Third : Take

458 89 13
                                    

"Nunu."

"Nde, appa?" jawab Nufa tanpa mengalihkan perhatiannya dari televisi besar dihadapannya.

"Besok mau ikut, ga?"

Mendengar kata ikut, Nufa langsung menoleh dan menatap appa dengan mata berbinar. "Ikut? Ikut kemana?"

"Ke kantor appa."

"Bedua? Bedua aja?" Nufa mengangkat dua jari tangan kanannya.

"Iya, berdua aja." appa mengangguk.

"Eomma dan noona?" Nufa menunjuk dapur, dimana ada eomma dan noona yang sedang mencuci piring.

"Noona kan sekolah, eomma besok ada undangan seminar dari Ayah Tama. Nunu mau sendirian di dalam rumah?" appa bertanya sambil mengangkat sebelah alisnya.

Membayangkan dirinya sendirian di rumah, hanya ada dirinya, Nufa langsung bergidik ngeri. "Ihhh, nda mau! Nunu mau ikut appa aja!" Nufa memeluk lengan appa dan menduselkan wajahnya di pundak sang ayah.

"Jadi besok ikut appa?"

"Iya!"

"Oke, bangun pagi ya."

Mendengar ujaran appa, Nufa mendelik. "Bukannya Nunu yang tiap hali bangunin appa buat kelja?"

"Ehehe."

•••

"Appa thenapa bawa cetelan? Thenapa nda lancung pake aja?" Nufa menatap heran pada appa yang menaruh setelan baju ke dalam tas milik Nufa.

"Appa hari ini ada rapat sekali, tapi appa malas pake baju formal. Jadi appa bawa aja bajunya biar nanti ganti disana."

"Eoh, begitu."

"Iya, begitu."

Setelah perjalanan yang bising dan penuh tawa, sekarang Nufa dan appa sudah sampai di parkiran kantor milik appa.

"Ayo turun."

Appa menatap Nufa yang sibuk melepas seatbelt. "Appa, cucah..."

Appa terbahak melihat wajah memelas putra bungsunya sebelum melepas seatbelt yang melilit tubuh Nufa.

"Nunu atau appa yang bawa tasnya?"

"Nunu aja Nunu!" appa kemudian memakaikan tas ransel itu ke punggung Nufa, terlihat sangat menggemaskan karena ukuran tas itu jauh lebih besar dibanding tubuh mungil Nufa.

"Ayo."

"Letchugo!" Nufa menggandeng jari telunjuk appa dan memasuki gedung besar itu.

"Selamat pagi, Pak Azmi." ujar seorang karyawan di pintu masuk.

"Selamat pagi."

Karyawan itu menatap Nufa yang juga menatapnya. "Tampaknya kita kedatangan tamu hari ini."

"Haha, iya dirumah lagi gaada orang makanya saya bawa."

"Halo!" Nufa mengangkat tangannya untuk menyapa karyawan itu.

"Halo juga anak manis."

Mereka berdua akhirnya sampai di ruang kerja appa. Selama perjalanan mereka, semua karyawan tak henti-hentinya menyapa dan memuji anak bungsu dari pemilik gedung tempat mereka bekerja.

"Kantol papa becal cekali!" ujar Nufa saat melihat ruang kerja sang ayah. Memang ini bukan pertama kalinya ia datang ke kantor appa, ia pernah beberapa kali datang menyusul appa bersama Salsa. Tapi ini merupakan pertama kalinya ia masuk ke ruang kerja itu, karena biasanya ia hanya bermain di lobi dan kafetaria.

Panorama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang