10 : upeti untuk tuan putri

950 219 26
                                    


song | the kooks - junk
of the heart



Sekarang sudah satu bulan. Lebih sedikit malah. Dua insan ini sebenarnya saling ingat, cuma tidak ada yang mau memulai membahas duluan. Entah apa alasannya.

Tapi malam ini Jennie sedang main ke rumah Jisoo, karena bapak ibu Jisoo yang katanya kangen berat.


Nyatanya iya, malah sampai-sampai ibu masak banyak banget begitu denger dari Jisoo katanya nanti malem Jennie mau main.

Selesai makan, Jisoo duduk di belakang rumah. Awalnya Jennie cuma ngintip-ngintip aja, dia masih di cecar bapak ibu sama berbagai pertanyaan dan obrolan mengenai masa depan.

Untung Aheng peka, jadilah dia mbuat kopi sama nyiapin rokok.

"Kak, ini nih kopi buat kak Jisoo. Tolong anterin dong he he"


Bapak yang mau minta rokoknya langsung di lirik tajem sama ibu. "Ojo pak, paru mu wes item!" [Jangan pak, paru-parumu udah hitam]

Terus berubah mesem hangat ke Jennie.

"Iya buruan sana, Jen. Biasanya Jisoo suka minum kopi kalau siang sama malem-malem"

Jennie mengangguk. Lalu Aheng memberikan kedipan mata.



"Aku baru tau kamu sering ngopi. Kalau malem bisa tidur emang?" Tanya Jennie meletakkan nampan berisi kopi dan rokok itu di meja depan mereka.

"Bisa, udah kebal he he"

Aheng tiba-tiba muncul lagi. Tapi lewat samping rumah.

"Ngapain kamu, Heng?"

"Mau minta rokok, sengaja lewat samping biar gak ketahuan ibu" Ucap Aheng ditanggapi kekehan oleh dua sejoli itu. Lantas Jisoo mengambil kotak rokoknya dan memberi Aheng satu. "Korek punya?"

"Iya udah! Makasih kak, bay gue mau main"

"Ya"


Jisoo mengambil satu batang lagi, kali ini untuk dirinya. Dia jepit di mulut sebelum memetikan api dan mengeluarkan kepulan asap.

"Eh maaf, ngganggu ya?" Tanya Jisoo meletakkan rokoknya di asbak.

Jennie bergeleng. "Enggak"


Keduanya diam. Bingung harus bicara apa, masing-masing memikirkan waktu mereka yang sudah satu bulan.

Sampai akhirnya Jisoo yang duluan bicara.

"Udah satu bulan, Jen"

Jennie diam.


Jisoo tersenyum. Tetap melanjutkan perkataannya sebelum berpisah dengan pacarnya ini. Sepertinya percakapan malam ini akan jadi percakapan terakhir.

"Sehat-sehat ya, kalau butuh bantuan saya juga tetep bisa mbantu kok"

Bahkan cewek ini sudah mulai merubah aku jadi saya lagi.


"Jangan terlalu sering dengerin perkataan orang yang buruk. Kerjaan tetep semangat, tapi juga inget istirahat, Butem bakal tetep saya jaga baik, oh iya kamu jangan sering-sering lewatin sarapan kalau perlu saya bisa bawa sarapan yang dimasak ibu ke rumah kamu, kalau sedih nangis aja jangan ditahan, kalau—"

"Ji" Sela Jennie.


Jisoo menoleh. "Iya?" Eh malah dia melihat Jennie sudah berlinangan air mata. Dia naruh lagi rokoknya di asbak, terus nunduk-nunduk buat lihat Jennie. Tak lupa elusan di bahu Jisoo berikan.

"Kenapa? Saya salah ngomong ya?"


Jennie bergeleng, beberapa pertanyaan lanjutan tetap Jennie balas dengan geleng. Dia mendongak, mengusap air matanya seperti anak kecil. Jisoo menatapnya, memberikan wajah seolah dia siap mendengar apapun yang mau Jennie katakan.

"Tapi aku suka sama kamu"


Lima belas menit, isinya cuma Jennie nangis.

Saat mereda, Jisoo senyum. Pelan jemarinya menyelipkan beberapa helai rambut Jennie ke telinga. Duduknya dia dekatkan.

"Syukur deh kalau gitu. Aku juga"

Jennie menoleh. "Bener?" Tanyanya.

Kepala Jisoo gerak naik turun. Disertai cengiran yang kentara senang.


"Aku boleh bilang?"

"Bilang apa?"

"Bilang kalau aku sayang kamu" Jawab Jisoo.


Jennie menghapus air mata terakhirnya, terkekeh pelan lalu menaruh semua atensinya pada manusia di hadapannya. "Boleh" Katanya.


Jisoo meraih dua tangan Jennie, menggenggamnya dengan nyaman. Lalu menegakkan badan.

"Aku belum bisa ngehasilin duit sendiri. Aku gak bisa ngasih yang mahal-mahal, aku cuma punya nama, gak punya apa-apa lagi. Aku memang gak bisa selalu ada waktu, tapi aku selalu usahain bisa.

Aku udah punya rencana buat kedepannya, kamu jangan khawatir. Aku pastiin kamu bahagia. Dan aku sayang kamu, bukan cuma kemarin tapi juga hari ini. Kalau buat besok-besok sama tahun berikutnya mau nggak?"


Jennie menggulum bibirnya. Jisoo rupanya memikirkan hubungan ini sampai ke tahap yang jauh, dan jujur Jennie suka.

"Mau"


dengan sederhana • jensooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang