Alloooohaaa!
Selamat pagi dunia,
Selamat pagi bunga-bunga.Barangkali Haera terlalu bersemangat untuk membuka jendela ruangannya di lantai dua, hingga membuat empat burung kecil yang sedang bersantai di pagar balkon kaget dan melesat cepat menembus angin melarikan diri darinya.
Gadis bermata almond cerah itu terkekeh dalam kejutan sebelum kemudian berteriak keras meminta maaf meski Si burung telah pergi jauh dari pandangannya.
Setelah melihat burung tersebut menjauh dari edaran, sambil tetap tersenyum Haera menghembuskan nafas tenang. Berdiam diri ditempatnya tanpa bergerak, ia sedang menunggu waktu untuk melakukan rutinitas pagi yang hampir tak pernah ia lewatkan.
Yaitu menyapa Sang Mentari.
Perlahan tapi pasti bersamaan dengan naiknya matahari, sinar yang muncul mulai merambat menyentuh ujung atas tubuhnya yang tengah berdiri. Hingga ketika sinar tersebut sampai pada matanya, Haera mulai memejam lembut.
Tuhan,
Beri Aku dan Ibuku kesehatan. Jadikan hari ini menyenangkan. Jaga Ayahku juga dalam ketenangan. Tolong jaga ibuku, dan datangkan pelanggan yang banyak untukku. Buat mereka membeli banyak bungaku, lalu menjadi ketergantungan untuk selalu datang ke tokoku.
Tuhan,
boleh juga antarkan seseorang padaku untuk membeli semua bungaku. Supaya aku bisa cepat membeli rumah, dan tinggal bersama Ibu dalam sukacita.
Ngomong-ngomong Tuhan, aku kapan menikah?Belum berfikir untuk menyelesaikan harapannya, Haera meloloskan kekehan tanpa sadar sambil berangsur membuka mata. Ia terkadang merasa heran sendiri dengan setiap doa yang kerap kali ia lambungkan. Selalu terkesan tidak serius.
Padahal sungguh, Haera sudah benar-benar dalam mengharapkannya, tapi tetap saja dipenghujung doa ucapan anehnya selalu menghancurkan suasana. Lantas setelah selesai berdoa ia akan mendapati diri merasa telah berbuat tidak sopan pada Tuhan dan meminta maaf dengan baik-baik.
Ngomong-ngomong, menikah?
Kenapa tiba-tiba dia bisa memikirkan hal itu? Diusia yang masih terbilang muda belia indah selamanya ini?
Gila apa, pergi kemana kewarasannya pagi ini? Jangan bilang hanya karena selembar undangan pernikahan dari teman yang baru saja ia dapat kemarin sudah membuat pemikiran konyol darinya muncul dan berharap hal tidak-tidak semacam ini.
No sense.
Masa depan Haera masih terlalu panjang untuk berfikir sampai disana. Bukan maksud Haera yang mengulur waktu, tapi temannya saja yang terlalu terburu-buru.Memang siapa yang mau menikah muda? Haera sih tidak mau.
Tapi lain lagi ceritanya kalau tiba-tiba datang seorang pengusaha muda kaya raya yang melamarnya dengan sekotak cicin bertahta batu permata, memberikan rumah mewah di tengah pemandangan indah, memberinya cinta sebesar dunia juga_
Dan sebelum halusinasi dalam kepalanya semakin melebar, Haera kembali meneriakkan kalimat telak: No Sense. Tidak. Masuk. Akal. Berhenti bermimpi Lee Haera.
Tidak ada drama Cinderella di dunia nyata. Ada, dengan kalkulasi perhitungan satu banding satu milyar juta triliun. Apalah. Jadi jangan banyak berharap kau menjadi salah satunya.
Tersenyum kusam, mengingat kertas itu lagi membuat Haera harus memikirkan kembali dengan siapa ia harus datang nanti. Haera tidak khawatir ketika sampai di tempat acara akan sendirian karena jelas sekali disana pasti ada banyak teman-temannya yang lain.
Tapi pertanyaannya, siapa yang akan menemaninya diperjalanan?Supir taksi? Lagi?
Menggelengkan kepala pelan, Haera berusaha mengenyahkan pemikiran acaknya hari ini. Kenapa sih Han Juno harus menikah diusia semuda ini? Di saat yang sangat tidak tepat baginya karena harus tertampar fakta bahwa ia masih juga sendiri. Lihat kan, sekarang Haera jadi kesal sendiri. Tidak peduli lah, apa kata nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun And Flower [Jung Hoseok] ✔
Fanfic#4. BTNoc Universe. Bisa memandang kehidupan dengan cara luas adalah hal yang luar biasa. Karena banyak pengalaman yang akan didapat dari banyak sisi tak kasat mata. Tapi memandang kehidupan dengan mata dan perasaan yang terlampau luas juga bisa mem...