AS21 - Told

1.5K 129 10
                                    


"Dear God, hold her when i'm not around."

⭐⭐⭐

Sudah terhitung tiga hari Chayra koma. Ia sempat sadar kemarin, namun kondisi tubuhnya benar-benar menurun. Terlebih Chayra ternyata mengidap hemofilia, dimana hal itu menyebabkan lukanya sulit sembuh dalam waktu cepat.

Tiga hari itu juga Elmeir selalu berada di sisi Chayra. Menyuruh semua tugasnya agar di handle oleh tangan kanan mereka.

Pelaku yang telah menembak Chayra juga sudah tertangkap, dan tentu telah menerima hukuman yang setimpal. Dan Elmeir menginginkan pengkhianat itu, Xaquille bisa segera mati di tangannya.

Pintu ruangan terbuka, Falcon datang dengan sekantong berisikan beberapa kotak makanan siap saji.

Membuat Elmeir mengalihkan perhatiannya sebentar kemudian kembali memejamkan mata lelah. Falcon menghampirinya, "Makanlah dulu, aku yang akan menjaga Chayra." katanya.

Elmeir mengangguk, "Baiklah. Aku juga ingin mencari sesuatu, tolong jaga dia baik-baik. Aku sudah mempersiapkan banyak anak buahku untuk menjaga dari luar." jelas pria itu sebelum berlalu membawa kantong makanan tadi.

Setelah pintu tertutup, Falcon menatap wajah Chayra yang masih terlihat cantik meski terkesan pucat dan tanpa polesan makeup.

Ia beranjak dari sofa, duduk dikursi samping brankar Chayra yang tadi diduduki oleh Elmeir sebelumnya.

Cukup lama menatapnya, Falcon bergumam pelan sembari tersenyum miring.

"Ini resiko awalnya, Chayra."

⭐⭐⭐

Elmeir menutup pintu mobilnya dengan kencang. Ia baru saja dari mansion sekadar untuk mengisi perutnya yang kosong dan membersihkan tubuhnya.

Guratan emosi tertampil di matanya. Pria itu berjalan tergesa ke arah sebuah gedung kosong.

Menaiki setiap anak tangga yang berdebu. Hingga sampai di rooftop tanpa pembatas itu, ia menggeram melihat Xaquille yang tengah santai merokok disana.

Tanpa babibu Elmeir langsung memberikan sebuah bogeman mentah hingga ujung bibir Xaquille terluka.

Xaquille yang dihajar tiba-tiba seperti itu malah terkekeh sebelum mendecih dan menghajar Elmeir balik.

Mereka saling bertarung, bertepatan dengan hujan yang mendadak turun deras. Baik Xaquille maupun Elmeir tak ada yang mengeluarkan suara, sebab mereka sama-sama memiliki dendam dan amarah yang tak jauh berbeda.

Elmeir hampir terpeleset jatuh dari atas gedung sebab rooftop ini tidak ada pembatas sama sekali.

Xaquille mengambil kendali. Ia menduduki perut Elmeir dan menghajarnya membabi buta. Membuat Elmeir kewalahan membalasnya.

Namun kondisi masih bisa diambil alih oleh Elmeir yang balik menghajar wajah Xaquille yang penuh darah.

"Pengkhianat sialan!" Elmeir memekik marah sebelum mendorong Xaquille sekuat tenaga hingga jatuh dari rooftop.

Elmeir melihat pria itu sekilas lalu mendecih remeh. Ia berlalu dari sana menuruni tangga. Dan sayangnya ia tak menyadari keberadaan sekumpulan orang berbaju hitam dibawah.

Orang-orang itu membiusnya hingga tak sadarkan diri. Elmeir merasa pandangannya mengabur ketika ia dibawa ke suatu tempat hingga kesadarannya menghilang sepenuhnya.

⭐⭐⭐

Sementara seorang pria berpakaian serba hitam dengan perban di lengannya nampak tersenyum sinis.

Dia meneguk wine dalam gelas anggurnya hingga tak tersisa sebelum seorang pelayan kembali mengisikan cairan merah itu.

"Ckk...ckk...apa Elmeir memang sebodoh ini? Haha."

"Oh tidak, bukan hanya Elmeir. Tapi kurasa seluruh orang itu memang bodoh. Mereka ingin menyatukan hitam dan putih? Cih, daripada menyatukan aku akan memegang kekuasaan dua kubu itu."

Matanya menatap nyalang pada jejeran foto polaroid yang sudah dicoret-coret disana.

Sampai pada satu foto gadis diantara foto pria disana, ia menyeringai.

"Chayra Zamaair...."

"Sepertinya aku harus mempertimbangkan dirimu untuk menjadi ratuku. Haha.."

Pria itu melangkah mendekati jendela kaca besar yang menampilkan gedung rumah sakit tempat Chayra dirawat. Tatapannya berubah datar bersamaan dengan wajah tanpa ekspresi yang tampak mengerikan itu.

"Tenang saja sayang, perlahan-lahan orang-orang itu akan mati di tanganku. Ah, aku jadi tidak sabar menikmati hidup berdua hanya denganmu..."

Dentingan gelas kaca terdengar nyaring setelah dia menaruh kasar benda tersebut keatas meja.

Pria itu melangkah keluar dari sana. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga tak membutuhkan waktu lama untuk sampai di gedung rumah sakit tersebut.

Ia beralih mendatangi ruangan seorang dokter. Membuat dokter itu tersentak dan saat hendak bertanya, pria itu menyuntikkan obat bius hingga pingsan.

Tangannya bergerak cepat mengancing kemeja. Memakai jas khas kedokteran milik orang itu sebelum mengunci pintu ruangan dan menutup wajahnya dengan masker.

Derap langkahnya terdengar di lorong sunyi ini. Pria itu membuka pintu ruang rawat Chayra dengan hati-hati. Menemukan Falcon yang tertidur nyaman di sofa.

Kedua tangannya yang hangat tiba-tiba seperti tersengat saat menyentuh tangan kaku gadis yang terbaring lemah itu.

Bibirnya menarik seulas smirk sebelum menyuntikkan suatu cairan mematikan ke dalam infus Chayra. Dan tak lupa, ia menyemprotkan obat bius lagi ke arah Falcon agar tertidur lebih lama.

Pria itu dengan cepat menjauh dari sana, ia segera kembali ke ruangan dokter sebenarnya.

Ia tersentak kaget ketika pintu ruangan nampak hancur bersamaan dengan menghilangnya dokter tadi dari ruangan. Tangannya mengepal kuat. Antara panik dan marah, pasti ada yang mengetahui rencananya.

Jari telunjuknya menekan tombol kecil pada earphone bluetooth sebelum tersambung pada anak buahnya di seberang sana.

"Cepat cari rekaman cctv di rumah sakit ini. Dan hilangkan semua jejak." perintahnya kemudian mematikan percakapan sepihak.

Pria itu melepaskan jas nya asal. Melangkah cepat menuju tempat mobilnya terparkir. Ia tidak tahu siapa yang bisa mengetahui rencananya ini, yang pasti kini pria itu berada dalam bahaya.

Mobilnya membelah jalanan yang sunyi dengan kecepatan tinggi. Entah kenapa dia mendadak merasa ketakutan.

Sesekali pandangannya terarah pada kaca spion. Ada yang mengikutinya. Meskipun tak jelas apakah itu benar atau hanya orang asing sebab ini jalanan umum.

Tangannya kembali menekan earphone, "Kalian sudah mendapatkan rekamannya?"

Pria itu mendecak, "Saat aku sudah sampai di markas, kau harus sudah mendapatkannya." serunya kesal.

Tangannya mencengkram erat setir mobil. Berteriak frustasi saat semua rencananya kacau. Siapa orang yang mengetahui rencananya itu?

Pria tersebut mengambil sebotol kecil alkohol dari dashboard. Meneguknya hingga tersisa setengah. Berharap itu dapat menenangkannya walaupun pikirannya benar-benar sedang kacau.

ANGELASTRAY (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang