First : Panorama

771 113 18
                                    

"Appa! Appa!"

"Iya, Nunu?"

"Kata Naya Nee-chan, di komplek thebela ada taman!"

Appa yang sebenarnya tahu apa maksud putra bungsunya itu hanya menjawab, "Lalu?"

Dengan bibir pout dan tangan mengepal, "Ish, appa! Ayo kita pegi kecana! Kata Naya Nee-chan kalo hali libul dicana laaame!" Lengan mungilnya itu terbuka lebar, matanya menatap sang appa dengan penuh harap.

"Jadi?" Appa mengangkat salah satu alisnya, membuat Nufa mencebik kesal.

"Eomma! Appa nda peka ih, Nunu kecel thekali!"

"Ya gimana ya, Nunu lucu sih kalo ngambek." Sahut Salsa tiba-tiba.

"Mana ada olang ambek tu lucu." Sanggah Nufa.

"Ada, Nunu buktinya." Eomma yang baru selesai mandi pun ikut bersuara.

"Ish, Eomma thama aja!" Nufa menghentakkan kakinya lalu pergi ke depan televisi, duduk diatas karpet bulu dengan tangan menyilang didepan dada.

"Diapain?" Tanya Eomma pada Appa yang hanya terkekeh.

"Taman komplek sebelah."

Eomma hanya mengangguk, "Bawa lah nanti, sekalian lari sore. Kita pergi sama-sama."

"Ish, males." Tolak Appa.

"Ish ish ish pantas saja Nunu itu pemalas, ternyata sifatnya dari Appa." Sahut Salsa yang sedang menemani Nufa menonton. Untung saja Nufa fokus dengan acara televisi itu, jika dia tahu sang noona mengatainya pemalas, pasti dia akan ngambek dua jam.

"Yaudah nanti biar Eomma yang bawa Noona sama Nunu ke taman, Appa tinggal aja." Eomma ikut duduk disamping Nufa, dan menoel pipi gembulnya.

"Yeay!"

"Eh, kalo gitu Appa ikut!"

"Nda ucah! Tadi Appa Nunu ajakin malah nda mawu, nda ucah Eomma kita aja yang pegi."

"Iya, Appa ditinggal aja."

"Jahat."

•••

"Appa..." Merasakan jaketnya ditarik, Appa menunduk. Nufa mengangkat kedua tangannya, meminta untuk digendong.

"Kok gendong? Bukan lari sore dong namanya." Protes Salsa dari belakang.

"Nunu capek, kaki Nunu akit, panach uga, jadi gendong ya Appa."

Appa hanya tertawa, lalu menggendong Nufa yang langsung menyandarkan kepalanya dipundak Appa. Eomma menyempatkan untuk memotret pemandangan pipi yang tergencet itu.

"Padahal sebentar lagi sampe."

"Kalena bental agi campe, makana kita cepet-cepet kecana, ntar Appa bica angcung duduk deh." Nufa sangat pandai membela diri, persis Eomma.

"Iya iya, nah itu tamannya." Appa menunjuk taman yang tak jauh dari mereka, cukup ramai untuk taman kecil ditengah perumahan.

"Wah, ada pelmen kapach! Ayo beli pelmen kapachna!" Seru Nufa saat melihat penjual permen kapas di pinggir taman.

"Oke, ayo!" Appa berlari sambil menggendong Nufa, diikuti Salsa dan meninggalkan Eomma yang hanya menggeleng pelan.

"Nunu?" Panggilan itu mengalihkan Nufa dari alat pembuat permen kapas.

"Ka Wahyu?" Nufa meminta sang appa untuk menurunkannya dari gendongan, dan mendekati Wahyu yang tersenyum manis padanya sambil memegang sebuah bola karet.

Panorama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang