|-Sepuluh-|

144 35 0
                                    

Hati-hati sama Typo:>

Happy Reading!!🌸🌸
______________________

"Apa kakak lelah? Kakak sudah berdansa dua kali, kan?"

Jisoo mengulurkan gelas berisi jus di tangannya, sengaja karena kakaknya itu entah kenapa sangat membenci alkohol. Mau yang ringan atau berat, kakaknya sangat tidak suka.

"Tidak." jawab Rosé singkat sembari menerima minuman itu.

Rosé melirik kearah Jungkook yang juga sedang menatapnya, lelaki itu melambaikan tangannya sembari tersenyum. Jisoo yang menyadari itu meremat gaunnya erat.

"Kakak, apa kakak benar-benar menyukai orang itu?"

Rosé menatapnya sejenak sebelum menggeleng, "Belum."

Jisoo sontak menatap kaget. Belum katanya? Kakaknya bukannya bilang 'tidak' tapi malah 'belum'?

"A-apa maksudnya? Apa kakak berencana menyukainya?" dia sudah pasrah jika kakaknya ini tidak menjawabnya karena dia tau jika pertanyaan yang dia lontarkan barusan masuk dalam kategori tidak sopan.

"Tidak, aku berencana serius."

H-hah?

"Tapi kak, dia hanya seorang manusia lemah! Setidaknya carilah seseorang yang sangat kuat, yang pantas untuk kakak. Bukan dia! Apa alasan kakak memilihnya? Apa karena dia tampan? Jika hanya itu aku bisa mencarikan yang—" Rosé mengangkat tangannya, menandakan agar Jisoo segera berhenti bicara.

"Jisoo, ini urusanku. Kuharap kau tidak ikut campur, aku juga tidak melarangmu memiliki hubungan dengan manusia lemah sekali pun, itu terserahmu." Rosé berlalu meninggalkannya. Meletakkan gelas kosong ditangannya ke meja.

Jisoo makin meremat gaunnya lalu segera pergi ke toilet, memukul dinding toilet dengan keras hingga membuatnya hancur.

Dia menunduk menatap lantai, "Tapi kakak.. Dia tidak pantas untukmu." cicitnya pelan.

"Memang tidak pantas." Jisoo menoleh kaget mendengarnya, dia lalu berdecak pelan saat melihat Jennie yang ada di belakangnya.

"Kau tau tapi kau tidak menghentikan kakak." Jennie berjalan mendekatinya dengan malas.

"Kau juga tau apapun yang kakak lakukan aku tidak bisa ikut campur. Coba kau bicara pada Felix, mungkin sedikit membantu." Jisoo berdecak.

"Panggil aku 'kakak', Jennie." sang pemilik nama ikut berdecak.

"Ya, ya, terserah." dia bersungut-sungut kesal. Memang harus segitunya, ya?

Jisoo mendengus kesal, "Dasar, lebih baik perbaiki etikamu Jennie. Kau adalah seorang Putri kekaisaran."

"Daripada memikirkanku, lebih baik memikirkan kakak pertama saja. Cinta, berkencan, teman, itu semua bukan urusan kita dan kakak kedua pasti tau itu lebih dari siapa pun. Itu keputusan pribadi yang bersangkutan, jadi kita tidak bisa berbuat apapun." Jisoo mengepalkan tangannya mendengar itu.

Jennie menghela nafas panjang sebelum berbalik hendak pergi.

"Jangan berlebihan melakukannya, prioritas pertama kita adalah kakak pertama. Kalau begitu, aku pergi dulu." Jisoo menatap kepergian Jennie lesu.

"Dia benar.."

__ . __ . __

"Kakak pertama!! Aku tidak menyangka kakak akan tetap datang ke pertemuan ini meski kakak sibuk."

The First PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang