.

Naya ingin menangis sekarang juga. Tapi dia sadar kalau di dalam bus kini banyak sekali orang dan akan sangat memalukan kalau dia menangis secara tiba-tiba.

Kejadian tadi pagi kembali masuk ke dalam pikiran Naya. Membuat tubuhnya bergetar dalam seketika. Bahkan Naya tidak mau repot-repot mengobati memar kemerahan yang ada di pipinya akibat tamparan Bara, dia hanya bisa cukup bersyukur karena tidak ada luka yang mengeluarkan darah.

Setelah akhirnya bus sampai di halte bus yang ada di dekat sekolahnya, Naya menarik napas dalam-dalam mencoba untuk mengatur detak jantungnya yang tidak beraturan dan tubuhnya untuk tidak lagi bergetar karena ulah Bara pagi tadi.

Naya turun dari bus sementara pikirannya masih berkelana jauh pada kejadian tadi. Jujur sampai sekarang, Naya masih sangat kecewa pada mang Aji, karena itulah dia tidak ingin diantar oleh mang Aji. Dia tahu kalau supirnya itu terpaksa melakukan hal yang disuruh Bara karena suatu ancaman yang membahayakannya. Tapi ketika mang Aji menerima sejumlah uang dari Bara di depan matanya, Naya jelas ingin marah karena dia sungguh menganggap mang Aji berbeda dari semua orang yang ada dirumahnya.

Tinnnn

Bersamaan dengan suara klakson dari mobil, Naya terperanjat kaget saat tiba-tiba tubuhnya tertarik ke belakang. Dalam hitungan detik, Naya memejamkan matanya karena mungkin dia baru saja tertabrak mobil. Bodoh sekali karena dia tidak hati-hati saat menyebrang.

"Sial! Punya mata gak sih?!"

Naya mengernyit bingung karena bukannya rasa sakit akibat tertabrak yang dia dapat, melainkan umpatan dari suara seseorang yang dia kenal. Dengan pelan, Naya akhirnya membuka matanya dan langsung bertatapan dengan mata Damara yang juga sedang mengernyitkan dahinya.

Hal yang selanjutnya terjadi benar-benar diluar dugaan Naya, bukannya mendorong jauh tubuhnya yang kini berada dekat sekali dengan Damara, yang ada lelaki itu malah memegang pipi Naya dengan tangan kasarnya.

"Apa yang dia lakuin ke lo?" Tanya Damara dengan rahang yang mengeras entah karena marah atau apa.

Untuk yang pertama kalinya, ada seseorang yang tahu pelaku dari semua rasa sakit yang dia derita, untuk pertama kalinya ada seseorang yang menanyakan alasan dari luka yang dialami Naya.

Dalam seketika, Naya menjatuhkan air matanya entah karena terharu atau dorongan kuat untuk menangis yang dia tahan sejak tadi.

Sekali lagi, Damara melihat ke arah leher Naya dan wajahnya benar-benar merah karena menahan amarah. "Apa dia sering nyakitin lo?"

DAMARA (Luka Kita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang