First : Take

980 136 17
                                    

"Agi! Doyong agi Appa! Doyong!"

"Wheee~"

"Hahahaha, yeay!"

Di hari Minggu pagi yang cerah ini, pasangan ayah dan anak itu sedang bermain ayunan di halaman belakang selagi menunggu sarapan.

"Nunu?" Sebuah suara mengalihkan keduanya, terlihat Ravi yang sedang menyiram tanaman dan disebelahnya ada seorang anak perempuan yang sedang menyusun pot bunga.

"Oh? Hawo Ka Apin!" Nufa melambaikan tangan mungilnya, dan Appa kembali mendorong ayunan.

Disapa dengan senyuman selebar itu, dan rambut yang berkibas maju mundur,

"Cantik." Gumam Ravi tanpa sadar.

"RAVI!"

Teriakan itu menyadarkan Ravi dari lamunannya. Dia menatap sang kakak yang menatapnya tajam dengan tangan yang basah.

"Eh?"

"KALO NYIRAM ITU LIAT-LIAT IH!" Omel sang kakak sambil mengeringkan tangannya dengan sapu tangan didekat situ.

"Gomenne, Nee-san." Cengir Ravi tanpa ada raut bersalah sedikitpun.

"Ngeliatin apa sih?"

"Tetangga baru."

"Mana?"

"Tuh." Ravi menunjuk Nufa dengan dagunya.

"Wah, lucu sekali. Siapa namanya?" Tanya sang kakak saat melihat Nufa yang tertawa lepas.

"Makanya ayo kenalan." Tangan gadis itu ditarik oleh seorang wanita dewasa, membawanya ke perbatasan antara halaman rumah mereka dan rumah Nufa.

"Permisi."

"Oh, halo." Appa mendekat sambil menggendong Nufa.

"Kura, maminya Ravi dan Naya." Wanita itu memperkenalkan dirinya dengan logat yang agak asing.

"Fadhlan, dan ini Nufa. Salam kenal." Sapa Appa dengan Nufa yang melambaikan tangan.

"Halo halo! Aku Amira Kanaya Dirgantara, anak pertama Papa Adam. Panggil aku Naya Nee-san, gaboleh panggil yang lain, harus Naya Nee-san. Oke? Salam kenal!" Naya memperkenalkan diri dengan ramah, matanya tak lepas menatap Nufa yang juga menatapnya.

"Calam kenal, Naya Nee-chan."

"Maaf ya, Nufa masih susah nyebut huruf r dan s." Ujar Appa.

"Karena Nufa lucu, jadi gapapa."

"Mami, sarapannya udah dateng." Panggil Ravi dari pintu belakang.

"Oh, kalau gitu kami masuk dulu. Permisi." Pamit Mami Kura bersama Naya.

"Appa, Nufa, ayo sarapan!"

"Appa dan Nufa segera datang!"

•••

"Nih, bagiin ya." Eomma menyodorkan sekeranjang bingkisan kue kering pada Appa.

"Ga kebanyakan kah?" Tanya Appa saat melihat banyak bingkisan didalam keranjang itu.

"Kalo maci cica ya tinggal Nunu mam." Ujar Nufa yang sudah menatap keranjang itu dengan mata berbinar.

"Heem, bagi dua sama noona." Angguk Salsa.

"Yaudah, ayo kita antar."

"Hati-hati, jangan lari-lari di jalan!" Peringat Eomma sebelum tiga kesayangannya meninggalkan rumah.

Panorama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang