Chapter 10

99 16 7
                                    

"Lalu di putar keatas.. hey dengarkan aku dulu bocah, keatas. oke.. sekarang kebawah.. bagus.. keatas sekali lagi. Tunggu perintah dariku dulu. Keatas. Ya Tuhan.. kubilang ke atas Park Jimin!"

Hampir-hampir Haera meremat rangkaian bunga di tangannya ketika kembali mendapati Park Jimin melanggar arahan yang diberikan olehnya.

Rangkaian mahkota dari bunga ditangannya sudah hampir jadi dengan penampakan yang begitu indah namun hal tersebut tak membuat hati Haera ikut mengindah. Siapa lagi biangnya kalau bukan Park Jimin.

Sejauh pengetahuan Haera, Jimin adalah tipikal laki-laki yang telaten dan mudah untuk diajari. Dia juga masih mengingat dengan baik ketika melihat bagaimana pandainya Jimin merangkai bunga dalam bola kaca pada konten variety yang di buat untuk grubnya. Tapi kenapa Park Jimin yang sekarang di hadapannya tanpa batas layar kaca ponsel malah membuatnya naik pitam?

Jelas-jelas tadi sudah meminta bantuan Haera untuk membuat sebuah mahkota dari bunga Daisy, tapi dirinya malah lebih senang bereksperimen sendiri hingga membuatnya hampir menghabiskan setengah dari populasi bunga Daisy yang di bawa oleh Haera.

Lalu kalau sudah rusak, baru merengek lagi pada Haera meminta bantuan. Beruntung saja dia Park Jimin, kalau dia adalah Junho Si pengantar pupuk bulanan langganannya, Haera yakin sudah mencekik leher Jimin seperti yang dilakukannya pada Hoseok tadi.

"Eeeeiy, Songsaengnim.. tidak boleh emosi seperti itu. Kau ini kan Guru, harus bisa menahan emosi menghadapi pelajarnya. Setelah aku begini, lalu aku harus bagaimana?"

Hoseok yang juga ikut merangkai mahkota bunga tampak sekali konsentrasi pada garapannya. Menunjukkan hasil yang baru saja ia buat pada Haera dengan wajah manusia tak berbeban.

Meski dengan kening yang masih berlipat-lipat lantaran kesal, Haera menyempatkan diri untuk memeriksa karangan Hoseok. Membenarkan sebentar lalu menginstruksikan lagi langkah selanjutnya. Ketika selesai memberi perintah pada Hoseok, Haera kembali pada posisinya dan wajah manis Jimin kembali menyambangi mata. Dengan begitu lucu, laki-laki itu menelengkan kepalanya sambil berkedip.

"Lalu aku, setelah ini bagaimana? Nuna?"

Uugghh..

Haera gemas.

Mau tak mau dia jadi tersenyum pasrah. Mengulang lagi yang tadi sempat salah, lalu mengajari lagi dengan lebih bijaksana.

Mereka berada di aula tengah. Tidak hanya mereka, tapi semuanya. Hujan deras tengah mengguyur kediaman Gedung Panti hingga menambah kesan hangat yang terjadi di dalam ruangan.

Berbagai macam bunga-bunga menyebar pada tiap lantai kayu, bersama dengan anak-anak yang tubuhnya bergelimpangan mencari posisi ternyaman untuk berkreasi dengan masing-masing bunga mereka. Hanya Daisy yang duduk di atas sofa dengan beberapa tangkai bunga dalam genggaman sedang Haera, Hoseok, dan Jimin merangkai di lantai bawahnya.

Dalam waktu yang terbungkus kehangatan itu, Haera sempat melihat beberapa kali bagaimana perhatiannya seorang Jimin pada Daisy. Berkali kali menambahkan satu tangkai bunga berbeda jenis yang sudah ia amankan dari duri pada tangan Daisy, juga sesekali mengukur kepala Daisy dengan rangkaian mahkota yang ia sedang berusaha buat. Tak jarang juga Haera mendengar suara Jimin bercerita pada Daisy tentang hal apapun yang di lihatnya atau yang sedang dilakukannya. Telaten.

Bagi Haera, itu manis. Sangat manis.

Sempat mendapat cerita singkat bagaimana pertemuan keduanya terjalin, Haera jadi semakin faham akan makna takdir kehidupan. Siapa yang bisa menyangka, hubungan Jina dan Min Yoongi bisa juga membawa pertemuan indah antara Jimin dan Daisy?

Sun And Flower [Jung Hoseok] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang