AS6 - Felt

3.1K 306 30
                                    


When i saw u, i felt somethin' i never felt.“

⭐⭐⭐

     Rintik hujan yang turun dari langit membasahi jalanan lengang itu. Udara dingin sesekali menghembus menusuk kulitnya. Membuat gadis tersebut berkali-kali mengusap tangannya, sekedar mengurangi rasa dingin.

Pandangannya terus menatap bergantian pada sisi kanan dan kiri jalanan. Sudah satu jam gadis itu disini, namun orang yang ia tunggu tak kunjung datang.

Menghela nafas lelah, ia melirik jam tangan putihnya. Kemudian memutuskan bangkit menuju motor sport nya sebelum seseorang tiba-tiba menyentuh pundaknya.

Spontan ia berbalik, menemukan seorang pria dengan mata keemasan yang berkilat tajam.

Pria berpakaian serba putih itu segera menarik tangan gadis tersebut, membawanya ke dalam mobilnya dan menyuruh anak buahnya membawa motor milik gadis itu.

Setelah memasuki mobil, gadis itu melepaskan maskernya. Menampilkan wajah cantik khas timur tengah tersebut. Ia menatap pria disampingnya yang tengah mengemudi dengan sebelah tangan.

Merasa diperhatikan, pria itu meletakkan sebelah tangannya yang kosong di paha gadis cantik tersebut. Sesekali mengusapnya dengan gerakan lambat.

Gadis itu memejamkan matanya, ia mendecak. Jengkel dengan kelakuan pria yang lebih tua 13 tahun darinya itu.

”Altair!“ tegurnya.

Pria yang dipanggil Altair tersebut terkekeh pelan, tangannya beralih mengacak-acak rambut gadis itu. Kemudian mencium pucuk kepalanya.

Gadis tersebut hanya menghiraukannya dan memilih menatap kaca spion yang menampilkan jejeran mobil yang mengikuti mereka, para anak buah Altair.

Lagi-lagi ia menghela nafas, kemudian menyandarkan kepalanya seraya memejamkan mata.

”Apa ada perkembangan soal dia?“ tanya gadis itu masih memejamkan mata.

Altair menoleh padanya sekilas, kemudian membasahi bibirnya. Sudah lama gadis ini selalu menanyakan hal yang sama, berulang kali.

Pria itu menggeleng pelan, ia berdeham sebelum membuka suara, ”Maaf, tapi kali ini aku harus membawakan sesuatu yang mungkin tak ingin kau dengar.“

Mendengarnya, gadis itu menggigit bibirnya kuat, menahan sesuatu yang terasa sesak dalam dadanya.

Why should it be him?

Ia pikir, semuanya akan berjalan dengan normal. Namun jauh dari ekspektasi, ternyata semuanya lebih berbahaya dari yang ia kira.

I'm not forcing you, Zamaair. Semuanya tergantung keputusanmu.“ ucap Altair membuat gadis itu terdiam.

Sesampainya disebuah mansion putih, mobil mereka berhenti. Gadis itu turun setelah dibukakan pintu oleh Altair.

Dia, Chayra, menatap lamat pada sekelilingnya. Menemukan banyaknya pria berbadan besar dengan pakaian serba putih mengangguk hormat pada mereka.

Mereka menaiki tangga, menuju sebuah ruangan rahasia disana.

Baik Chayra maupun Altair, tak ada yang membuka suara. Mereka hanya diam, kalut dengan pikiran masing-masing. Altair menekan pin kunci ruangan tersebut, membuat pintu dengan ukiran abstrak tersebut terbuka lebar. Dan menutup otomatis setelah mereka sudah memasuki ruangan.

ANGELASTRAY (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang