Chapter 21 : Tanpa Angkasa, Harinya Kacau

71 24 2
                                    

Senin adalah terakhir kali Asa melihat Angkasa, setelah itu, Angkasa absen sampai Kamis datang.

Seharusnya Asa sudah mengerti sejak Angkasa bilang untuk mengembalikan seragamnya setelah ada pesan, seharusnya Asa paham sejak Angkasa gak bisa menggunakan kakinya karena cedera. Tapi tetap saja, Asa masih merasa galau dan membuatnya gak berselera makan ataupun beraktivitas seharian.

Saat hari pertama Angkasa absen, orang-orang kelihatan gak peduli—atau mereka cuma sudah terbiasa? Seperti dari 22 siswa, gak ada yang memikirkan bagaimana keadaan Angkasa sebesar Asa melakukannya. Dan saat Asa mengajak Sanu untuk menjenguk Angkasa, jawaban Sanu hanya; jangan dulu.

“Ah, naksir orang emang bikin repot!” ucap Asa, di bawah alam sadarnya.

Terang saja kalau omongannya memicu atensi teman-teman yang makan siang dengannya.

“Asa naksir orang?” tanya Hani, kelihatannya kaget. “Siapa, Sa? Anak kelas mana?”

“Hah? Enggak, kok! Gue salah ngomong!”

“Masa salah ngomong sejelas itu?” Kinan menyangkal, membuat Asa makin gugup untuk cari alasan lain.

Setelah Kinan, Luna juga menimpali, “Anak kelas mana, Sa? Kelas berapa?” Asa jadi makin malu dan salah tingkah.

“Anak kelas mana ... jelas-jelas Asa naksirnya sama Angkasa.” Saat Anna bicara dengan begitu kelasnya, Asa terpaku dan reaksi membeku itu seakan gak bisa dia tahan.

“Beneran Angkasa, ya?” Hani dan yang lainnya jadi ikut yakin dengan omongan Anna yang diucap tanpa memikirkan Asa. “Gue pikir lo naksir Sanu. Kalian juga deket banget kayak orang pacaran.”

“Sama.” Kinan dan Luna mengangguk, sementara Anna hanya melirik Asa dengan bodo amat. Anna memang seperti itu, tapi sayang sekali waktunya amat gak tepat.

Anyway, Sanu tumben gak mau jalan sama gue,” Asa kehabisan ide untuk mengalihkan obrolan para wanita. “Akhir-akhir ini dia deket sama Axel dan antek-anteknya, ya ....”

“Ya, gitulah para lelaki di kelas kita. Mereka ngajak Sanu main tapi juga kadang gangguin Sanu dengan ngejek sifat lembutnya dia,” ujar Anna sambil mengunyah mi goreng level pedas 15 miliknya.

“Padahal 'kan enak, ya, punya temen lelaki lembut kayak dia? Gak gampang baper karena enjoy temenan sama cewek,” ucap Hani, mendapat balasan cepat dari Luna.

“Dia-nya gak baper, elo-nya yang baper. Lo 'kan pernah naksir Sanu!”

“Yang bener?” tanya Asa.

“Itu 'kan dulu pas kelas satu, sekarang udah enggak!”

Asa berbaur dengan yang lain, dia tersenyum karena lega dengan anak-anak yang gak lagi membicarakannya. Meski dia sedikit bertanya-tanya; apa dia memperlihatkan rasa sukanya se-jelas itu pada temannya?

Mereka menikmati makan siang istirahat ke-dua dengan obrolan seru; Caca yang duduk di depan Asa gak terlalu berbaur tapi mereka gak mempermasalahkan. Sampai Asa mendengar seseorang menendang kaki meja Caca, membuat semua yang ada menatap Asta yang datang dengan cara yang buruk.

“Gue mau duduk. Minggir,” ujar Asta; final. Gak ada penolakan selain wajah masam para gadis yang berangsur pindah ke meja lain, diikuti Asa yang baru akan mengangkat gelas es-nya ketika Asta menariknya dengan lancang.

“Woy!” Seperti biasa; Asta yang seenaknya, merangkul Asa dan memaksanya tetap di kursinya sementara dia duduk di hadapan Asa—di kursi yang ditinggalkan Caca.

Asa menatap sangat tajam, tapi saat dia mau berdiri lagi, Niel duduk di kirinya, seakan memblokir jalan Asa dan mau gak mau, Asa kembali pada kursinya.

“Lo keliatannya bisa beli semua hal tapi enggak dengan guru etika, ya?” tanya Asa begitu tajam, Asta meliriknya dingin dari atas lingkar gelas yang dia minum isinya. Di sudut seperti itu, Asta bisa melihat tatapan tajam Asa yang seakan ingin menerkamnya.

BREAKING ME IN THREE : Isa Ft. JASUKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang