6. Thanks, Damara

11 0 0
                                    

Sebagian besar orang pasti setuju kalau kebencian selalu membuat hati merasa tidak tenang. Tapi bagaimana jika justru ketenangan itu datang dari seseorang yang kita benci? Karma atau mungkin takdir?

 Tapi bagaimana jika justru ketenangan itu datang dari seseorang yang kita benci? Karma atau mungkin takdir?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah dua jam Naya duduk di halte bus yang letaknya tidak jauh dari sekolah. Satu jam lalu mama meneleponnya hanya untuk mengatakan kalau dia tidak boleh pulang terlambat karena ada acara makan malam dalam rangka menyambut Kak Bara pulang.

Tapi masalahnya, Naya malah berniat untuk tidak pulang sekalian sampai nanti Bara pergi lagi dari rumah.

Dengan gusar, Naya menghembuskan napasnya lelah. Dia belum sanggup kalau harus berhadapan dengan kakak tirinya itu. Bahkan hanya dengan memikirkan wajahnya saja Naya merasa sudah merinding. Setiap perbuatan dan kata-kata yang diucapkan oleh Bara selalu sukses menghantui Naya selama lima tahun ini. Membuatnya harus memendam sendiri karena perilaku sang kakak sangat berbeda jika sudah di depan papa dan mama.

Pintar, tampan, sopan, dan ramah. Mama bahkan selalu mendorong Naya agar dia bisa seperti Bara. Mama selalu membanggakan Bara seakan dia memang anak kandungnya sendiri dan tentu saja hal itu semakin membuat Naya sakit.

Andai saja mama tau apa yang Naya rasakan, mungkin mama akan lebih memilih berpisah dengan papa.

Dan Naya sudah berjanji kalau dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Dia tidak ingin kedua orang tuanya harus berpisah hanya karena hal yang dia alami walaupun sesungguhnya Naya benar-benar tidak akan siap menjalani hari-hari nya dengan kehadiran Bara.

"Woy! Ditanya malah diem aja."

Naya menilik hanya untuk melihat Damara yang duduk di atas motor hitamnya. Oh sungguh, Naya tidak mengerti lagi kenapa cowok kurang ajar ini selalu saja ada di dekatnya.

"Apaan sih? Gak usah sok kenal!" Ujar Naya meniru ucapan Damara beberapa jam yang lalu.

"Cepet naik!"

Naya menoleh ke sekelilingnya, "Naik apa? Odong-odong?"

Haha lucu sekali.

"Supir Lo udah terlanjur liat muka gue tadi. Jadi kalau lo diculik orang pasti gue yang bakal jadi tersangka utamanya."

Naya mengerjap bingung. Jadi apa inti dari ucapan cowok brengsek di depannya ini? Ah, menyumpahinya agar diculik orang?

Damara berdeham dengan canggung sebelum berucap, "Gue anterin pulang."

Di detik selanjutnya Naya mengerjap bingung. Bukankah tadi cowok berandal ini meninggalkannya begitu saja? Kenapa sekarang malah menawarinya tumpangan? Ah benar, takut jadi tersangka kasus penculikan katanya.

DAMARA (Luka Kita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang