38. PERKELAHIAN GAEZA DAN STEVEN

481 22 0
                                    

Gue bakal bunuh lo, kalo lo berani sentuh atau nyakitin Arabella.


_Gaeza_


Malam setelah Arabella dan Gaeza tertidur lelap, gadis itu harus terbangun ditengah malam karna merasa haus. Ia turun untuk minum karna segelas air dikamarnya habis. Saat sedang meneguk air, tiba-tiba saja ada melingkarkan tangannya di pinggang Arabella dan meletakan dagunya di bahu gadis itu. Gadis itu sedikit terkejut namun diakhiri dengan senyuman.

"Kenapa? Gue haus, makanya turun." Ucap Arabella tanpa menoleh dan kembali meneguk airnya.

"Gue kangen sama lo." Tar! Gelas pun jatuh saat Arabella mendengar suara itu. Suara lelaki itu bukan milik Gaeza, namun Arabella paham benar dengan suaranya. Setelah gelas terjatuh, Arabella langsung menjauhkan dirinya dari lelaki itu.

"Lo--lo? Kenapa lo ada dirumah gue?" Wajah Arabella terlihat pucat dan tubuhnya terasa gemetar.

"Gaeza aja bisa masuk kerumah lo semau dia. Jadi kenapa gue enggak?" Steven, lelaki itu adalah Steven.

"Lo-- lo keluar dari rumah gue sekarang juga." Ucap Arabella tegas namun terdengar sedikit gemetar. Ia mengucapkannya sembari berjalan mundur perlahan.

"Kenapa buru-buru sayang? Gue baru dateng, harusnya lo sambut gue dengan baik dong." Ucap Steven sembari berjalan maju perlahan mendekati Arabella diakhiri dengan senyuman. "Kenapa? Lo takut? Kenapa lo harus takut? Ini rumah lo Ara. Bukannya singa lebih kuat dikandangnya sendiri? Bahkan sebelumnya lo dateng kerumah gue dengan beraninya untuk ngambil barang penting yang sebelumnya gue tawarin ke lo tapi langsung lo tolak. Lo lupa syaratnya untuk bisa milikin kalung itu? Lo harus jadi pacar gue, yang berarti lo udah jadi pacar gue setelah lo ambil kalung itu." Jelas Steven diakhiri dengan senyuman miring. Arabella pun menghentikan langkahnya. Ia tidak mau terlihat takut atau bahkan lemah di depan siapapun itu. Ia harus berani menghadapi orang seperti Steven jika dirinya tidak mau di tindas lagi.

"Dengan bangganya lo bilang itu barang lo? Oh iya gue lupa, mana ada pencuri ngaku? Yang ada penjara penuh. Bahkan lo ngambil barang milik cewek. Lo gak malu?"

"Wih... Udah berani lagi ngelawan gue? Gue tau lo itu lemah sayang, jadi gak usah so'soan kuat di depan gue. Dengerin gue, dengan lo pake sepatu branded, lo gak akan keliatan lebih kuat. Inget Arabella, lo itu udah diambang kematian, dengan lo bersikap sok kuat gak akan bikin hidup lo bertambah panjang. Pada akhirnya cuma kematian yang bakal lo dapetin. Kecuali lo gak keras kepala kaya gini, nurut sama gue, mungkin hidup lo akan lebih panjang."

"Iya. Emang bener kalo pada akhirnya cuma kematian yang bakal gue dapet. Bahkan bukan cuma gue, tapi semua orang pasti bakal mati termasuk lo. Tapi seenggaknya gue mati dalam keadaan punya harga diri. Dan untuk lo, jangan pernah temuin gue lagi, apalagi panggil-panggil gue sayang. Di mata gue sekarang, lo gak lebih dari bajingan!" Jelas Arabella dengan nada penekanan di akhir dan sorotan mata tajam.

"Bangsat!" Umpat Steven yang langsung melintir tangan Arabella sampai gadis itu meringis kesakitan.

"Akh.. Sakit. Lepasin!" Arabella mencoba melepaskan tangan Steven dengan satu tangannya lagi. Namun bukannya dilepaskan, Steven malah semakin memelintir tangan Arabella sampai Gadis itu kembali meringis kesakitan sampai ia tidak bisa bertindak melawan.

"Udah gue bilang lo itu lemah. Jangan terlalu kuat ngelawan gue atau lo sendiri yang akan ngerasa kesakitan. Oh iya, gue paling gak suka cewek ngomong kasar apalagi sama gue. Karna gue benci cewek songong kaya lo!"

"Terus kenapa lo selalu ganggu gue?! Kenapa lo selalu minta gue untuk balik sama lo?! KENAPA?! JAWAB GUE! Lo bener-bener udah berubah Stev, lo lupa sama semua pesen nyokap lo sebelum dia pergi. Apa kata sayang yang keluar dari mulut lo palsu? Lo itu pembohong besar yang gue temuin. PEMBOHONG!" Arabella benar-benar murka. Ia sudah tidak perduli dengan situasi dan kondisinya sat ini. Ia benar-benar sudah muak dengan sikap Steven. Dengan emosi tinggi Arabella berbicara dan air mata yang mengalir, akhirnya tidak sia-sia. Perlahan cengkraman tangan Steven melonggar dan ia akhirnya melepaskan tangan Arabella.

GARA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang