song | kamaitachi - chale em alasaka
Akhirnya minggu depan alias hari ini dimana sekolah mengadakan hiburan pun tiba. Jennie dari pagi sampai sore di sekolah sibuk mengurusi apa saja acaranya. Jisoo ikut membantu sebisanya, yang agak meringankan Jennie lah intinya.
"Ini"
Jennie mendongak. Tersenyum tipis melihat tangan Jisoo yang memegang minuman. Langsung dia terima dan meneguk botol minum itu sampai setengah.
Setidaknya saat sudah sore, mereka sudah mulai bisa santai.
"Ciee ciee uhuyy ada yang pacaran" Teman-teman Jennie yang lewat meneriaki mereka berdua. Kemudian mendekat, menarik Jisoo dan Jennie lalu mendorongnya.
"Udah lo istirahat sana sama Jisoo, Jen. Biar kita yang ngurus-ngurus" Kata si paling muda, Lisa namanya. Si blonde anak holkay: kalau gak salah Rose namanya, ngangguk-ngangguk. "Iya sana, Jen. Nikmatin kencan ya" Ucapnya mengedipkan sebelah mata.
Jennie memutar bola mata lalu kembali senyum ke arah Jisoo. Jisoo menaik turunkan kepalanya, memberikan jalan untuk Jennie lebih dulu.
Mereka tidak pergi kemana-mana, cuma jalan santai aja di sekitaran sekolah. Nikmatin sore yang anginnya sepoi-sepoi ini.
"Capek gak? Kalau capek mending duduk aja" Kata Jisoo.
Jennie bergeleng. Memang jalan-jalan santai begini lebih menambah segar. "Gakpapa Ji, lumayan anginnya juga enak buat jalan"
Begitu mendekati sekitaran lapangan, Jennie menunjuk spanduk yang di pasang di tembok. Dan beberapa yang di beri penyangga.
"Itu yang ngebuat aku lho, Ji" Kata Jennie membuat Jisoo kaget. "Oh iya? Gambarannya itu juga kamu yang buat?" Tanya dia.
Jennie menarik dua sudut bibir ke atas.
"Iya, aku aslinya kerja kecil-kecilan ngebuat model-model spanduk atau yang masih ada hubungannya sama gambar. Lumayan ngehasilin duit"
Jisoo ber-oh ria. Ternyata pacarnya ini sangat mandiri, berbakat, dan memanfaatkan berbagai peluang yang ada.
"Kamu keren"
Tiba-tiba tidak tau kenapa pipi Jennie terasa panas dan memerah. Padahal sering dia di puji, tapi kali ini cukup mendebarkan.
Mereka mengobrol lagi. Kali ini Jennie agak lebih terbuka, jadinya dia yang mendominasi percakapan. Jisoo tentu gak keberatan, dia malah memperhatikan setiap gerakan Jennie berbicara sembari tersenyum.
Di balik ramai-ramainya kumpulan manusia di lapangan sana dan hebohnya panggung hiburan, ada dua insan perempuan yang damai. Menikmati waktu berdua dengan sederhana.
Kala berjalan, tangan mereka berdua sempat bersentuhan. Jisoo menelan ludah. Mendekatkan tangan mereka lagi dan perlahan menyentuh milik Jennie.
Agak terkejut dan deg deg an bukan main, Jennie melirik. Tangan mereka sekarang sudah bertautan walau tidak erat. Ternyata tangan Jisoo lumayan besar.
"Gakpapa kan?"
Jennie terkesikap. "Kenapa?"
"Gakpapa kan aku pegang tangan kamu? Takutnya kamu gak nyaman" Kata Jisoo.
Jennie terkekeh. Mendekatkan tubuhnya ke Jisoo.
"Gakpapa. Ini nyaman"
[]
Lusanya Jisoo berkunjung ke rumah Jennie. Ingin membantu, karena Jennie memiliki rencana memberishkan seisi rumahnya.
Awalnya baik-baik saja. Bahkan Jisoo dan Jennie beberapa kali bergurau dan bertukar tawa. Tapi saat Jisoo pergi untuk beli cairan pembersih lantai, Jennie menemukan foto-foto keluarganya yang tersimpan di kotakan.
Dan beberapa menit setelah Jisoo kembali, Jennie kembali merapikan dan berusaha tidak terlalu perasa dengan foto-foto tadi.
Tapi percuma, terkadang perasaan memang tidak mau bekerjasama dengan otak. Mereka alami, akan mengeluarkan apa yang memang mau dirasakan.
"Jen, ini tadi di warung adanya yang merek......loh kamu nangis?" Tanya Jisoo kaget melihat Jennie yang mengelap meja sambil matanya berkaca-kaca.
Jennie sontak menghapus airmatanya. Bergeleng lalu bilang, "Ini kelilipan debu"
Jisoo menaruh dulu barang yang dia beli. Lalu mendekat ke Jennie. Pelan dia raih tangan pacarnya. "Kamu ada masalah?"
Jennie bergeleng lagi. Banjir di matanya malah semakin deras.
"Nangis aja gakpapa kok. Ketimbang ditahan, malah bikin gak lega" Ucapnya.
Jennie mendongak. Menatap Jisoo dengan pandangan yang kabur karena air mata, lalu memegang lengan Jisoo.
"Maaf jadi bikin panik. Aku cuma tiba-tiba kangen ibu"
Jisoo ber-oh pelan. Dia mengelus tangan Jennie dengan ibu jarinya. Agak ragu, tapi Jisoo melebarkan tangannya berniat memeluk.
Namun sepertinya itu pilihan yang baik, karena Jennie juga langsung maju. Memeluk Jisoo dengan erat.
Tubuh Jennie kini Jisoo dekap. Dia beri pacarnya itu elusan ringan di belakang kepala dan punggung. Tidak ingin berkata banyak, karena takut malah menambah sedih.
Dia hanya bilang "Cup cup" Lalu kembali memeluk hangat.
Tidak lama Jennie melonggarkan pelukan, diikuti Jisoo yang kini memegang sebelah bahu Jennie sembari menyodori tisu dari wadah tisu meja.
"Maaf, kadang aku suka gini. Padahal ibu sama ayah juga baik-baik aja, kadang aku juga masih sering ketemu. Tapi masih aja kalau keinget nangis he he"
"Itu wajar, Jennie. Gakpapa, jangan malu nunjukkin itu. Apalagi ke aku, biar aku bisa nemenin kamu kalau lagi gini"
Rasanya dari jantung ke seluruh tubuh Jennie menghangat. Dia tersenyum haru, dan mengangguk.
lagu tambahan:
desi & isa - kursi, meja
dan lagu kesayangan
KAMU SEDANG MEMBACA
dengan sederhana • jensoo
FanfictionAku ingin mencintaimu dengan sederhana. © 2021 SAMUELSAID