Chapter 06 : IPA Tiga dan Angkasa

401 77 25
                                    




Dikarenakan bosan yang semakin menjadi-jadi, Shanette Anatari putuskan untuk pergi meninggalkan ruang tunggu yang ada di ruang guru.

Sudah hampir satu jam dia duduk saja menunggu seseorang datang menjemputnya untuk pergi ke kelas barunya, tapi gak ada yang datang—bahkan pemuda manis yang mengantarnya ke tempat itu pun gak lagi datang.

Asa benar-benar bosan, apa mereka lupa kalau Asa menunggu? Sepertinya upacara sudah selesai, guru-guru pun perlahan kembali ke ruangan mereka dan tentu saja satu per satu dari mereka yang melewati ruang tunggu akan berhenti untuk menanyai Asa. Mulutnya sampai terasa kebas sebab mengucapkan kalimat yang sama setiap kali ada guru yang menanyainya.

Akhirnya, Asa putuskan untuk keluar dan berusaha mencari kelasnya sendiri. Sekolahnya memang luas, tapi gak mungkin Asa akan tersesat di tempat yang setiap sudutnya pasti diberi nama itu. Jadi gadis itu terus berjalan, sambil memperhatikan papan nama ruangan yang terpasang di bagian atas pintu.

Asa gak memedulikan tatapan orang-orang yang menatapnya dengan beragam raut muka, pun dengan ucapan-ucapan yang mengiringi setelahnya. Dia hanya fokus mencari kelas yang sesuai dengan jurusan yang ia pilih saat mendaftar.

“IPS ...,” gumamnya ketika matanya berhasil menemukan kelas tingkat 2 yang dicari. Kendati kelas sosial bukanlah kelas jurusannya, tapi Asa percaya kalau gak jauh dari deretan kelas IPS—pasti kelas IPA ditemukan.

Asa kembali melangkah, matanya hanya menatap ke atas—tempat papan nama kelas terpasang. Tapi gak lama, dia tiba-tiba berhenti. Bukan karena menemukan kelasnya, tapi Asa berhenti karena menemukan Saga yang berdiri tepat di depan pintu kelas 11 IPS 2.

Asa langsung menarik diri ke belakang dengan kening berkerut, sementara sosok adam yang ditatapnya hanya memberi lirikan dingin dan tajam, seperti biasa.

Kalau dirinya sudah sampai di kelas Saga, entah mengapa rasanya Asa seperti sudah tersesat jauh masuk ke dalam hutan terlarang. Akan dia ingat-ingat letak kelas Saga dan berusaha di hari esok untuk gak pernah mengunjunginya.

Asa melanjutkan perjalannya, melewati Saga dengan dingin dan langkah tergesa. Sejauh perjalanan, gak kunjung ditemukan kelas yang ia cari.

Deretan kelas 11 IPS berakhir di dekat sebuah gudang olahraga. Asa menjatuhkan kedua bahunya bersamaan dengan helaan napas berat. “Gue nyasar,” ucapnya asal dengan raut kecewa. “Ini si imut ke mana deh? Kok gue gak dijemput lagi padahal udah pada mulai pelajarannya!” timpal gadis itu sambil berkacak pinggang, berkeluh kesah di depan gedung tanpa memedulikan kalau ada yang mendengar.

“Katanya wali kelas bakal nyusul gue, tapi mana anjir!? Guru sebanyak itu yang masuk gak ada yang ngenalin gue sebagai murid baru di kelasnya, boro-boro tanya!” Masih menggerutu sebal, Asa benar-benar malas dibuat repot dengan mengecek satu per satu kelas. Bisa-bisa hari pertamanya di sekolah baru menjadi pengalaman yang memalukan untuk diingat. “Terus juga katanya ketua kelas yang namanya Angkasa itu bakal jemput! Mana!? Pasti dia dipilih jadi ketua kelas karena paling ganteng, bukan karena tanggung jawabnya!”

“Shanette Anatari?”

Ocehan panjang Asa berhenti seketika kala ia mendengar suara lembut yang memanggilnya. Terlalu realistis untuk menganggapnya sebagai panggilan dari dalam gudang, jadi Asa menoleh ke belakang. Untung saja memang bukan panggilan dari alam lain, melainkan panggilan dari seorang pemuda tinggi dengan seragam rapi yang berdiri tegap di belakangnya.

Pemuda itu tersenyum simpul, entah mengapa tampak keliatan lega. “Ternyata bene Shanette, ya?” tanyanya dengan suara yang lembut. Asa gak tau mengapa, tapi sepertinya dia akan akui kalau suara itu adalah suara terlembut yang pernah ia dengar.

BREAKING ME IN THREE : Isa Ft. JASUKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang