Relakan.
Lepaskan.Kata yang mudah sekali untuk di ucapkan.
Kinan bilang, Daisy berhasil mengucapkan ketersediaannya menjadi seorang Muslim sebelum obat bius menghilangkan kesadarannya. Tidak hanya dirinya yang menjadi saksi, Dokter Kwon dan baris suster yang berdiri disana juga mendengarkannya.
Maka tidak ada pengelakan lagi bagi keluarga Haera memberikan hak pada Kinan untuk mengatur semua proses pemakaman Daisy sesuai dengan keyakinan yang orang Muslim yakini. Hanya satu hal yang Ibu tolak ketika Kinan mengatakan Daisy harus dibungkus kain putih di sekujur tubuhnya sebagai ganti baju, Ibu tidak setuju dan menolak halus hal tersebut karena ingin mengantar Daisy dengan keadaan terbaik untuk terakhir kalinya. Meskipun harus melewati banyak pertimbangan dulu sebelum meloloskan permintaan tersebut, Kinan akhirnya mengangguk juga.
Haera hanya merasakan semua bergerak dengan begitu cepat dalam satu hari, bahkan jejak air mata di wajahnya juga belum begitu hilang ketika mendapati tubuhnya sudah berdiri di depan teras gedung Panti lengkap dengan semua orang yang memakai baju hitam tanda duka.
Daisy berada di kotak peti dengan dress putih panjang yang cantik, serta penutup kepala yang indah sama seperti milik Kinan. Cantik sekali. Sangat cantik. Bahkan jika dikatakan Daisy hanya sedang tertidur sekarang, Haera yakin semua orang pasti percaya.
Pukul lima sore, dan langit masih tampak begitu terang untuk mengiringi pemberangkatan Daisy menuju tempat terakhirnya.
Mata Haera mengedar pada orang-orang di sekitarnya yang memiliki raut wajah sama. Ibu yang duduk di kursi roda karena dia tidak memiliki tenaga sedikitpun walau hanya untuk sekedar berdiri, Paman Kim yang berada di belakangnya sesekali memberi usapan pada lengan Ibu karena memang tangisan Ibu tak kunjung berhenti. Sara dalam gendongan Mira diam sesegukan sambil meletakkan kepala mungilnya pada bahu Mira. Sejak Daisy dinyatakan pergi, Gadis kecil itu hanya terus memberontak menangis sampai mengeluarkan darah dari hidung hingga membuat Mira semakin kalap, hal itu yang membuat Sara menjadi sedikit tenang meski masih mengisak.
Dan Jimin, Haera tidak lagi melihat ada nyawa pada sosok yang tengah berdiri pada barisan paling depan tersebut. Laki-laki itu memang tidak menangis berderai, tapi sorot matanya mengambil itu semua dengan peran kekosongan.
Setetes air mata mengalir lagi di pipi Haera.
Ya Tuhan Daisy, lihatlah apa yang telah kau lakukan pada kami. Bahkan saat semua orang hampir menjadi gila karenamu, kau justru sedang tersenyum indah dalam baringan sana.
Masih melanjutkan setetes demi setetes tangisannya, detik berikutnya satu usapan lembut mampir pada pipi Haera untuk menghapus lelehan air matanya. Senyum Hoseok hadir ketika Haera mengangkat wajah, mata Hoseok yang juga memerah seperti mengantarkan kalimat pasa Haera bahwa semua akan baik-baik saja. Namun Haera tak mampu membalas apapun selain kembali menyandarkan kepalanya pada lengan Hoseok dan kembali mengurai tangis dalam diam.
"Adakah.. yang ingin melihat Daisy.. sebelum petinya di tutup?"
Pertanyaan Kinan memecahkan kembali tangis yang sempat teredam. Meski dengan gerakan lambat, satu persatu orang yang ingin memandang Daisy mulai melangkahkan kakinya mendekat.
"Maaf.. tapi tolong hati-hati, jaga tubuh Daisy dari tetesan air mata."
Haera yang masih memeluk lengan Hoseok hanya mendekat setengah meter tak lebih dari peti. Air matanya semakin menderas dan dia tak mampu bergerak lebih dekat dari itu. Hanya ingin benar-benar memastikan wajah bahagia Daisy atas pilihannya, agar hatinya dapat rela meski membutuhkan waktu yang lama.
Daisy memang terlihat bahagia. Tidak hanya sekedar efek atau apa, nyata bibir Gadis itu sedang tersenyum indah. Tidak ada benda-benda yang di letakkan di dalam peti selain hanya dua hal, lipatan kain putih yang seharusnya membalut tubuh daisy dan satu rangkaian mahkota dari bunga Daisy yang sudah mengering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun And Flower [Jung Hoseok] ✔
Fanfiction#4. BTNoc Universe. Bisa memandang kehidupan dengan cara luas adalah hal yang luar biasa. Karena banyak pengalaman yang akan didapat dari banyak sisi tak kasat mata. Tapi memandang kehidupan dengan mata dan perasaan yang terlampau luas juga bisa mem...