Chapter 01 : Jemput Asa Di Jogja

690 103 14
                                    

Pertengahan pekan dalam minggu ke tiga bulan September, hari terlihat berjalan dengan normal bagi beberapa orang, dan terlihat suram untuk beberapa orang juga.

Padahal cuaca sangat cerah seperti biasa, siapa saja bisa merasakan hanya dengan keluar dan membiarkan dirinya disinari sang mentari. Namun, ada beberapa orang yang memilih untuk menampiknya, dan berlindung di dalam rumah; menganggap suasan di luar sangat suram dan mengerikan untuk keluar.

Shanette Anatari adalah salah satunya, yang memutuskan untuk tetap berada di rumah sampai matahari bertengger sangat tinggi, dan perlahan menuju ke peraduannya. Dia berada di balik jendela kacanya, duduk di sofa tua yang hangatnya mulai mengurai di udara. Gadis 17 tahun yang kerap disapa Asa itu mengembuskan napas dengan lesu, makin suram menatap ke luar jendela.

Biasanya akan ada yang menanyainya, “Lagi apa di sana, Asa?” dengan senyum hangat yang selalu menjadi hal terteduh dalam hidup Asa. Tapi sekarang, rumah itu sangat sepi. Asa sendiran setelah neneknya meninggal seminggu lalu, menyusul belahan jiwanya yang sudah dulu pergi tiga tahun lalu.

Yang ada di kepala Asa saat ini hanya sebuah pernyataan sendu; hidupnya benar-benar sepi sekarang. Dua orang yang sudah membesarkannya sejak kecil, sekarang sudah lengkap pergi menemui Yang Maha Kuasa.

“Uti, udah ketemu sama Kakung belum?” tanya Asa pada keheningan, dengan sorot redup dan bekunya, masih menatap ke luar jendela. Ia menyebut panggilan sehari-harinya untuk kakek dan neneknya, yang sudah jelas tak lagi ada di sisinya saat ini. “Asa sendirian di sini, Asa kangen Uti sama Kakung ...,” lanjutnya, tersenyum pedih.

Sebenarnya Asa gak sepenuhnya sendirian di dunia yang luas ini. Faktanya, orang tua Asa masih lengkap dan hidup dengan baik di tempat lain.

Asa lahir di keluarga yang kurang harmonis. Ayah dan ibunya bercerai saat dia masih berumur 6 tahun, dan Asa akhirnya dititipkan ke nenek dan kakeknya yang tinggal di Jogjakarta. Asa meninggalkan tanah kelahirannya tanpa tahu apa-apa, dia bahkan gak menangis melihat kedua orang tuanya berpisah. Mau bagaimana lagi? Dia belum mengerti tentang hal itu sampai harus menangis sendu di hari ayah dan ibunya berhenti saling menggenggam tangan.

Setelah Asa beranjak dewasa, dia baru menyadari dampak yang diterima seorang anak dari retaknya keluarga. Mengerikan.

Satu-satunya hal yang Asa syukuri dari perpisahan orang tuanya cuma satu; bahwa saat itu dia masih sangat kecil, dan gak mengerti apa-apa. Bagaimana jadinya kalau itu terjadi sedikit lebih lama, ketika Asa sudah sedikit mengerti apa itu perceraian, dia mungkin bakal tumbuh menjadi anak yang lebih menyedihkan dari sekadar korban retaknya keluarga yang akhirnya dititipkan ke anggota keluarga lain karena baik ayah atau ibunya gak ada yang mau mengurusnya.

“Ah, bikin repot aja,” tutur Asa, kini beranjak dari sofa dan pergi menuju dapur. Rasanya gak nyaman kalau terus memikirkan bagaimana nasibnya setelah ini, semua itu cuma jadi beban pikiran yang bisa membuat Asa makin pusing. Asa sudah terbiasa hidup seperti ini, membiarkan semuanya berlalu dan melanjutkan hidupnya dengan nyaman.

Asa bisa menangisi kedua orang tuanya setelah ia beranjak besar dan paham, tapi dia gak mau melakukannya. Asa bisa menjadi anak yang menghalalkan segala cara untuk mendapat perhatian yang gak dia dapat dari orang tuanya, tapi dia gak mau. Asa bisa jadi gadis yang lebih sensitif dari dirinya yang sekarang, tapi dia gak mau.

Karena dia selalu berpegang pada prinsip kalau menangisi hal yang gak bakal bisa dia ubah itu adalah hal yang sia-sia dan merepotkan, jadi memilih untuk gak menangis adalah keputusan yang paling tepat dalam hidupnya. Asa berusaha sebaik mungkin untuk menjadi orang yang cuek, biar gak direpotkan sama perasaan gak penting yang nantinya malah jadi penghambat.

Seperti tadi, Asa yang hampir saja menangisi nasibnya sebagai anak broken home yang kini benar-benar sendirian, akhirnya memilih untuk melakukan hal lain saja di dapur. Gak berguna menangisi sesuatu yang gak bakal berubah, lebih baik dia masak sesuatu untuk di makan.

BREAKING ME IN THREE : Isa Ft. JASUKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang