11. Ego

9 1 0
                                    

Setiap manusia selalu punya cara untuk egois. Mementingkan dirinya sendiri walaupun itu merugikan orang lain, ataupun menghalalkan segala cara hanya untuk mendapatkan suatu kepuasan untuk diri sendiri.

 Mementingkan dirinya sendiri walaupun itu merugikan orang lain, ataupun menghalalkan segala cara hanya untuk mendapatkan suatu kepuasan untuk diri sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nay! Kenapa bengong terus sih dari tadi?" Keluh Mella karena sedari tadi dia berbicara, tidak sekalipun Naya menjawab. Seolah-olah pikiran sahabatnya itu hilang entah kemana.

Saat ini mereka berdua sedang duduk di pinggir lapangan sambil menunggu Adit selesai main basket.

"Sorry Mel, Lo bilang apa tadi?"

Mella mendelik sebal. See? Naya memang tidak mendengarkan ucapannya dari tadi.

"Itu si Dira kenapa sekarang jadi bucin banget sih? Lagi istirahat aja sampe rela beli latte di kafe tempat gebetannya kerja. Biasanya juga jajan Boba gocengan di kantin."

Naya tertawa. Mella dan Dira memang sebelas dua belas, mereka memliki banyak kesamaan diantaranya selalu mengoleksi banyak sekali lelucon yang bisa membuat Naya tertawa.

"Plis! Gue serius nanya, Nay."

"Dia mau hijrah Mel.  Lo tau sendiri gimana Dira kalau udah suka sama cowok."

Mella mengangguk setuju.

"Gue inget banget waktu dia naik ojek ke kebon jeruk cuman buat ngejar cowok yang lagi dia suka. Pengen tau tempat tinggalnya katanya, hahahaha.."

"Ah cowok yang waktu itu gak sengaja ketemu di tempat les renang kan?"

Mella dan Naya terbahak-bahak sambil berharap semoga telinga Dira sekarang memerah dan kepanasan karena sedang dijadikan bahan ghibah oleh dua sahabatnya sendiri.

"Nay!! Awas!"

Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara Adit yang meneriaki nama Naya dengan cukup keras bersamaan dengan sebuah bola basket yang siap mengenai kepala Naya.

Dengan refleks Naya menutup matanya karena sudah tidak ada waktu untuk menghindari bola itu. Tapi di detik-detik yang seharusnya dia merasa sakit karena hantaman bola basket, Naya malah mencium aroma tubuh familiar seseorang yang teramat dekat dengannya. Kemudian dengan perlahan gadis cantik itu membuka matanya hanya untuk melihat Damara yang kini sudah berdiri menghadap padanya dengan ekspresi wajah datar seperti biasa.

"Nay, gapapa kan?" Mella yang sama terkejutnya dengan Naya langsung heboh karena dia ingat kejadian saat Naya terkena bola basket Minggu lalu karena Upay.

Naya hanya mengangguk sementara matanya masih menatap pada Damara yang juga masih diam di tempatnya.

"Thanks."

DAMARA (Luka Kita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang